ArticlePDF Available

Activity Test of Lemon Essential Oil (Citrus limon Burm.) Shampoo Gel as Antidandruff against Fungus Malassezia sp.

Authors:
  • Uni Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Abstract

Ketombe merupakan gangguan yang terjadi di kulit kepala di mana salah satu penyebabnya adalah jamur. Salah satu bahan alam yang diketahui dapat digunakan sebagai antiketombe adalah buah lemon. Kandungan yang terdapat di dalam minyak atsiri buah lemon seperti flavanoid, monoterpen, dan seskuiterpen diketahui memiliki aktivitas sebagai antijamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas minyak atsiri buah lemon dalam bentuk sediaan gel sampo terhadap jamur Malassezia sp. Penelitian ini diawali dengan penetapan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari minyak astsiri buah lemon secara mikrobiologi untuk mendapatkan konsentrasi bahan aktif dalam formulasi sediaan sampo gel. Orientasi formula meliputi variasi konsentrasi karbomer dan Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) sebagai basis gel. Evaluasi stabilitas sediaan gel meliputi pengamatan organoleptis, homogenitas, pH, dan viskositas. Dilakukan uji aktivitas antiketombe dari formula terbaik terhadap jamur Malassezia sp. Hasil menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) minyak atsiri terhadap jamur Malassezia sp. adalah 0,5%. Formula yang menunjukkan hasil terbaik setelah evaluasi sediaan adalah formula yang mengandung basis HPMC sebanyak 6%. Sediaan sampo gel terbaik memiliki aktivitas sebagai antiketombe dengan memberika diameter hambat sebesar 29,4 mm terhadap jamur Malassezia sp. Kata kunci : Minyak atsiri, buah lemon, antiketombe, gel sampo, Malassezia sp.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
Korespondensi: Arif Budiman
arifbudimanapt@gmail.com
68
Uji Aktivitas Sediaan Gel Shampo Minyak Atsiri Buah Lemon (Citrus
limon Burm.)
Arif Budiman1, Melina Faulina 2, Anna Yuliana2, Anis Khoirunisa1
1Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
2Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
Abstrak
Ketombe merupakan gangguan yang terjadi di kulit kepala di mana salah satu penyebabnya adalah
jamur. Salah satu bahan alam yang diketahui dapat digunakan sebagai antiketombe adalah buah lemon.
Kandungan yang terdapat di dalam minyak atsiri buah lemon seperti flavanoid, monoterpen, dan
seskuiterpen diketahui memiliki aktivitas sebagai antijamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji aktivitas minyak atsiri buah lemon dalam bentuk sediaan gel sampo terhadap jamur
Malassezia sp. Penelitian ini diawali dengan penetapan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari
minyak astsiri buah lemon secara mikrobiologi untuk mendapatkan konsentrasi bahan aktif dalam
formulasi sediaan sampo gel. Orientasi formula meliputi variasi konsentrasi karbomer dan Hidroksi
Propil Metil Selulosa (HPMC) sebagai basis gel. Evaluasi stabilitas sediaan gel meliputi pengamatan
organoleptis, homogenitas, pH, dan viskositas. Dilakukan uji aktivitas antiketombe dari formula
terbaik terhadap jamur Malassezia sp. Hasil menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) minyak atsiri terhadap jamur Malassezia sp. adalah 0,5%. Formula yang menunjukkan hasil
terbaik setelah evaluasi sediaan adalah formula yang mengandung basis HPMC sebanyak 6%. Sediaan
sampo gel terbaik memiliki aktivitas sebagai antiketombe dengan memberika diameter hambat sebesar
29,4 mm terhadap jamur Malassezia sp.
Kata kunci: Minyak atsiri, buah lemon, antiketombe, gel sampo, Malassezia sp.
Activity Test of Lemon Essential Oil (Citrus limon Burm.) Shampoo Gel as
Antidandruff against Fungus Malassezia sp.
Abstract
Dandruff was a disorder that occurs on the scalp where was caused by fungus. One of the medicinal
plant that was known could be used as an antidandruff was lemon. The content of lemon essential oil
such as flavonoids, monoterpenes, and sesquiterpenes were known have an antifungal activity. This
research aimed to determine the activity of lemon essential oil in shampoo gel dosage form against the
fungus Malassezia sp. The research began with the determination of Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) of lemon essential oil in microbiology to get the concentration of the active
ingredient in the formulation of shampoo gel. Formula orientation included variations in the
concentration of Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) and Carbomer as gelling agent. Stability
of shampoo gel was evaluated through an organoleptic observation, homogeneity, pH, and viscosity.
The antifungus activity of the best formulation was tested against Malassezia sp. The results showed
that the Minimum Inhibition Concentration (MIC) lemon essential oil was 0.5%. The best formula
after the evaluation was the formula containing HPMC 6%. The best formula showed antidandruff
activity with 29.4 mm diameter inhibition of Malassezia sp.
