Content uploaded by Arif Budiman
Author content
All content in this area was uploaded by Arif Budiman on Nov 14, 2016
Content may be subject to copyright.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
Korespondensi: Arif Budiman
arifbudimanapt@gmail.com
68
Uji Aktivitas Sediaan Gel Shampo Minyak Atsiri Buah Lemon (Citrus
limon Burm.)
Arif Budiman1, Melina Faulina 2, Anna Yuliana2, Anis Khoirunisa1
1Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
2Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
Abstrak
Ketombe merupakan gangguan yang terjadi di kulit kepala di mana salah satu penyebabnya adalah
jamur. Salah satu bahan alam yang diketahui dapat digunakan sebagai antiketombe adalah buah lemon.
Kandungan yang terdapat di dalam minyak atsiri buah lemon seperti flavanoid, monoterpen, dan
seskuiterpen diketahui memiliki aktivitas sebagai antijamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji aktivitas minyak atsiri buah lemon dalam bentuk sediaan gel sampo terhadap jamur
Malassezia sp. Penelitian ini diawali dengan penetapan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari
minyak astsiri buah lemon secara mikrobiologi untuk mendapatkan konsentrasi bahan aktif dalam
formulasi sediaan sampo gel. Orientasi formula meliputi variasi konsentrasi karbomer dan Hidroksi
Propil Metil Selulosa (HPMC) sebagai basis gel. Evaluasi stabilitas sediaan gel meliputi pengamatan
organoleptis, homogenitas, pH, dan viskositas. Dilakukan uji aktivitas antiketombe dari formula
terbaik terhadap jamur Malassezia sp. Hasil menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) minyak atsiri terhadap jamur Malassezia sp. adalah 0,5%. Formula yang menunjukkan hasil
terbaik setelah evaluasi sediaan adalah formula yang mengandung basis HPMC sebanyak 6%. Sediaan
sampo gel terbaik memiliki aktivitas sebagai antiketombe dengan memberika diameter hambat sebesar
29,4 mm terhadap jamur Malassezia sp.
Kata kunci: Minyak atsiri, buah lemon, antiketombe, gel sampo, Malassezia sp.
Activity Test of Lemon Essential Oil (Citrus limon Burm.) Shampoo Gel as
Antidandruff against Fungus Malassezia sp.
Abstract
Dandruff was a disorder that occurs on the scalp where was caused by fungus. One of the medicinal
plant that was known could be used as an antidandruff was lemon. The content of lemon essential oil
such as flavonoids, monoterpenes, and sesquiterpenes were known have an antifungal activity. This
research aimed to determine the activity of lemon essential oil in shampoo gel dosage form against the
fungus Malassezia sp. The research began with the determination of Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) of lemon essential oil in microbiology to get the concentration of the active
ingredient in the formulation of shampoo gel. Formula orientation included variations in the
concentration of Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) and Carbomer as gelling agent. Stability
of shampoo gel was evaluated through an organoleptic observation, homogeneity, pH, and viscosity.
The antifungus activity of the best formulation was tested against Malassezia sp. The results showed
that the Minimum Inhibition Concentration (MIC) lemon essential oil was 0.5%. The best formula
after the evaluation was the formula containing HPMC 6%. The best formula showed antidandruff
activity with 29.4 mm diameter inhibition of Malassezia sp.
Keywords: Antidandruff, essential oil, gel shampoo, lemon, Malassezia sp.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
69
Pendahuluan
Ketombe adalah gangguan pada kulit
kepala yang mengakibatkan berkurangnya
kenyamanan dalam beraktivitas karena
menimbulkan rasa gatal pada kepala serta
dapat mengurangi rasa percaya diri akibat
adanya bintik putih pada rambut. Ketombe
diakibatkan oleh adanya infeksi jamur
dengan skuama berwarna putih abu-abu
dalam jumlah banyak dan mudah rontok,
disertai dengan rasa gatal yang sangat luar
biasa pada kulit kepala, berbau dan dengan
atau tanpa peradangan.1,2
Mencuci rambut menggunakan sampo
antiketombe merupakan salah satu cara
mencegah ketombe. Saat mencuci rambut
harus diperhatikan zat aktif yang terdapat
di dalamnya. Sampo antiketombe biasanya
mengandung desinfektan untuk mencegah
tumbuhnya ketombe tetapi tidak boleh
merusak kulit kepala dan rambut.3 Sampo
antiketombe banyak yang mengandung
senyawa-senyawa antibakteri seperti zink,
yang mempunyai efek dapat merusak kulit
dan menimbulkan kerontokan rambut.4
Oleh karena itu, perlu ada alternatif lain
khususnya bahan alam yang dapat
digunakan sebagai antiketombe.
