Content uploaded by Azmeri Azmeri
Author content
All content in this area was uploaded by Azmeri Azmeri on Aug 08, 2016
Content may be subject to copyright.
Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 [JTS HMS IKATSI FT. Unsyiah]
Konstribusi Sarjana Teknik Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur yang Inovatif dan Berkelanjutan
ISBN: 2086-5244
Balee Keurukon FT. Unsyiah, 1 Juni 2016 [hal. 1]
MANAJEMEN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP
BENCANA BANJIR BANDANG DI DESA BEUREUNUT
KECAMATAN SEULIMUM KABUPATEN ACEH BESAR
Azmeri1, Safrida2, Rahmi Mironi3
1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: azmeri@unsyiah.ac.id
2) Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee, Darussalam Banda Aceh 23111, email: rida_aceh@yahoo.com
3) Manajemen Ilmu Kebencanaan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala
Jl. Hamzah Fanshuri No. 3 Gedung Hyogo Prefectue, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: ririen.mironi@yahoo.co.id
Abstrak: Selama dua puluh tahun terakhir telah terjadi empat kali banjir bandang pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Krueng Teungku Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar yaitu
tahun 1987, 2000, 2013, dan terakhir Januari 2016. Kejadian banjir bandang berulang ini
menimbulkan dampak besar pada Desa Beureuneut yang berada dihilirnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi manajemen kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir bandang berulang tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi dengan analisis kualitatif. Manajemen kesiapsiagaan terhadap bencana ban-
jir bandang meliputi 5 parameter penting yaitu perencanaan, organisasi, aksi, kontrol, dan
evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat Desa Beureunut belum memiliki
perencanaan yang baik untuk menghadapi banjir bandang. Meskipun organisasi kebencanaan
di Desa Beureunut sudah terbentuk, namun pembinaan terhadap organisasi belum optimal. Be-
lum optimalnya organisasi kebencanaan tersebut menyebabkan kemampuan penyelamatan diri
masih bersifat individu. Desa ini juga belum memiliki alat pendeteksi peringatan dini banjir
bandang. Hasil penelitian juga menunjukkan belum adanya pihak terkait yang mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan kesiapsiagaan masyarakat secara kontinu. Secara menyeluruh,
manajemen kesiapsiagaan masyarakat Desa Beureunut masih belum optimal dan memerlukan
strategi peningkatan kesiapsiagaan masyarakat. Perhatian untuk manajemen kesiapsiagaan
dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dibantu pemerintah daerah dalam hal ini BPBD
dan Dinas Sosial. Berdasarkan penelitian ini diharapkan selanjutnya pihak terkait dapat
menetapkan program kerja sebagai strategi peningkatan kesiapsiagaan masyarakat untuk pen-
ingkatan kapasitas dan meminimalisir dampak bencana banjir bandang berulang.
Kata kunci : Kesiapsiagaan, Banjir bandang, Desa Beureunut, Organisasi Kebencanaan.
Abstract: Over the last twenty years there have been four flash-floods at the Krueng Teungku
watershed in Seulimeum subdistrict, regency of Aceh Besar. The flash-floods have been
happened in the year of 1987, 2000, 2013, and the last in January 2016. These recurring flash-
flood events have a big impact on Beureuneut village which lies on the downstream. The
purpose of this research is to identified Community Preparedness and Disaster Management
(CPDM) in facing the recurring flash-flood disasters. The method of data collection conducted
through triangulation in qualitative analysis. Preparedness Management toward the flash-flood
disasters includes 5 important parameters, namely planning, organization, action, control, and
evaluation. Based on the research results, the community of Beureunut village did not have a
good plan to deal with flash floods. Despite organizational disaster in Beu reunut village has
been formed, but guidance to the organization has not been optimal. A non-optimal
organizational disaster result in self-rescue capability is still individual. The village also has
not had an early warning flash-flood detection system. The results also show the absence of
related parties that control and evaluate the preparedness of activities continuously. Therefore,
the preparedness management of Beureunut village community is still not optimal and it is
essential to have an improvement strategy of community preparedness. The concern of
Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 [JTS HMS IKATSI FT. Unsyiah]
Konstribusi Sarjana Teknik Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur yang Inovatif dan Berkelanjutan
ISBN: 2086-5244
[hal. 2] Balee Keurukon FT. Unsyiah, 1 Juni 2016
management preparedness can be done by the community itself assisted by local governments,
in this regard, Local Agency for Disaster Management (BPBD) and Social Service department.
Based on this study, it is expected the parties may establish the sustainability related work
program as a strategy to increase community preparedness to increase the capacity and to
minimize the impact of recurring flash-flood disasters.
Kata kunci : Preparedness, Flash Flood, Beureunut Village, Organisasi Kebencanaan.