Keywords: Antidandruff, essential oil, gel shampoo, lemon, Malassezia sp.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
69
Pendahuluan
Ketombe adalah gangguan pada kulit
kepala yang mengakibatkan berkurangnya
kenyamanan dalam beraktivitas karena
menimbulkan rasa gatal pada kepala serta
dapat mengurangi rasa percaya diri akibat
adanya bintik putih pada rambut. Ketombe
diakibatkan oleh adanya infeksi jamur
dengan skuama berwarna putih abu-abu
dalam jumlah banyak dan mudah rontok,
disertai dengan rasa gatal yang sangat luar
biasa pada kulit kepala, berbau dan dengan
atau tanpa peradangan.1,2
Mencuci rambut menggunakan sampo
antiketombe merupakan salah satu cara
mencegah ketombe. Saat mencuci rambut
harus diperhatikan zat aktif yang terdapat
di dalamnya. Sampo antiketombe biasanya
mengandung desinfektan untuk mencegah
tumbuhnya ketombe tetapi tidak boleh
merusak kulit kepala dan rambut.3 Sampo
antiketombe banyak yang mengandung
senyawa-senyawa antibakteri seperti zink,
yang mempunyai efek dapat merusak kulit
dan menimbulkan kerontokan rambut.4
Oleh karena itu, perlu ada alternatif lain
khususnya bahan alam yang dapat
digunakan sebagai antiketombe.
Lemon merupakan buah yang sering
digunakan masyarakat sebagai penyedap
dalam masakan atau untuk menghilangkan
bau amis. Lemon dapat berpotensi secara
biologis sebagai antibakteri, antidiabetes,
antikanker, dan antiviral.5,6 Flavanoid di
dalam buah lemon membantu mencegah
serangan dari patogen termasuk bakteri,
jamur, dan virus.7 Selain itu kandungan
minyak atsiri, alkaloid, serta sesquiterpen
dan senyawa terpen lain dapat berfungsi
sebagai antibakteri dan antijamur.8 Pada
penelitian lain menunjukkan bahwa secara
mikrobiologi jeruk lemon efektif untuk
menghambat pertumbuhan jamur sebagai
penyebab ketombe.9
Berdasarkan latar belakang tersebut,
dibuat gel sampo yang mengandung bahan
aktif buah lemon. Sediaan gel dipilih
karena gel memiliki beberapa keuntungan
dibanding sediaan lain yaitu waktu kontak
lama, mudah dicuci serta bentuk yang
menyenangkan.10 Tujuan dari penelitian ini
adalah membuat formula sediaan gel
sampo antiketombe minyak atsiri buah
lemon (Citrus limon Burm.) terhadap
jamur Malassezia sp. penyebab ketombe
serta menguji aktivitas minyak atsiri buah
lemon (Citrus limon Burm.) dalam bentuk
sediaan gel sampo terhadap jamur
penyebab ketombe, yaitu Malassezia sp.
Metode
Alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah gelas ukur, pipet tetes, batang
pengaduk, beaker glass, spatula, cawan
penguap, neraca elektrik (mettler Toledo,
JL 1502-6), pHmeter, autoklaf, mikroskop,
viskometer Brookfield, lampu spiritus, ose,
mortir, stamper, dan cawan petri.
Bahan-bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah jamur Malassezia sp.,
minyak atsiri buah lemon, natrium lauril
sulfat, propil paraben, metil paraben,
propilenglikol, pewangi (minyak lemon),
dan medium Trypticase Soy Agar (TSA)
Oxoid England.
Buah lemon yang digunakan berasal
dari Manoko, Kec. Lembang, Kabupaten
Bandung Barat. Determinasi sampel dari
buah lemon dilakukan di laboratorium
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Padjadjaran (UNPAD).
Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan
metode destilasi uap-air. Buah lemon
dimasukkan ke dalam panci penyulingan
(dandang) yang diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian
bawah saringan destilasi, simplisia buah
lemon dimasukkan ke dalam dandang (di
atas saringan). Api diatur sedemikian rupa
hingga tetesan destilat keluar dengan
konstan. Destilat kemudian ditampung di
dalam erlenmeyer sampai tetesan destilat
bening. Proses ini dilakukan sekitar 35
jam. Minyak atsiri dipipet, disimpan dalam
botol coklat atau gelap dan ditutup rapat.
Jamur Malassezia sp. diisolasi dari
hasil kerokan skuama penderita ketombe.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
70
Hasil kerokan menggunakan spatula steril,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan natrium klorida (NaCl)
fisiologis, lalu diinkubasi selama 48 jam
dan dilihat pertumbuhan hifa dengan
menggunakan mikroskop binokuler dan
sesuaikan dengan ciri hifa pada jamur
Malassezia sp.
Penentuan KHM (Konsentrasi Hambat
Minimum) minyak atsiri buah lemon
terhadap jamur Malassezia sp. dilakukan
dengan membuat lempeng agar dari
campuran 20 mL NA (Nutrient Agar) steril
dan 100 µL jamur Malassezia sp. yang
telah disuspensikan dalam media cair TSB
(Tryptone Soya Broth) dalam cawan petri.
NA yang sudah padat dibuat lubang
dengan menggunakan perforator. KHM
dilakukan dengan melarutkan minyak atsiri
dalam akuades, ekstrak dimasukkan dalam
lubang dengan berbagai variasi konsentrasi
minyak atsiri. Konsentrasi yang digunakan
adalah 100%; 25%; 20%; 15%; 10%; 5%;
1%; 0,75%; 0,5%; 0,4%; 0,3%; 0,2%;
0,1%; 0,05% dan 0,01%.
Sediaan gel sampo minyak atsiri lemon
dibuat dengan pengembangan basis gel
menggunakan air hangat, diaduk homogen
sampai terbentuk massa yang semisolid,
ditambahkan propilenglikol sedikit demi
sedikit serta metil dan propil paraben yang
telah dilarutkan dalam propilenglikol,
diaduk sampai terbentuk gel yang bening.