Lemon merupakan buah yang sering
digunakan masyarakat sebagai penyedap
dalam masakan atau untuk menghilangkan
bau amis. Lemon dapat berpotensi secara
biologis sebagai antibakteri, antidiabetes,
antikanker, dan antiviral.5,6 Flavanoid di
dalam buah lemon membantu mencegah
serangan dari patogen termasuk bakteri,
jamur, dan virus.7 Selain itu kandungan
minyak atsiri, alkaloid, serta sesquiterpen
dan senyawa terpen lain dapat berfungsi
sebagai antibakteri dan antijamur.8 Pada
penelitian lain menunjukkan bahwa secara
mikrobiologi jeruk lemon efektif untuk
menghambat pertumbuhan jamur sebagai
penyebab ketombe.9
Berdasarkan latar belakang tersebut,
dibuat gel sampo yang mengandung bahan
aktif buah lemon. Sediaan gel dipilih
karena gel memiliki beberapa keuntungan
dibanding sediaan lain yaitu waktu kontak
lama, mudah dicuci serta bentuk yang
menyenangkan.10 Tujuan dari penelitian ini
adalah membuat formula sediaan gel
sampo antiketombe minyak atsiri buah
lemon (Citrus limon Burm.) terhadap
jamur Malassezia sp. penyebab ketombe
serta menguji aktivitas minyak atsiri buah
lemon (Citrus limon Burm.) dalam bentuk
sediaan gel sampo terhadap jamur
penyebab ketombe, yaitu Malassezia sp.
Metode
Alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah gelas ukur, pipet tetes, batang
pengaduk, beaker glass, spatula, cawan
penguap, neraca elektrik (mettler Toledo,
JL 1502-6), pHmeter, autoklaf, mikroskop,
viskometer Brookfield, lampu spiritus, ose,
mortir, stamper, dan cawan petri.
Bahan-bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah jamur Malassezia sp.,
minyak atsiri buah lemon, natrium lauril
sulfat, propil paraben, metil paraben,
propilenglikol, pewangi (minyak lemon),
dan medium Trypticase Soy Agar (TSA)
Oxoid England.
Buah lemon yang digunakan berasal
dari Manoko, Kec. Lembang, Kabupaten
Bandung Barat. Determinasi sampel dari
buah lemon dilakukan di laboratorium
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Padjadjaran (UNPAD).
Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan
metode destilasi uap-air. Buah lemon
dimasukkan ke dalam panci penyulingan
(dandang) yang diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian
bawah saringan destilasi, simplisia buah
lemon dimasukkan ke dalam dandang (di
atas saringan). Api diatur sedemikian rupa
hingga tetesan destilat keluar dengan
konstan. Destilat kemudian ditampung di
dalam erlenmeyer sampai tetesan destilat
bening. Proses ini dilakukan sekitar 3−5
jam. Minyak atsiri dipipet, disimpan dalam
botol coklat atau gelap dan ditutup rapat.
Jamur Malassezia sp. diisolasi dari
hasil kerokan skuama penderita ketombe.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
70
Hasil kerokan menggunakan spatula steril,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan natrium klorida (NaCl)
fisiologis, lalu diinkubasi selama 48 jam
dan dilihat pertumbuhan hifa dengan
menggunakan mikroskop binokuler dan
sesuaikan dengan ciri hifa pada jamur
Malassezia sp.
Penentuan KHM (Konsentrasi Hambat
Minimum) minyak atsiri buah lemon
terhadap jamur Malassezia sp. dilakukan
dengan membuat lempeng agar dari
campuran 20 mL NA (Nutrient Agar) steril
dan 100 µL jamur Malassezia sp. yang
telah disuspensikan dalam media cair TSB
(Tryptone Soya Broth) dalam cawan petri.