PENDAHULUAN
Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah yang sering terkena bencana banjir bandang. Salah satu
wilayah yang terdampak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Teungku Kecamatan Seulimum Kabupa-
ten Aceh Besar, yang terjadi pada tahun 1987, 2000, 2013, dan terakhir Januari 2016. Banjir bandang berulang
yang terjadi di Gampong Beureuneut berasal dari volume air yang besar dari hulu DAS Krueng Teungku.
Kejadian tersebut diakibatkan oleh jebolnya bendungan alam di Sungai Krueng Teungku yang terbentuk oleh
material tebing sungai yang longsor akibat curah hujan yang tinggi. Azmeri (2015) telah melakukan analisis
perilaku banjir bandang akibat keruntuhan bendungan alam dengan melakukan simulasi permodelan
keruntuhan bendungan. Berdasarkan validasi elevasi banjir antara pemodelan dan observasi di lapangan,
keruntuhan bendungan alam di Sungai Krueng Teungku akibat overtopping air di atas bendungan alam.
Banjir bandang merupakan salah satu jenis bencana banjir yang perlu terus diwaspadai oleh masyarakat.
Karakter banjir yang datang secara tiba-tiba dan menyusutnya juga cepat memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat di hilir sungai. Kesiapsiagaan dari masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi ancaman
bencana banjir bandang melalui peningkatan kapasitas masyarakat.
Setelah analisis teknis yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penilaian
kesiapsiagaan dan manjemen kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir bandang di Gampong Beure-
nunut sebagai daerah rawan yang telah berulang kali terpapar banjir bandang. Tujuan dari manajemen
kesiapsiagaan tersebut adalah untuk mengatur bagaimana suatu masyarakat yang rawan terhadap bencana
mempersiapkan diri sebagai bentuk mitigasi risiko bencana banjir bandang.
KAJIAN PUSTAKA
UNESCO (2006) menyebutkan bahwa banjir bandang membawa efek yang negatif bagi masyarakat.
Dampak dari banjir dibagi atas 4 aspek, yaitu: dampak fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perlu dilakukan
kajian pemahaman masyarakat terhadap pengurangan risiko bencana banjir bandang. Dewita (2013) telah
melakukan kajian pemahaman masyarakat terhadap bencana banjir bandang dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh bahwa masyarakat daerah tersebut belum memahami banjir bandang
baik penyebab maupun cara menghadapinya.
Manajemen kesiapsiagaan masyarakat dalam Undang-undang RI No. 24 Tahun 2007 memfokuskan pada
5 aspek yaitu:
a. Perencanaan, mengkaji bagaimana rencana tanggap darurat yang meliputi prosedur tetap dan pembagian
tugas masing-masing elemen sesaat setelah bencana terjadi.
b. Pengorganisasian, mengkaji pengorganisasian dan pelatihan, yaitu pembentukan organisasi masyarakat
yang siaga bencana serta pelatihan untuk peningkatan pengetahuan. Pengorganisasian dan pelatihan ini
perlu dilakukan agar masyarakat yang berisiko bencana mempunyai wadah untuk mengembangkan diri,
baik itu melalui pelatihan atau memberikan contoh bagi yang lainnya.
c. Aksi, melihat bagaimana pelaksanaaan dari perencanaan yang sudah disusun oleh organisasi yang sudah
terbentuk. Komponen yang termasuk dalam aspek ini berupa sistem peringatan dini, penyediaan
kebutuhan dasar, lokasi evakuasi, dan penyediaan barang serta peralatan pemulihan prasarana dan sarana.
Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 [JTS HMS IKATSI FT. Unsyiah]
Konstribusi Sarjana Teknik Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur yang Inovatif dan Berkelanjutan
ISBN: 2086-5244
Balee Keurukon FT. Unsyiah, 1 Juni 2016 [hal. 3]
d. Kontrol, mengkaji bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang berada di luar organisasi
masyarakat ini, seperti pemerintah setempat yang berwewenang. Pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap organisasi kebencanaan akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat.
e. Evaluasi yaitu penilaian terhadap bencana yang dilakukan pada saat simulasi ataupun pada saat bencana
benar-benar terjadi.
Nugroho (2007) memberikan 5 parameter yang digunakan dalam mengukur kesiapsiagaan suatu
kelompok maupun masyarakat yang diadopsi dari LIPI – UNESCO, yaitu: pengetahuan dan sikap, kebijakan
dan panduan, perencanaan kedaruratan, sistem peringatan, dan mobilisasi sumberdaya. Sementara itu menurut
Dodon (2013) mengkaji kesiapsiagaan dilihat dari 5 indikator yang diadopsi dari LIPI yaitu: pengetahuan dan
sikap, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, sumberdaya pendukung dan modal sosial.