Natrium lauril sulfat ditambahkan setelah
dilarutkan terlebih dahulu dalam air sedikit
demi sedikit lalu diaduk sampai homogen,
ditambahkan minyak atsiri buah lemon dan
pewangi lemon, diaduk homogen, lalu
ditambahkan akuades sampai volume yang
diperlukan.
Pengujian stabilitas sediaan dilakukan
pengamatan organoleptis, viskositas, dan
pH. Pada pengamatan secara organoleptis,
dilakukan dengan melihat perubahan
sediaan gel sampo meliputi perubahan
bentuk, warna, dan bau pada hari ke-1, 3,
5, 7, 14, 21, 28 hari penyimpanan.
Pengukuran viskositas dari sediaan
menggunakan viskometer Brookfield DV-
C, dengan spindel yang sesuai (spindel
no.5) pada 100 rpm. Perubahan viskositas
sediaan diamati pada hari ke-1, 3, 7, 14,
21, dan 28 hari penyimpanan.
Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pHmeter digital. pHmeter
digital terlebih dahulu dikalibrasi dengan
larutan dapar standar pH asam (pH 4) dan
larutan pH netral (pH 7) hingga pada alat
menunjukkan pH 7,00. Elektroda dibilas
dengan akuades, lalu dikeringkan dengan
menggunakan tisu. Elektroda dicelupkan
ke dalam sediaan hingga menunjukkan pH
yang konstan. Amati perubahan pH dari
sediaan yang telah dibuat pada hari
penyimpanan ke-1, 3, 7, 14, 21, dan 28.
Aktivitas antiketombe sediaan sampo
gel minyak atsiri buah lemon diuji dengan
menggunakan metode difusi agar. Metode
difusi agar dilakukan dengan cara yaitu
media NA diinokulasi bakteri sebanyak
100 µL dimasukkan ke dalam cawan petri,
didiamkan hingga memadat. Setelah
memadat, dibuat lubang dengan
menggunakan perforator. Sebanyak 1 g
sediaan dimasukkan ke dalam lubang lalu
diinkubasi dalam inkubator selama 1824
jam dengan suhu 37 oC kemudian diamati
dan diukur diameter hambatannya.
Hasil
Hasil determinasi buah jeruk lemon
yang dilakukan di Jurusan Biologi FMIPA
UNPAD menunjukkan bahwa tanaman
yang digunakan adalah Citrus limon Burm.
Isolasi minyak atsiri dari buah lemon
menghasilan rendemen sebanyak 0,15%
berwarna kuning bening, berbau khas
menyengat.
Isolasi jamur Malassezia sp.
menunjukkan hasil yang positif. Hasil
penentuan KHM minyak atsiri buah lemon
(Citrus limon Burm.), yaitu konsentrasi
0,5%. Komposisi dari sediaan gel sampo
minyak atsiri buah lemon terdapat pada
Tabel 1. Terhadap enam formula tersebut
dilakukan beberapa pengujian, hasil dari
pengamatan pH dan pengukuran viskositas
sediaan, dapat dilihat pada Gambar 1 dan
2.
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
71
Tabel 1 Komposisi Sediaan Gel Sampo Minyak Atsiri Lemon
Bahan
Konsentrasi (%)
F 1
F 2
F 3
F 4
F 5
F 6
Minyak atsiri lemon
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
0,5%
Natrium lauril sulfat
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
3,5%
HPMC
6%
7%
8%
-
-
-
Carbomer
-
-
-
2,5%
3%
3,5%
Propilenglikol
10%
10%
10%
10%
10%
10%
Methyl paraben
0,0%
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
Propil paraben
0,1%
0,1%
0,1%
0,1%
0,1%
0,1%
Pewangi lemon
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Akuades
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Hingga 100
Pembahasan
Determinasi buah lemon yang telah
dilakukan di laboratorium Jurusan Biologi
FMIPA UNPAD menunjukkan bahwa
tanaman yang digunakan adalah Citrus
limon Burm. sedangkan dalam isolasi
minyak atsiri dari buah jeruk lemon yang
dilakukan dengan metode destilasi uap air,
menghasilkan rendemen minyak atsiri
sebanyak 0,15%. Minyak atsiri yang
dihasilkan berwarna kuning bening, berbau
khas menyengat.
Isolasi jamur Malassezia sp. sebagai
penyebab ketombe dari kerokan skuama
penderita ketombe setelah diinkubasi 3
hari pada suhu ruangan menunjukkan hasil
yang positif, hal ini di tunjukkan dengan
adanya bentuk hifa oval atau botol saat
dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik
menggunakan mikroskop binokuler.
Pada penentuan KHM minyak atsiri
buah lemon (Citrus limon Burm.) dengan
menggunakan media SDA (Sabaroud
Dexstrosa Agar) pada jamur Malassezia
sp. menunjukkan konsentrasi hambat yaitu
ditunjukkan dengan zona bening pada
konsentrasi 0,5%. Adanya aktivitas ini
karena di dalam minyak atsiri terkandung
senyawa flavanoid dan terpen sebagai
antibakteri.8,9 Konsentrasi ini dijadikan
dasar sebagai konsentrasi bahan aktif
dalam formulasi sediaan sampo gel.
