Content uploaded by Kawakibul Qamar
Author content
All content in this area was uploaded by Kawakibul Qamar on Jul 23, 2016
Content may be subject to copyright.
Volume 1 Tahun 2016 – ISSN 2528-259X
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang | 301
BENTUK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS TEKS
Kawakibul Qamar; Selamet Riyadi
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan Malang
ikings94@unikama.ac.id
ABSTRAK. Mobile Learning dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika menggunakan aplikasi berbasis teks yaitu
Short Message Service (SMS) merupakan salah satu bagian dari mobile learning. Aplikasi
berbasis teks ini sangat populer di kalangan remaja usia sekolah. Pembelajaran matematika yang
menggunakan aplikasi berbasis teks sangat cocok menggunakan strategi scaffolding. Teks dalam
scaffolding dapat berupa questioning, prompting, cueing, serta direct explanation. Tujuan
penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan bentuk scaffolding dalam pembelajaran
matematika berdasarkan teks yang dihasilkan menggunakan aplikasi berbasis teks. Berdasarkan
data yang dikumpulkan berupa data kualitatif, maka metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif deskriptif. Dari hasil temuan subjek penelitian dapat melakukan proses pembelajaran
matematika dan aktif dalam melakukan interaksi menggunakan aplikasi berbasis teks ini.
Penggunaan scaffolding dengan bentuk questioning, prompting, cueing, explaining terlihat dalam
transkripsi.
Kata Kunci: pembelajaran matematika, aplikasi berbasis teks, SMS, scaffolding
PENDAHULUAN
Mobile Learning dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran matematika. Baya'a (2009) menyatakan pemanfaatan pembelajaran matematika yang
menggunakan mobile learning pada mahasiswa jurusan pendidikan mengakibatkan kombinasi yang
baik dalam pembelajaran matematika di dalam kelas. Pembelajaran yang menggunakan aplikasi
berbasis teks yaitu Short Message Service (SMS) merupakan salah satu bagian dari mobile learning.
Aplikasi berbasis teks ini sangat populer di kalangan remaja usia sekolah. Menurut Wang (2009)
mobile learning berbasis teks sangat berguna untuk mendukung kegiatan pembelajaran khususnya
kegiatan di luar kelas. Kegiatan pembelajaran menggunakan SMS dapat diterapkan dalam
pembelajaran remedial teaching Matematika di SMK (Qamar, 2013). Bahkan menurut Lomine (2009)
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis teks (Short Message Service/SMS) dapat meningkatkan
motivasi dan retensi siswa. Pemanfaatan aplikasi berbasis teks melibatkan keaktifan siswa untuk
menggali kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. Sehingga pembelajaran yang
memanfaatkan aplikasi berbasis teks dapat diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika yang menggunakan aplikasi berbasis teks sangat cocok menggunakan
strategi scaffolding. Bentuk Scaffolding dapat dikonversi dalam bentuk berupa teks yang digunakan
untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Teks dalam scaffolding dapat pertanyaan
arahan sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman terhadap suatu konsep
matematika. berupa questioning, prompting, cueing, serta direct explanation (Fisher, 2010).
Masalah penelitian ini memfokuskan pada bagaimana bentuk scaffolding pada pembelajaran
Matematika menggunakan aplikasi berbasis teks. Sehingga tujuan penelitian ini berupaya untuk
mendeskripsikan bentuk scaffolding dalam pembelajaran matematika berdasarkan teks yang
dihasilkan menggunakan aplikasi berbasis teks.
Volume 1 Tahun 2016 – ISSN 2528-259X
302 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang
Scaffolding dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika merupakan proses transfer pengetahuan baik pemahaman konsep
maupun keterampilan prosedural sehingga pembelajar memiliki pengetahuan yang lebih tinggi. Hal
ini sejalan dengan tujuan dari pendidikan nasional yang mengharuskan pendidik untuk
mengembangkan potensi peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut terangkum dalam sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Untuk meraih tujuan sistem pendidikan nasional khususnya siswa yang
kreatif, dapat menggunakan strategi Scaffolding. Scaffolding dalam konteks pendidikan adalah proses
pemberian kerangka belajar dari pendidik kepada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan Lawson (2002)
yang menyatakan bahwa “Scaffolding in an educational context is a process by which a teacher
provides students with a temporary framework for learning”. Pemberian Scaffolding akan mendorong
peserta didik mengembangkan inisiatif, motivasi, dan sumber daya mereka sehingga diharapkan
tumbuh kompetensi kreativitasnya.