NA yang sudah padat dibuat lubang
dengan menggunakan perforator. KHM
dilakukan dengan melarutkan minyak atsiri
dalam akuades, ekstrak dimasukkan dalam
lubang dengan berbagai variasi konsentrasi
minyak atsiri. Konsentrasi yang digunakan
adalah 100%; 25%; 20%; 15%; 10%; 5%;
1%; 0,75%; 0,5%; 0,4%; 0,3%; 0,2%;
0,1%; 0,05% dan 0,01%.
Sediaan gel sampo minyak atsiri lemon
dibuat dengan pengembangan basis gel
menggunakan air hangat, diaduk homogen
sampai terbentuk massa yang semisolid,
ditambahkan propilenglikol sedikit demi
sedikit serta metil dan propil paraben yang
telah dilarutkan dalam propilenglikol,
diaduk sampai terbentuk gel yang bening.
Natrium lauril sulfat ditambahkan setelah
dilarutkan terlebih dahulu dalam air sedikit
demi sedikit lalu diaduk sampai homogen,
ditambahkan minyak atsiri buah lemon dan
pewangi lemon, diaduk homogen, lalu
ditambahkan akuades sampai volume yang
diperlukan.
Pengujian stabilitas sediaan dilakukan
pengamatan organoleptis, viskositas, dan
pH. Pada pengamatan secara organoleptis,
dilakukan dengan melihat perubahan
sediaan gel sampo meliputi perubahan
bentuk, warna, dan bau pada hari ke-1, 3,
5, 7, 14, 21, 28 hari penyimpanan.
Pengukuran viskositas dari sediaan
menggunakan viskometer Brookfield DV-
C, dengan spindel yang sesuai (spindel
no.5) pada 100 rpm. Perubahan viskositas
sediaan diamati pada hari ke-1, 3, 7, 14,
21, dan 28 hari penyimpanan.
Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pHmeter digital. pHmeter
digital terlebih dahulu dikalibrasi dengan
larutan dapar standar pH asam (pH 4) dan
larutan pH netral (pH 7) hingga pada alat
menunjukkan pH 7,00. Elektroda dibilas
dengan akuades, lalu dikeringkan dengan
menggunakan tisu. Elektroda dicelupkan
ke dalam sediaan hingga menunjukkan pH
yang konstan. Amati perubahan pH dari
sediaan yang telah dibuat pada hari
penyimpanan ke-1, 3, 7, 14, 21, dan 28.
Aktivitas antiketombe sediaan sampo
gel minyak atsiri buah lemon diuji dengan
menggunakan metode difusi agar. Metode
difusi agar dilakukan dengan cara yaitu
media NA diinokulasi bakteri sebanyak
100 µL dimasukkan ke dalam cawan petri,
didiamkan hingga memadat. Setelah
memadat, dibuat lubang dengan
menggunakan perforator. Sebanyak 1 g
sediaan dimasukkan ke dalam lubang lalu
diinkubasi dalam inkubator selama 18−24
jam dengan suhu 37 oC kemudian diamati
dan diukur diameter hambatannya.
Hasil
Hasil determinasi buah jeruk lemon
yang dilakukan di Jurusan Biologi FMIPA
UNPAD menunjukkan bahwa tanaman
yang digunakan adalah Citrus limon Burm.
Isolasi minyak atsiri dari buah lemon
menghasilan rendemen sebanyak 0,15%
berwarna kuning bening, berbau khas
menyengat.
Isolasi jamur Malassezia sp.