Berdasarkan formula pada Tabel 1,
yang digunakan sebagai basis gel adalah
HPMC dan karbomer.11,12 Pembuatan gel
dengan basis karbomer perlu ditambahkan
zat pembasa dikarenakan sifat karbomer
saat dilarutkan di dalam air adalah asam,
sedangkan struktur gel dari karbomer akan
mengembang dalam suasana netral
sehingga perlu ditambahkan pembasa agar
terbentuk gel.12,13 Penambahan natrium
lauril sulfat akan meningkatkan pH
menjadi netral karena sifatnya basa kuat
dan juga sebagai penghasil busa dalam
sediaan sampo.
Dalam pembuatan gel sering terjadi
sineresis, yaitu proses keluarnya air dari
struktur gel sebagai akibat terjadi kontraksi
volume. Sineresis dapat terjadi karena
penyimpanan pada waktu lama dan terjadi
Tabel 2 Hasil Pengamatan Bentuk Sampo Antiketombe dengan Berbagai Variasi Basis dan
Konsentrainya Selama Waktu Penyimpanan
Waktu penyimpanan
(hari)
F1
F2
F3
F4
F5
F6
1
+
+
+
+
+
+
3
+
+
+
+
+
+
7
+
+
+
+
+
+
14
+
+
+
+
+
+
21
+
+
+
+
+
+
28
+
+
+
-
-
+
Keterangan: (+): Baik, (-): Tidak baik
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
72
!
Gambar 1 Grafik Pengamatan pH Sediaan
Sampo Gel Minyak Atsiri Buah
Lemon
Gambar 2 Grafik Pengukuran Viskositas
Sediaan Sampo Gel Minyak
Atsiri Buah Lemon
fluktuasi suhu penyimpanan. Dalam upaya
mengatasi hal tersebut, maka ditambahkan
humektan untuk mengikat air dari udara
yang lembab sekaligus mempertahankan
air yang ada dalam sediaan.10 Dalam
formula ini yang dapat berfungsi sebagai
humektan adalah propilenglikol.14
Banyaknya kandungan air dalam gel
berpotensi untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme, hal tersebut dikarenakan
tanaman merupakan nutrisi atau makanan
bagi mikroorganisme. Selain itu, adanya
kontaminasi sekunder mampu menambah
kontaminasi sediaan seperti dari tangan
dan lingkungan sekitar.15 Pada formulasi
perlu ditambahkan pengawet agar dapat
mencegah dan menghambar pertumbuhan
mikroorganisme dalam penggunaan lama.
Pada formula ini yang dijadikan sebagai
pengawet adalah metil paraben dan propil
paraben.14
Hasil pengamatan terhadap perubahan-
perubahan bentuk, warna, dan bau dari
sediaan gel sampo dengan berbagai variasi
basis dan konsentrasinya (Tabel 2), bahwa
sediaan gel sampo antiketombe dengan
variasi basis dan konsentrasi selama 28
hari waktu penyimpanan tidak mengalami
perubahan bentuk pada formula dengan
basis HPMC baik secara warna, bau serta
tidak terjadi sineresis. Penggunaan HPMC
diharapkan dapat memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang memiliki viskositas
tinggi namun mudah dituang. HPMC juga
sering digunakan dalam pembuatan sampo
yang jernih. Kelebihan lain dari HPMC
adalah tidak terpengaruh oleh elektrolit,
dapat bercampur dengan pengawet serta
rentang pH yang luas.11
Formula gel sampo juga mengandung
surfaktan yaitu natrium lauril sulfat. Selain
sebagai pembersih, surfaktan juga berguna
sebagai zat pengemulsi untuk menstabilkan
bentuk dari sediaan gel sampo. Sedangkan
pada formula dengan basis karbomer
(formula 5 dan 6), pada hari ke 21 dan 28
mengalami perubahan bentuk sediaan yang
lebih encer, hal ini karena perbedaan pH
antara karbomer dengan natrium lauril
sulfat yang mengakibatkan pH dari sediaan
tidak sama dengan nilai pH yang dapat
membuat gel karbomer mengembang.10,13
Berdasarkan pada Gambar 1, secara
perhitungan statistika dari pH sediaan tidak
mengalami perubahan secara bermakna,
artinya sediaan yang dibuat stabil selama
penyimpanan 28 hari.
pH sediaan yang dibuat berada dalam
rentang 5 "7,5 sehingga masih masuk ke
dalam rentang pH fisiologis kulit yaitu
Tabel 3 Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Sediaan Sampo Gel Minyak Atsiri Buah Lemon
Waktu penyimpanan
Formula 6 (mm)
Pembanding (mm)
Formula tanpa buah lemon (mm)
Hari ke- 3
28,2
44,4
5,5
Hari ke- 4
29,0
45,0
6,6
Hari ke- 5
29,4
45,6
7,0
Hari ke- 6
29,4
45,7
7,0
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
73
antara 4,26,5 atau 56,5.16 pH kulit harus
sangat diperhatikan karena semakin basa
atau semakin asam bahan yang mengenai
kulit, semakin sulit untuk menetralisirnya
dan kulit akan menjadi rusak serta menjadi
kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah
terkena infeksi. Seharusnya pH kosmetik
sama atau sedekat mungkin dengan pH
fisiologis kulit, yang demikian disebut
sediaan dengan pH-balanced.17
Hasil evaluasi viskositas pada Gambar
2 menunjukkan bahwa gel yang dibuat
mempunyai nilai viskositas yang stabil
selama penyimpanan. Meskipun formula
gel terjadi beberapa perubahan tetapi tidak
signifikan secara statistik sehingga tidak
memengaruhi bentuk fisik dari sediaan.