Konsep Scaffolding digunakan untuk memberikan pemahaman interaksi antara orang dewasa
dan anak (Stone, 1998). Scaffolding dalam pembelajaran merupakan strategi mengajar yang terdiri
dari mengajar suatu keterampilan baru dengan mengajak peserta didik bersama-sama menyelesaikan
tugas yang dirasa terlalu sukar apabila siswa menyelesaikannya sendiri kemudian pendidik
memberikan bantuan belajar secara penuh dan kontinyu, dalam hal ini scaffolding untuk membantu
siswa membangun pemahaman atas pengetahuan dan proses yang baru.
Pendidik juga dapat menggunakan pertanyaan sebagai scaffolding untuk membantu siswa
untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas. Pendidik mungkin meningkatkan tingkat
pertanyaan atau kekhususan sampai siswa tersebut mampu memberikan respon yang benar (Stuyf,
2002: 4). Pertanyaan tersebut dapat berupa kata-kata yang dituliskan sehingga dalam aplikasi berbasis
teks, suatu scaffolding dapat dilakukan. Menurut Fisher (2010), bentuk scaffolding yang dilakukan
oleh pendidik dalam membantu siswa terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Questioning untuk memeriksa pemahaman,
2. Prompting untuk memfasilitasi proses kognisi siswa,
3. Cueing untuk mengalihkan perhatian siswa menjadi fokus pada informasi yang lebih
khusus, kesalahan atau pemahaman parsial,
4. Explaining untuk siswa yang belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menyelesaikan tugas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang mengatasi
kesulitan dalam kompetensi Konsep Peluang. Pembelajaran matematika dilakukan menggunakan
aplikasi berbasis teks yang dipandu oleh peneliti sebagai instrumen penelitian utama yang
merencanakan, melaksanakan, mengolah data (mengambil, menganalisis, mendeskripsikan,
menyimpulkan) serta melaporkan hasil penelitian. Kegiatan penelitian ini berkenaan dengan
penyimpanan catatan (hasil rekaman aplikasi berbasis teks) dan pengumpulan pengalaman dalam
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan data kualitatif berdasarkan analisis pada rekaman data teks
yang digunakan selama pembelajaran. matematika menggunakan aplikasi teks.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran matematika menggunakan aplikasi berbasis teks ini terjadi dengan baik.
Hal ini ditunjukkan dari rekaman data transkripsi antara subjek dengan peneliti. Adapun hasil
Volume 1 Tahun 2016 – ISSN 2528-259X
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang | 303
penelitian berupa transkripsi dari beberapa poin yang dijelaskan berupa tabel, mulai tabel 1 sampai
dengan tabel 4. Tabel tersebut ditunjukkan sebagai berikut.
Tabel 1. Bentuk Scaffolding Questioning
Peneliti
Qudsy mempunyai 4 kaos dan 3 celana. Dengan berapa pasangan berbeda, dia dapat
memakai kaos dan celana tersebut?
Subjek
12 pak .
Peneliti
darimana dapat 12 itu?
Subjek
Kaos 4 x 3 clna = 12
Peneliti
mengapa pakai perkalian? caranya untuk memastikan bagaimana?
Subjek
Msal kaos 1 utk celna 1,2,3
Kaos 2 utk clna 1,2,3
Kaos 3 utk clna 1,2,3
Kaos 4 utk clna 1,2,3
Jd kaos bsa d.pke dgn clna 12x
Berdasarkan transkripsi pada tabel 1, subjek sebenarnya sudah bisa menjawab namun, untuk
meyakinkan jawaban tersebut maka dapat digunakan scaffolding dengan bentuk questioning sehingga
kelihatan bahwa subjek memang benar sepenuhnya memahami tentang jawaban soal tersebut.