menunjukkan hasil yang positif. Hasil
penentuan KHM minyak atsiri buah lemon
(Citrus limon Burm.), yaitu konsentrasi
0,5%. Komposisi dari sediaan gel sampo
minyak atsiri buah lemon terdapat pada
Tabel 1. Terhadap enam formula tersebut
dilakukan beberapa pengujian, hasil dari
pengamatan pH dan pengukuran viskositas
sediaan, dapat dilihat pada Gambar 1 dan
2.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
71
Tabel 1 Komposisi Sediaan Gel Sampo Minyak Atsiri Lemon
Bahan
Konsentrasi (%)
F 1
F 2
F 3
F 4
F 5
F 6
Minyak atsiri lemon
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
Natrium lauril sulfat
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
HPMC
6%
7%
8%
-
-
-
Carbomer
-
-
-
2,5%
3%
3,5%
Propilenglikol
10%
10%
10%
10%
10%
10%
Methyl paraben
0,0%
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
Propil paraben
0,1%
0,1%
0,1%
0,1%
0,1%
0,1%
Pewangi lemon
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Akuades
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Pembahasan
Determinasi buah lemon yang telah
dilakukan di laboratorium Jurusan Biologi
FMIPA UNPAD menunjukkan bahwa
tanaman yang digunakan adalah Citrus
limon Burm. sedangkan dalam isolasi
minyak atsiri dari buah jeruk lemon yang
dilakukan dengan metode destilasi uap air,
menghasilkan rendemen minyak atsiri
sebanyak 0,15%. Minyak atsiri yang
dihasilkan berwarna kuning bening, berbau
khas menyengat.
Isolasi jamur Malassezia sp. sebagai
penyebab ketombe dari kerokan skuama
penderita ketombe setelah diinkubasi 3
hari pada suhu ruangan menunjukkan hasil
yang positif, hal ini di tunjukkan dengan
adanya bentuk hifa oval atau botol saat
dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik
menggunakan mikroskop binokuler.
Pada penentuan KHM minyak atsiri
buah lemon (Citrus limon Burm.) dengan
menggunakan media SDA (Sabaroud
Dexstrosa Agar) pada jamur Malassezia
sp. menunjukkan konsentrasi hambat yaitu
ditunjukkan dengan zona bening pada
konsentrasi 0,5%. Adanya aktivitas ini
karena di dalam minyak atsiri terkandung
senyawa flavanoid dan terpen sebagai
antibakteri.8,9 Konsentrasi ini dijadikan
dasar sebagai konsentrasi bahan aktif
dalam formulasi sediaan sampo gel.
Berdasarkan formula pada Tabel 1,
yang digunakan sebagai basis gel adalah
HPMC dan karbomer.11,12 Pembuatan gel
dengan basis karbomer perlu ditambahkan
zat pembasa dikarenakan sifat karbomer
saat dilarutkan di dalam air adalah asam,
sedangkan struktur gel dari karbomer akan
mengembang dalam suasana netral
sehingga perlu ditambahkan pembasa agar
terbentuk gel.12,13 Penambahan natrium
lauril sulfat akan meningkatkan pH
menjadi netral karena sifatnya basa kuat
dan juga sebagai penghasil busa dalam
sediaan sampo.
Dalam pembuatan gel sering terjadi
sineresis, yaitu proses keluarnya air dari
struktur gel sebagai akibat terjadi kontraksi
volume. Sineresis dapat terjadi karena
penyimpanan pada waktu lama dan terjadi
Tabel 2 Hasil Pengamatan Bentuk Sampo Antiketombe dengan Berbagai Variasi Basis dan
Konsentrainya Selama Waktu Penyimpanan
Waktu penyimpanan
(hari)
Stabilitas bentuk sediaan gel sampo dengan berbagai variasi basis dan
konsentrasinya selama waktu penyimpanan
F1
F2
F3
F4
F5
F6
1
+
+
+
+
+
+
3
+
+
+
+
+
+
7
+
+
+
+
+
+
14
+
+
+
+
+
+
21
+
+
+
+
+
+
28
+
+
+
-
-
+
Keterangan: (+): Baik, (-): Tidak baik
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
72
!
Gambar 1 Grafik Pengamatan pH Sediaan
Sampo Gel Minyak Atsiri Buah
Lemon
Gambar 2 Grafik Pengukuran Viskositas
Sediaan Sampo Gel Minyak
Atsiri Buah Lemon
fluktuasi suhu penyimpanan. Dalam upaya
mengatasi hal tersebut, maka ditambahkan
humektan untuk mengikat air dari udara
yang lembab sekaligus mempertahankan
air yang ada dalam sediaan.10 Dalam
formula ini yang dapat berfungsi sebagai
humektan adalah propilenglikol.14
Banyaknya kandungan air dalam gel
berpotensi untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme, hal tersebut dikarenakan
tanaman merupakan nutrisi atau makanan
bagi mikroorganisme. Selain itu, adanya
kontaminasi sekunder mampu menambah
kontaminasi sediaan seperti dari tangan
dan lingkungan sekitar.15 Pada formulasi
perlu ditambahkan pengawet agar dapat
mencegah dan menghambar pertumbuhan
mikroorganisme dalam penggunaan lama.