Sediaan yang paling baik yaitu sediaan
yang mengandung HPMC sebanyak 6%,
kemudian diuji aktivitas dari minyak atsiri
buah lemon terhadap jamur Malassezia sp.
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
minyak atsiri yang terdapat dalam sediaan
sampo gel mempunyai aktivitas antijamur
terhadap jamur Malassezia sp. Senyawa
yang mempunyai aktivitas antijamur di
dalam minyak atsiri seperti flavonoid,
alkaloid, dan sesquiterpen yang terkandung
dalam sediaan sampo gel.8
Simpulan
Minyak atsiri buah lemon mempunyai
potensi sebagai antijamur Malassezia sp.
dengan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) sebesar 0,5%. Formula yang paling
baik dalam sediaan gel sampo minyak
atsiri buah lemon (Citrus Limon Burm..)
adalah formula yang mengandung basis gel
HPMC 6%. Formula tersebut memiliki
aktivitas terhadap penghambatan jamur
Malassezia sp. sebagai penyebab ketombe
dengan zona hambat 29,4 mm.
Daftar Pustaka
1. Niharika A, Aquicio JM, Anand A.
Antifungal properties of Neem
(Azardirachta indica) leaves extract to
treat hair dandruff. E-International
Scientific Research Journal. 2010;2(3):
244252.
2. Tania I. Formulasi, uji stabilitas dan uji
manfaat shampoo mikroemulsi minyak
biji mimba pada ketombe derajat
ringan-sedang (Thesis). Depok:
Universitas Indonesia; 2012.
3. Ariyani, Dewi SS, Haribi R. Daya
hambat sampo anti ketombe terhadap
pertumbuhan C. albicans penyebab
ketombe. Jurnal Kesehatan Unimus.
2009; 2(2):710.
4. Trueb RM. Shampoos: Ingredients,
efficacy and adverse effects. JDDG;
2007;5:356–365.
5. Hindi NKK, Chabuck ZAG.
Antimicrobial activity of different
aqueous lemon extracts. Journal of
Applied Pharmaceutical Science. 2013;
3(6):074-078.
6. Ortuno AA, Baidez P, Gomez MC,
Arcas I, Porras AG, Del Rio JA, Citrus
paradisi and Citrus sinensis
flavonoids: their influence in the
defence mechanism against Penicillium
digitatum. Food Chem. 2006; 98(2):
351358.
7. Mierziak J, Kostyn K, Kulma A.
flavonoids as important molecules of
plant interactions with the
environment. Molecules. 2014;19:
1624016265.
8. Maruti JD, Jalkute CB, Gosh JS
Sonawane KD. Study antimicrobial
activity of lemon (Citrus Lemon L.)
peel extract. British Jurnal of
Pharmacology and Toxicology. 2011;2
(3):119122
9. Naga PP, Anuradha K, Divya K.
Comparison of potency of antifungal
action of dandruff shampoos and
different plant extracts. Int J Med Res
Health Sci. 2015;4(2):327331.
10. Budiman A. Formulasi sediaan gel aloe
vera steril dan uji penyembuhan luka
bakar (Thesis). Bandung: Sekolah
Farmasi-ITB Bandung; 2010.
11. Faizatun, Kartiningsih, Liliyana.
Formulasi sediaan sampo ekstrak
bunga Chamomile dengan hidroksi
IJPST Volume 2, Nomor 2, Juni 2015
74
propil metil selulosa sebagai pengental.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
2008;6(1):1522.
12. Kuncari ES, Iskandarsyah, Praptiwi.
Evaluasi, uji stabilitas fisik dan
sineresis sediaan gel yang mengandung
minoksidil. apigenin dan perasan herba
seledri (Apium graveolens L.). Bul.
Penelit. Kesehat. 2014;42(4):213222.
13. Khaerunnisa RR, Priani SE, Lestari F.
Formulasi dan uji efektivitas sediaan
gel antiseptik tangan mengandung
ekstrak etanol daun mangga arumanis
(Mangifera indica L.). Prodising
peneilitian SpeSIA; Farmasi
Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-
2015; Bandung. Indonesia. Indonesia:
Universitas Islam Bandung; 2015.
14. Faradiba, Attamimi F, Maulida R.
Formulasi krim wajah dari sari buah
jeruk lemon (Citrus lemon L.) dan
anggur merah (Vitis vinifera L.) dengan
variasi konsentrasi emulgator. Majalah
Farmasi dan Farmakologi, 2013;17(1):
17–20.
15. Gungor E, Gokoglu N. Determination
of microbial contamination source at a
Frankfurter sausage processing line.
Turk J. Vet. Anim. Sci. 2010;34(1):
5359.
16. Febriyenti, Fitria N, Mohtar N, Umar
S, Noviza D, Rineldi S, Yunirwanti,
Bai SB. Honey gel and film for burn
wound. International Journal of Drug
Delivery. 2014;6(1):0106.
17. Tranggono RIS, Latifa F. Buku
pegangan ilmu pengetahuan posmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2007.
... This is because, in F1 preparation, the concentration of PG tends to be lower than that of F2 and F3. According to the literature, the higher the concentration of propylene glycol, the stronger the ability of PG to bind water with hydrogen bonds, resulting in a more stable consistency of shampoo gel preparation during prolonged storage [33]. ...
... 6. An increase in PG concentration will increase the ability of PG as a humectant to bind water in the gel structure, thereby increasing the viscosity and stability of the gel during storage [33]. ...