Menurut Purwana (2013) suatu masyarakat menyadari bahwa keterlibatan mereka dalam penanggulangan
bencana sangat diperlukan, karena secara tidak langsung akan memberikan keuntungan bagi mereka. Disinilah
perlunya manajemen yang bisa memberikan arahan dan aturan sehingga bisa mengetahui apa yang seharusnya
mereka lakukan untuk kedepannya. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat yang memberikan peningkatan
kapasitas masyarakat dapat berupa fisik dan non-fisik. Kegiatan fisik seperti pemanfaatan lahan dengan tepat
dan penyediaan tempat evakuasi. Sedangkan peningkatan kapasitas non-fisik seperti mempelajari gejala alam
untuk mengetahui tanda-tanda datangnya bencana, sampai saling mengingatkan di antara sesama untuk siaga
dapat membentuk kesiapsiagaan sebagai budaya dalam komunitas masyarakat.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sugiyono (2012)
menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) dan analisisnya bersifat
kualitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Gampong Beureunut, sedangkan sampel yang diambil
adalah Kepala Keluarga (KK) yang terkena dampak banjir bandang dan pimpinan Gampong. Teknik sampling
yang digunakan adalah snowball sampling dengan pengambilan data yang pada awalnya berjumlah sedikit
namun lama kelamaan semakin banyak sampai informasi yang diterima sudah jenuh atau tidak ada informasi
yang baru lagi (Sugiyono, 2012). Sampel pertama yang dipilih merupakan informan yang sangat mengenali
wilayah penelitian sehingga menjadi pembuka pintu penelitian untuk sampel berikutnya agar memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya. Selengkapkan bagan alir penelitian diberikan pada Gambar 1.
HASIL PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman masyarakat mengenai banjir badang dan pemahaman
mengenai mitigasi bencana banjir bandang sangatlah kurang. Idealnya, keberhasilan dari pelaksanaan mitigasi
adalah dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat yang tinggi mengenai pentingnya dilakukan mitigasi
terhadap daerah yang rawan bencana alam sehingga akhirnya masyarakat akan selalu siapsiaga terhadap
bencana banjir bandang yang akan terjadi.
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis yang telah dilakukan, kelima aspek
manajemen kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir bandang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dengan narasumber, masyarakat Gampong Beu-
reunut belum memiliki perencanaan yang baik dalam menghadapi banjir bandang. Selama ini, tin-
dakan yang dilakukan hanya kemampuan masing-masing individu untuk menyelamatkan diri. Kon-
disi perekonomian masyarakat membuat mereka belum mempunyai dana khusus untuk menghadapi
masa tanggap darurat bencana.
Jika dilihat dari tempat berkumpul bersama setelah bencana banjir bandang, belum semua masyara-
kat menyepakati lokasi evakusi sesaat terjadinya banjir bandang. Suasana panik membuat masyara-
Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 [JTS HMS IKATSI FT. Unsyiah]
Konstribusi Sarjana Teknik Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur yang Inovatif dan Berkelanjutan
ISBN: 2086-5244
[hal. 4] Balee Keurukon FT. Unsyiah, 1 Juni 2016
kat terpencar. Akan tetapi semua narasumber mengatakan bahwa seluruh anggota keluarga sudah
mengetahui lokasi yang bertopografi tinggi sebagai temat evakuasi.
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
b. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi kebencanaan di Gampong Beureunut sudah terbentuk melalui kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat (PKM) oleh dosen Unsyiah dan beberapa mahasiswa pada tanggal 22 Agustus
2014. Namun demikian, keberadaan dan peran organisasi ini belum maksimal mengingat usia yang
baru dan kualitas organisasi yang masih perlu pembenahan dari semua pihak. Organisasi kelompok
masyarakat siaga bencana banjir bandang tersebut melibatkan beberapa wakil masyarakat saja. Per-
lu dilakukan sosialisasi terhadap keberadaan dan fungsi organisasi kebencanaan tersebut oleh
pemerintah gampong setempat. Masyarakat Gampong Beureunut belum pernah mendapatkan
pelatihan untuk menghadapi banjir bandang. Kegiatan mitigasi bencana banjir bandang baru sebatas
sosialisasi penyebab dan dampak banjir bandang khusus bagi kelompok masyarakat.
c. Aksi (Action)
Sebagai tindakan/aksi dalam manajemen kesiapsiagaan, Gampong Beureunut belum memiliki alat
pendeteksi peringatan dini banjir bandang. Namun demikian, jika mulai terlihat tanda-tanda banjir
bandang berupa awan yang gelap dan hujan dengan intensitas yang tinggi dalam beberapa hari di
bagian hulu berupa, maka mereka akan mengumumkannya di masjid atau meunasah agar masyara-
kat bersiap-siap untuk menyelamatkan diri. Tidak ditunjuk petugas khusus untuk membuat pengu-
muman melalui microfon, tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja yang memang berada dekat dengan
masjid atau meunasah.