Pada formula ini yang dijadikan sebagai
pengawet adalah metil paraben dan propil
paraben.14
Hasil pengamatan terhadap perubahan-
perubahan bentuk, warna, dan bau dari
sediaan gel sampo dengan berbagai variasi
basis dan konsentrasinya (Tabel 2), bahwa
sediaan gel sampo antiketombe dengan
variasi basis dan konsentrasi selama 28
hari waktu penyimpanan tidak mengalami
perubahan bentuk pada formula dengan
basis HPMC baik secara warna, bau serta
tidak terjadi sineresis. Penggunaan HPMC
diharapkan dapat memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang memiliki viskositas
tinggi namun mudah dituang. HPMC juga
sering digunakan dalam pembuatan sampo
yang jernih. Kelebihan lain dari HPMC
adalah tidak terpengaruh oleh elektrolit,
dapat bercampur dengan pengawet serta
rentang pH yang luas.11
Formula gel sampo juga mengandung
surfaktan yaitu natrium lauril sulfat. Selain
sebagai pembersih, surfaktan juga berguna
sebagai zat pengemulsi untuk menstabilkan
bentuk dari sediaan gel sampo. Sedangkan
pada formula dengan basis karbomer
(formula 5 dan 6), pada hari ke 21 dan 28
mengalami perubahan bentuk sediaan yang
lebih encer, hal ini karena perbedaan pH
antara karbomer dengan natrium lauril
sulfat yang mengakibatkan pH dari sediaan
tidak sama dengan nilai pH yang dapat
membuat gel karbomer mengembang.10,13
Berdasarkan pada Gambar 1, secara
perhitungan statistika dari pH sediaan tidak
mengalami perubahan secara bermakna,
artinya sediaan yang dibuat stabil selama
penyimpanan 28 hari.
pH sediaan yang dibuat berada dalam
rentang 5 "7,5 sehingga masih masuk ke
dalam rentang pH fisiologis kulit yaitu
Tabel 3 Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Sediaan Sampo Gel Minyak Atsiri Buah Lemon
Waktu penyimpanan
Formula 6 (mm)
Pembanding (mm)
Formula tanpa buah lemon (mm)
Hari ke- 3
28,2
44,4
5,5
Hari ke- 4
29,0
45,0
6,6
Hari ke- 5
29,4
45,6
7,0
Hari ke- 6
29,4
45,7
7,0
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
73
antara 4,2−6,5 atau 5−6,5.16 pH kulit harus
sangat diperhatikan karena semakin basa
atau semakin asam bahan yang mengenai
kulit, semakin sulit untuk menetralisirnya
dan kulit akan menjadi rusak serta menjadi
kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah
terkena infeksi. Seharusnya pH kosmetik
sama atau sedekat mungkin dengan pH
fisiologis kulit, yang demikian disebut
sediaan dengan pH-balanced.17
Hasil evaluasi viskositas pada Gambar
2 menunjukkan bahwa gel yang dibuat
mempunyai nilai viskositas yang stabil
selama penyimpanan. Meskipun formula
gel terjadi beberapa perubahan tetapi tidak
signifikan secara statistik sehingga tidak
memengaruhi bentuk fisik dari sediaan.
Sediaan yang paling baik yaitu sediaan
yang mengandung HPMC sebanyak 6%,
kemudian diuji aktivitas dari minyak atsiri
buah lemon terhadap jamur Malassezia sp.
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
minyak atsiri yang terdapat dalam sediaan
sampo gel mempunyai aktivitas antijamur
terhadap jamur Malassezia sp. Senyawa
yang mempunyai aktivitas antijamur di
dalam minyak atsiri seperti flavonoid,
alkaloid, dan sesquiterpen yang terkandung
dalam sediaan sampo gel.8
Simpulan
Minyak atsiri buah lemon mempunyai
potensi sebagai antijamur Malassezia sp.
dengan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) sebesar 0,5%. Formula yang paling
baik dalam sediaan gel sampo minyak
atsiri buah lemon (Citrus Limon Burm..)
adalah formula yang mengandung basis gel
HPMC 6%. Formula tersebut memiliki
aktivitas terhadap penghambatan jamur
Malassezia sp. sebagai penyebab ketombe
dengan zona hambat 29,4 mm.