Tabel 2. Bentuk Scaffolding Prompting
Peneliti
Peluang tembakan A mengenai sasaran adalah 0,25 dan peluang tembakan B meleset
dari sasaran adalah 0,4. Jika A dan B masing-masing menembak, hitung peluang
tembakan keduanya mengenai sasaran?
Peneliti
bagaimana? bisa??
Subjek
P(a)=0,25
Krn mlset P(b)=1-0,4=0,6
P(aub)=p(a)+p(b)=0,25+0,6= 0,85 pak hsilx
Peneliti
karena kata hubung “dan” berarti pakai gabungan ataukah irisan??
Subjek
Y ampun iya pak , dan brti irisan
Jd p(a).p(b) =0,15
Berdasarkan transkripsi pada tabel 2, subjek dirasa terlalu lama dalam mengajukan jawabannya
sehingga diberi scaffolding bentuk questioning, namun respon dari subjek masih terdapat kesalahan
sehingga diberikan scaffolding dengan bentuk prompting, dan hasilnya subjek menyadari letak
kesalahannya.
Tabel 3. Bentuk Scaffolding Cueing
Peneliti
Tiga kartu diambil dari seperangkat kartu bridge secara acak, berapa peluang
mendapatkan semuanya As?
Subjek
Gni a pak ?
n(a)=4
n(s)=52 jd 4/52 = 1/13
Peneliti
kan ada 3 as, berapa banyak komposisinya?
Subjek
Apa gni
n(a)=4C3=4!/1!3!=4
n(s)=52C3=52!/49!31=22100
n(a)/n(s)=4/22100=1/5525
Peneliti
ya.. anda benar...
Berdasarkan transkripsi pada tabel 3, subjek sudah menggunakan argumen untuk menyelesaikan soal,
namun masih ada keraguan yang ditunjukkan dengan “Gni a pak ?” sehingga perlu diberi scaffolding
dengan bentuk cueing seperti yang ditunjukkan dalam tabel 2 tersebut.
Volume 1 Tahun 2016 – ISSN 2528-259X
304 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang
Tabel 4. Bentuk Scaffolding Explaining
Peneliti
soal terakhir.. Suatu dadu sisi 6 dilempar 2 kali dan mata dadu yang muncul
dijumlahkan maka peluang jumlah mata dadu lebih dari 10 atau prima adalah...
Subjek
n(s)=36
n>10 (a)=3
n prima (b)=3
P(aub)=3/36+3/36=6/36=1/6
Peneliti
jumlah prima lho jd tdk hanya 3.. cari lagi...
Subjek
n(s)=36
n>10 (a)=3
n prima (b)=11
P(aub)=3/36+11/36=14/36=7/18
Peneliti
yakin hanya 11??? coba apa saja??
Subjek
2,3,5,7,11,13,17,19,23,29,31
Peneliti
masak jumlah mata dadu lemparan 1 dan 2 bisa sampai 31???
Subjek
Oh 6 ya pak
Brti p(b)=6
P(aub)= p(a)+p(b)=3/36+6/36=9/36=1/4
Peneliti
kan jumlah mata dadu yang mungkin muncul terbesar 6+6=12... jadi yg prima kan
2,3,5,7,11
2 itu (1,1)
3 itu (1,2),(2,1) dst..
Subjek
Truz ruang sampelx 12 pa yg 36 pak ?
Peneliti
ruang sampelnya kan tetap... 36 karena kejadian yg mungkin (1,1),(1,2)(2,1), sampai
(5,6),(6,5),(6,6) jadi ada 36 bukan???
Subjek
P(aub)=p(a)+p(b)= 3/36+5/36=8/36=2/9
Peneliti
jumlah yg prima
(1,1),(1,2),(2,1),(1,4),(4,1),(2,3),(3,2),(1,6),(6,1),(2,5),(5,2),(3,4),(4,3),(3,6),(6,3),(4,5),
(5,4),(5,6),(6,5) berarti ada 14
Subjek
Kok 14 pak bkanya 19 ?