Masyarakat Gampong Beureunut belum menyediakan barang kebutuhan dasar untuk menghadapi
masa darurat bencana. Tas siaga bencana yang seharusnya disiapkan oleh masing-masing keluarga
juga tidak tersedia pada keluarga-keluarga di gampong ini. Penyelamatan hanya dilakukan untuk
arsip-arsip penting seperti buku nikah, kartu keluarga, KTP, surat tanah dan ijazah. Hal ini di
Mulai
Rumusan Masalah:
Kejadian banjir bandang berulang dan
perlu membentuk manajemen
kesiapsiagaan yang baik
Identifikasi Awal
Kesiapsiagaan Masyarakat
Pengumpulan
Data
Data Primer:
- Observasi Lokasi
- Kuesioner
- Wawancara
Data Sekunder:
- Peta Desa
- Luas Wilayah
- Jumlah dan Kepadatan
Penduduk
- Peta Darah Rawan
Banjir Bandang
Pengolahan Data
(Interactive Model)
Hasil dan Diskusi:
1. Kesiapsiagaan Masyarakat
2. Manajemen Kesiapsiagaan Masyarakat
Selesai
Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 [JTS HMS IKATSI FT. Unsyiah]
Konstribusi Sarjana Teknik Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur yang Inovatif dan Berkelanjutan
ISBN: 2086-5244
Balee Keurukon FT. Unsyiah, 1 Juni 2016 [hal. 5]
lakukan berdasarkan pengalaman pada saat terjadi banjir bandang sebelumnya, banyak warga yang
kehilangan surat penting dan menyulitkan dalam pengurusan administrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gampong ini sudah memiliki rambu-rambu dan juga tempat
evakuasi. Rambu-rambu evakuasi ini merupakan bantuan yang diberikan oleh dosen Unsyiah pada
saat memfasilitasi pembentukan organisasi kebencanaan. Tempat evakuasi yang disepakati adalah
kantor kepala desa dan puskesmas pembantu yang bertopografi tinggi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan manajemen bencana yang sudah disusun oleh gam-
pong dan organisasi kebencanaan. Dalam hal organisasi kebencanaan di Gampong Beureunut me-
mang sudah terbentuk, namun masih perlu pembinaan agar bisa berfungsi maksimal. Pengawasan
dari pihak luar tentu sangat diperlukan, terutama sekali dari pemerintah dan juga pihak yang sudah
membantu membentuk organisasi ini. Selama ini, pengawasan secara menyeluruh belum dilakukan
untuk organisasi kebencanaan. Untuk kesiapsiagaan masyarakat, belum terdapat pihak lain yang
mengawasinya, sehingga masyarakat bergerak sendiri sesuai dengan kemampuannya.
e. Evaluasi
Evaluasi terhadap organisasi kebencanaan dapat dilakukan oleh pemerintah gampong maupun dinas
terkait seperti BPBD dan Dinas Sosial. Tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki manajemen yang
sudah tersusun jika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa be-
lum ada pihak yang mengevaluasi terkait dengan kesiapsiagaan masyarakat.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian di Gampong Beureunut Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar,
maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Gampong Beureunut belum memiliki kesiapsiagaan yang
cukup terhadap bencana banjir bandang. Berdasarkan manajemen kesiapsiagaan, masyarakat Gampong
Beureunut belum terlaksana secara optimal. Hal ini karena masih kurangnya pemahaman tentang unsur-
unsur manajemen sehingga belum dapat dijalankan dengan baik. Terdapat beberapa hal yang telah dipa-
hami oleh masyarakat, namun banyak hal juga yang belum dilakukan sama sekali. Peningkatan mana-
jemen kesiapsiagaan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan meningkatkan kualitas kesiap-
siagaannya, maupun pihak luar dalam hal ini aparat gampong, BPBD dan Dinas Sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Azmeri, Alfiansyah Yulianur, Vina Listia, 2015. Analisis Perilaku Banjir Bandang akibat Keruntuhan
Bendungan Alam pada Daerah Aliran Sungai Krueng Teungku Provinsi Aceh. Jurnal Teknik
Sipil ITB, Vol 22 No.3.
Dewita, R. Dasrizal, dan Erita, Y., 2013. Studi Pemahaman Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana
Banjir bandang di Nagari Unggan Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.
Dodon, 2013. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat Di Permukiman Padat Penduduk Da-
lam Antisipasi Berbagai Fase Bencana Banjir. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 24.
No.2:125-140.
LIPI-UNESCO/ISDR, 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gem-
pa Bumi dan Tsunami. Jakarta.
Nugroho, A, C. 2007. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana, MPBI-
UNESCO, Jakarta.
Purwana. R., 2013. Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan dalam Kejadian Bencana. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Bencana.