Article
Full-text available
Objective: This study aims to determine the effect of variations in propylene glycol concentration on the physical properties and physical stability of rice water shampoo gel and the physical strength of rice water shampoo gel preparation. Methods: The active ingredient was rice water, which was prepared by washing rice with water at the proportion of 1:1. The rice water then was applied to HPMC K4M-based gel preparations and further designed to prepare shampoo gel with varying concentrations of propylene glycol 8%, 10%, and 12%. The rice water shampoo gel was evaluated for its organoleptic properties, pH, viscosity, spreadability, flowability test, softness test, and physical stability test. Results: The results of the physical properties test on the three formulas produced an organoleptic clear pale yellow color, lemon odor, and semi-solid shape. The pH test results obtained by F1 was 7.24±0.08, F2 was 5.89±0.01, and F3 was 6.02±0.01. The viscosity test results obtained by F1 amounted to 2082±80.07 cP, F2 amounted to 4987±883.88 cP, and F3 amounted to 6531±232.79 cP. The foam height test results obtained by F1 amounted to 4.6±2.11 cm, F2 amounted to 1.46±0.05 cm, and F3 amounted to 1.7±0.17 cm. Variations in propylene glycol levels affect the physical properties of shampoo gel preparations at pH, viscosity, and foam height but do not affect the organoleptic practice. The stability test that was conducted at weeks 0, 1, 2, 3, and 4 with varying levels of propylene glycol showed significant changes on viscosity and foam height stability. Conclusion: Variations in the concentrations of propylene glycol in the three formulations affect the physical but have no effects on the pH stability of the rice water shampoo gel preparation.
... Buah lemon berperan sebagai antibakteri, antidiabetes, antikanker dan antiviral. Flavonoid yang ada di buah lemon dapat membantu mencegah serangan dari patogen (Budiman et al., 2015). ...
Article
Full-text available
Salah satu komoditas yang melimpah di Desa Bocek yang terletak di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang adalah buah jeruk, terutama jeruk lemon. Pada saat musim panen raya, harga jeruk lemon merosot cukup jauh dan membuat rugi petani. Petani desa Bocek belum memiliki cara untuk mengatasi kerugian ini selain menjualnya kepada tengkulak dan distributor buah. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan yang dapat memberikan wawasan kepada warga Desa Bocek, khususnya petani lemon untuk meningkatkan nilai ekonomis jeruk lemon. Hal ini karena minimnya pengetahuan warga mengenai pengolahan buah lemon untuk menjadi produk turunan yang memiliki harga jual lebih, menyebabkan sampai saat ini belum adanya olahan dari buah jeruk tersebut. Selain itu, buah jeruk memiliki masa simpan tidak lama, sehingga jika tidak terjual, akan busuk dan terbuang. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Langkah kegiatan dimulai dengan sosialisasi yang ditujukkan kepada Ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dan dilaksanakan secara luring. Lemon yang sudah dioven sampai kering selanjutnya dikemas dan diberi label untuk menambah nilai estetika produk. Untuk saran penyajian dapat dicampurkan dengan air dan diletakkan di lemari pendingin selama kurang lebih 3-5 jam. Setelah itu, siap untuk dikonsumsi.
... The results obtained are not known whether it is included in the standard value because there is no SNI value for lemon essential oil so that the researcher cannot determine the quality of the lemon essential oil sample. Previous research regarding lemon essential oil showed that the color of lemon essential oil was clear yellow but was not included in relation to the specific gravity value and refractive index of the lemon essential oil (27). ...
Conference Paper
Formulation of 3 layered perfume from lemon essential oil (Citrus limon (L.), citronella essential oil (Cymbopogon nardus (L.), and white mallow essential oil (Malva moschata f. alba (L.) has been done with each concentration 3 %, 3 %, and 2 %. Organoleptic, homogeneity, melting point, strength, pH and stability were evaluated as quality parameters of the stick perfume in terms of color, odor and consistency. The evaluation results showed that the formulated stick perfume was homogeneous, had an average melting point at 500C, average strength 376,66 g, and pH 6.6. Test was also carried out by looking at the shape, odor, viscosity, and flatness of the stick perfume. Based on results of evaluation it can be concluded that lemon essential oil, citronella essential oil, and white mallow essential oil can be used as stick perfume formulation and they are stable to be stored in room temperature for 30 days.
... 22 Kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun pisang nangka berperan dalam menghambat/mengganggu sistem pernapasan, dengan jalan menghambat enzim NAD+ dan koenzim Q. Flavonoid merupakan racun kontak yang memberikan efek menghambat sistem pernafasan dan mengganggu sistem saraf nyamuk. 23 Kandungan saponin dalam ekstrak daun pisang nangka berperan mengikat sterol bebas pada organ pencernaan larva. Sterol memfasilitasi enzim ekdison melalui mekanisme pengelupasan atau pergantian kulit larva, jika sterol terikat maka hormon ekdison tidak akan terbentuk dan larva tidak akan mengalami pergantian kulit sehingga larva tidak dapat tumbuh dan menyebabkan kematian. ...