Peneliti
oia bkn 14 tp 19. hehehe..
Subjek
Berrti p(aub)=p(a)+p(b)=3/36+19/36=22/36=11/18
Gni a pak ?
Berdasarkan transkripsi tabel 4, merupakan scaffolding yang terbanyak, karena sebelum
memunculkan bentuk scaffolding explaining harus melewati bentuk scaffolding questioning,
prompting dan cueing. Hal ini dapat terjadi dimungkinkan pemahaman subjek masih tidak jelas,
sehingga ketika menggunakan scaffolding explaining akhirnya proses tersebut bisa dengan mudah
diterima oleh subjek.
Scaffolding yang diberikan dalam bentuk teks digunakan dalam pembelajaran matematika
menggunakan aplikasi teks. Bentuk scaffolding yang terjadi bervariasi mulai yang sering banyak
digunakan yaitu bentuk questioning sampai yang jarang digunakan dalam bentuk explaining.
Scaffolding yang sering digunakan berupa questioning dan prompting sedangkan untuk bentuk cueing
dan explaining digunakan ketika kemampuan subjek berada diluar Zone Proximal Development
(ZPD).
PENUTUP
Dari hasil temuan subjek penelitian dapat melakukan proses pembelajaran matematika dan
aktif dalam melakukan interaksi menggunakan aplikasi berbasis teks ini. Penggunaan scaffolding
dengan bentuk questioning, prompting, cueing, dan bentuk explaining. Bentuk scaffolding dalam
pembelajaran matematika berbantuan teks seperti berikut.
1. Questioning: darimana dapat 12 itu?
mengapa pakai perkalian? caranya untuk memastikan bagaimana?
bagaimana? bisa??
Volume 1 Tahun 2016 – ISSN 2528-259X
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang | 305
2. Prompting: karena kata hubung “dan” berarti pakai gabungan ataukah irisan??
jumlah prima lho jd tdk hanya 3.. cari lagi...
yakin hanya 11??? coba apa saja??
3. Cueing: kan ada 3 as, berapa banyak komposisinya?
masak jumlah mata dadu lemparan 1 dan 2 bisa sampai 31???
Kok 14 pak bkanya 19 ?
4. Explaining: kan jumlah mata dadu yang mungkin muncul terbesar 6+6=12...
ruang sampelnya kan tetap... 36 karena kejadian yg mungkin (1,1),(1,2)(2,1),
…
DAFTAR RUJUKAN
Baya'a, N. dan Daher,W. 2009. Students' Perceptions of Mathematics Learning
Using Mobile Phones. IMCL International Conference on Mobile and Computer aided
Learning, (online),( www.imcl-conference.org) diakses 20 April 2016
Fisher, Douglas, 2010. Guided Instruction: How To Develop Confident And Successful Learners.
USD: ASCD
Lawson, L.2002. Scaffolding as a Teaching Strategy. (online)
(http://condor.admin.ccny.cuny.edu/roup a son a son Paper.doc), diakses tanggal 29 April
2016.
Qamar, Kawakibul. 2013. Pemanfaatan Short Message Service (SMS) dalam Remedial Teaching
dengan menggunakan Scaffolding pada Materi Peluang di SMK PGRI 3 Malang. Tesis.
Tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.
Stone, A. 2004. Mobile Scaffolding: An Experiment in Using SMS Text Messaging to Support First
Year University Students. Proceedings of the IEEE International Conference on Advanced
Learning Technologies.
(online),(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.474.6854&rep=rep1&ty
pe=pdf) diakses pada tanggal 21 April 2016
Stuyf., V. 2002. Scaffolding as a Teaching Strategy. Adolescent Learning and
Development Journal. Section 0500A-Fall 2002.
(online),(http://workplacesafety.pbworks.com/f/Scaffold+Learning.doc) diakses pada
tanggal 25 April 2016
Wang, Lei. 2009. Effectiveness Of Text-Based Mobile Learning Applications: Case Study In Tertiary
Education. (online),(http://mro.massey.ac.nz/handle/10179/1092) diakses tanggal 20 April
2016