Daftar Pustaka
1. Niharika A, Aquicio JM, Anand A.
Antifungal properties of Neem
(Azardirachta indica) leaves extract to
treat hair dandruff. E-International
Scientific Research Journal. 2010;2(3):
244−252.
2. Tania I. Formulasi, uji stabilitas dan uji
manfaat shampoo mikroemulsi minyak
biji mimba pada ketombe derajat
ringan-sedang (Thesis). Depok:
Universitas Indonesia; 2012.
3. Ariyani, Dewi SS, Haribi R. Daya
hambat sampo anti ketombe terhadap
pertumbuhan C. albicans penyebab
ketombe. Jurnal Kesehatan Unimus.
2009; 2(2):7−10.
4. Trueb RM. Shampoos: Ingredients,
efficacy and adverse effects. JDDG;
2007;5:356–365.
5. Hindi NKK, Chabuck ZAG.
Antimicrobial activity of different
aqueous lemon extracts. Journal of
Applied Pharmaceutical Science. 2013;
3(6):074-078.
6. Ortuno AA, Baidez P, Gomez MC,
Arcas I, Porras AG, Del Rio JA, Citrus
paradisi and Citrus sinensis
flavonoids: their influence in the
defence mechanism against Penicillium
digitatum. Food Chem. 2006; 98(2):
351−358.
7. Mierziak J, Kostyn K, Kulma A.
flavonoids as important molecules of
plant interactions with the
environment. Molecules. 2014;19:
16240−16265.
8. Maruti JD, Jalkute CB, Gosh JS
Sonawane KD. Study antimicrobial
activity of lemon (Citrus Lemon L.)
peel extract. British Jurnal of
Pharmacology and Toxicology. 2011;2
(3):119−122
9. Naga PP, Anuradha K, Divya K.
Comparison of potency of antifungal
action of dandruff shampoos and
different plant extracts. Int J Med Res
Health Sci. 2015;4(2):327−331.
10. Budiman A. Formulasi sediaan gel aloe
vera steril dan uji penyembuhan luka
bakar (Thesis). Bandung: Sekolah
Farmasi-ITB Bandung; 2010.
11. Faizatun, Kartiningsih, Liliyana.
Formulasi sediaan sampo ekstrak
bunga Chamomile dengan hidroksi
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
74
propil metil selulosa sebagai pengental.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
2008;6(1):15−22.
12. Kuncari ES, Iskandarsyah, Praptiwi.
Evaluasi, uji stabilitas fisik dan
sineresis sediaan gel yang mengandung
minoksidil. apigenin dan perasan herba
seledri (Apium graveolens L.). Bul.
Penelit. Kesehat. 2014;42(4):213−222.
13. Khaerunnisa RR, Priani SE, Lestari F.
Formulasi dan uji efektivitas sediaan
gel antiseptik tangan mengandung
ekstrak etanol daun mangga arumanis
(Mangifera indica L.). Prodising
peneilitian SpeSIA; Farmasi
Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-
2015; Bandung. Indonesia. Indonesia:
Universitas Islam Bandung; 2015.
14. Faradiba, Attamimi F, Maulida R.
Formulasi krim wajah dari sari buah
jeruk lemon (Citrus lemon L.) dan
anggur merah (Vitis vinifera L.) dengan
variasi konsentrasi emulgator. Majalah
Farmasi dan Farmakologi, 2013;17(1):
17–20.
15. Gungor E, Gokoglu N. Determination
of microbial contamination source at a
Frankfurter sausage processing line.
Turk J. Vet. Anim. Sci. 2010;34(1):
53−59.
16. Febriyenti, Fitria N, Mohtar N, Umar
S, Noviza D, Rineldi S, Yunirwanti,
Bai SB. Honey gel and film for burn
wound. International Journal of Drug
Delivery. 2014;6(1):01−06.
17. Tranggono RIS, Latifa F. Buku
pegangan ilmu pengetahuan posmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2007.