Article
Full-text available
Musa x paradisiaca L. leaves are known to contain phenols, flavonoids, saponins, tannins, and other compounds that can be used as larvicides. This study aims to determine the effect of Musa x paradisiaca L leaves’ ethanol extract granules on the mortality of Aedes aegypti larvae. The Research was experimental in two stages of effectiveness testing, that are extract and granule formula effectiveness test. Data were analyzed using the Kruskal-Wallis test and the Mann-Whitney test. The extraction method used was maceration using 96% ethanol. The concentration of the extract dosage used were 0.2; 0.5; 1; 2; and 4%, with control (+) temephos and control (-). Repetitions were carried out 3 times with a sample total of 675 larvae. Observations were made for 12 and 24 hours. Preparation of granules using 2 formulas, formula 1 granules without extract and formula 2 granules with the extract. To fulfill the granule formulation criteria, the preparation was evaluated. The results showed that the concentration of 4% extract was the most effective at 98.7%, as stated by the Kruskal-Wallis test result,p-value <0.05, which means that there was an effect on the effectiveness of larvicide. The percentage of mortality of larvae given formula 2 is 100% and based on the Mann-Whitney test with value p<0.05, there is a difference between granule 1 and 2 formula. Criteria of granule including moisture content (1.72 %), angle of rest 240, flow velocity (50 gr/sec), and dispersion time (2.25 minutes). The granular formula of Musa x paradisiaca L leaves can make the application easier and hopefully can be used as effectively as synthetic larvicide in the community.
Article
Full-text available
Rambut merupakan satu dari beberapa elemen penting dalam penampilan seseorang dan sering kali dianggap sebagai mahkota yang mempercantik tampilan. Budaya di masyarakat rambut diberikan perhatian khusus sebagai ekspresi diri dan keindahan dimana pewarna rambut dapat dipakai sebagai tempat untuk mengekspresikan diri, dimana pewarna rambut telah dikembangkan dengan memakai pewarna alami karena dinilai lebih aman dibandingkan dengan memakai pewarna sintetik. Angkak mengandung metabolit sekunder berupa pigmen Monascus dengan tiga kelompok utama, yakni pigmen kuning, merah, dan jingga dimana angkak sendiri merupakan produk fermentasi beras Monascus sp. Tujuan dari riset ini ialah memperoleh hasil dari proses emanfaatan ekstrak pigmen merah dan pigmen kuning Monascus purpureus sebagai pewarna rambut dibuat menjadi 4 formula dimana formula 1 mengandung angkak sebanyak 10%, formula 2 mengandung angkak sebanyak 15%, dan formula 3 mengandung angkak sebanyak 20%. Formula terbaik diperoleh ada F3 dari pigmen kuning dan telah memenuhi standar menurut SNI 16-4339-1996 pada uji pH, daya sebar, dan viskositas. Untuk uji organoleptik, homogenitas, stabilitas warna pada rambut, iritasi memiliki hasil yang baik. Uji hedonik dilakukan terhadap 15 panelis dengan hasil F3 dari pigmen kuning yang paling banyak disukai.
Article
Full-text available
Dandruff due to fungus is extremely common, affecting close to 50% of the world's population and it also most prevalent between ages 15 and 50. Thus, this study has been conducted to come up with Neem leaves extract that has high antifungal properties. Neem is an attractive broad-leaved, evergreen tree that can grow up to 30m tall and 2.5m in girth. Its trunk usually straight is 30-80 cm in diameter. Its spreading branches form a rounded crown of deep-green leaves and honey-scented flowers as much as 20m across. Neem is native of India, Pakistan, Thailand, and Burma. Its actual origin is still debatable, but it is for sure that it originated in the Indian subcontinent and from there it spread to different parts of the world. The Neem leaves were macerated in 400 mL ethanol and covered with parafilm. It was allowed to stand in room temperature for 48 hours then it was filtered. To get 100% extract, an amount of the extract was placed in an evaporating dish to be subjected to water-bath. The extract looked dark brown in its liquid form. The fungi (P. ovale) was cultured in the Laboratory. Various levels of Neem extract concentration (25%, 50%, 75%, and 100%) were prepared. The inhibiting capacity of each level on fungus that causes dandruff was tested using agar cup method. To establish a firmer and more solid foundation of the contention that high antifungal properties are present, an experiment was conducted in three treatments. The 100% extract of Neem leaves produced the widest zone of inhibition which was found statistically highest than the other concentration levels.
Article
Full-text available
Minoxidil, apigenin and celery are believed to have the same bioactivity as a vasodilator that can widen blood vessels. This study discusses about the gel formulation in the scope of evaluation of gel preparation, using carbomer as a gelling agent each containing minoxidil, apigenin and celery juice. The method used in gel evaluation were organoleptic observation, homogeneity, pH, consistency and viscosity; physical stability at 40±2 °C, 28±2 °C, 4±2 °C and syneresis. Based on the result, all gel formulations showed their consistency and viscosity were higher after 8 weeks of storage at room temperature. The rheogram of three gel formulations in term of flow properties remain unchanged after 8 weeks of storage. It was indicated that the flow properties of gel formulation was pseudoplastis tixotropic. The gel containing minoxidil, apigenin and celery juice showed good physical stability at 28±2 °C and 40±2 °C, but less stable at 4±2 °C after 14 weeks of storage. The highest number of syneresis was found in a gel containing celery juice.Keywords : Celery, Apigenin, Gel, StabilityAbstrakMinoksidil, apigenin dan seledri memiliki aktivitas biologi yang sama sebagai vasodilator yang dapat memperlebar pembuluh darah. Penelitian ini sebagai evaluasi sediaan gel, menggunakan karbomer sebagai gelling agentyang mengandung masing-masing minoksidil, apigenin dan perasan herba seledri. Metode yang digunakan dalam evaluasi gel adalah pengamatan organoleptis, homogenitas, pH, konsistensi dan viskositas; stabilitas fisik pada suhu 40±2 °C, 28±2 °C, 4±2 °C dan sineresis. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga formula gel menunjukkan konsistensi dan viskositas yang lebih tinggi setelah 8 minggu penyimpanan pada temperatur ruang. Hasil rheogram dari ketiga formula gel menunjukkan sifat alir yang tetap tidak berubah setelah 8 minggu penyimpanan, yaitu pseudoplastis tiksotropik. Gel yang mengandung minoxidil, apigenin dan perasan herba seledri menunjukkan stabil fisik pada penyimpanan suhu 28±2 °C dan 40±2 °C, tetapi kurang stabil pada suhu 4±2 °C setelah 14 minggu penyimpanan. Angka sineresis tertinggi terdapat pada gel yang mengandung perasan herba seledri.Kata kunci : Seledri, Apigenin, Gel, Stabilitas
Article
Full-text available
Over three-quarter of the world's population is using herbal medicines with an increasing trend globally. Plant medicines may be beneficial but are not completely harmless. The aim of this study is to evaluate the antimicrobial activity of different types and part of lemon against different microbial isolates. The antimicrobial effects of aqueous extracts of peel and juice from fresh and dried citrus and sweet lemon against 6 Gram-positive and 8 Gram-negative bacterial and one yeast isolates, including Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pyogenes, Enterococcus faecalis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus agalactiae, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Salmonella Typhi, Proteus spp., Moraxella catarrhalis, Acinetobacter spp. and Candida albicans, all of them were studied. The water extracts of all the materials screened showed various inhibitory effects. The juice of Citrus limon has antimicrobial activities more than other types of extracts. Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus agalactiae and Candida albicans showed the highest resistance to these extracts. Lemon species might have antimicrobial activity against different Gram-positive, Gram-negative and yeast pathogens and could be used for prevention of various diseases caused by these organisms.
Article
Full-text available
Context: Dandruff a very common scalp disorder with high prevalence in population is caused by numerous host factors in conjunction with Malassezia furfur. Most of the commercially available anti-dandruff hair shampoos contain some form of antifungal agent(s) that appear to reduce the incidence of the disease. There are no good scientific studies done to prove the antifungal activity of commercially available hair shampoos. Aim: In this study commercially available shampoos were assessed for antifungal activity against a human dandruff isolate of M. furfur. The shampoos were Head & Shoulders, Clinic All Clear, and Pantene etc. The results demonstrated that all six of the assayed hair shampoos have some antifungal effect on growth of M. furfur. These products have poor efficacies, more side effects and give scope for recurrence of symptoms. Methods and Materials: Therefore different plant extracts that possess various active compounds which have antifungal activity could help to overcome the incidence of the disease and also avoid the emergence of resistance in the pathogen. The plant extracts were tested in different concentrations like 1:5, 1:10, 1:20 and they were hibiscus, neem, soap nut, etc. The inhibitory action was studied using agar well assay and disc diffusion method and the results indicated in percentage of inhibition. Conclusion: The study was significant as not only efficient known plant products with anti-dandruff activity could be compared with commercially available shampoos but also their better efficacies at minimum concentrations could be identified. This can help make a polyherbal mixture that could be incorporated in hair oil or shampoos for better anti-dandruff activity.
Article
Full-text available
A b s t r a c t Honey has been used to treat infected wounds since ancient times. Antibacterial properties of honey are derived from the high sugar content which inhibits bacteria. The natural acidity of honey will inhibit many pathogens. Honey also containing glucose oxidase enzyme that produced hydrogen peroxide when diluted. But honey is still used directly to treat the wound. In this study, we try to formulate the honey to form gel and film. Polymers used are natrium carboxymethyl cellulose (Na-CMC), Aqupec 505 HV, hydroxylpropyl methylcellulose (HPMC), gelatine and polyvinyl alcohol (PVA). Selected polymer was formulated into honey film. Polymers should be combined with plasticizer to improve their properties. Plasticizers studied are polyethylene glycol 400, glycerin and propylene glycol. Evaluations for gel including general appearance, homogeneity, pH and spreadability test, washed test and skin irritation test. Film evaluations are thickness, tensile strength, elongation at break, YoungÊs modulus and water vapour permeability. Based on general appearance and physical properties of gel and film, formula that used PVA as polymer and glycerin as plasticizer is the best formula in this study.
Article
Full-text available
Flavonoids are small molecular secondary metabolites synthesized by plants with various biological activities. Due to their physical and biochemical properties, they are capable of participating in plants' interactions with other organisms (microorganisms, animals and other plants) and their reactions to environmental stresses. The majority of their functions result from their strong antioxidative properties. Although an increasing number of studies focus on the application of flavonoids in medicine or the food industry, their relevance for the plants themselves also deserves extensive investigations. This review summarizes the current knowledge on the functions of flavonoids in the physiology of plants and their relations with the environment.
Article
Full-text available
Abstract: The main objective of the study is extraction, identification of antimicrobial compounds and demonstration of antimicrobial activity of lemon (Citrus lemon L.) peel against bacteria. As microorganism are becoming resistant to present day antibiotics, our study focuses on antimicrobial activity and future prophylactic potential of the lemon peel. Biologically active compounds present in the medicinal plants have always been of great interest to scientists. The peel of citrus fruits is a rich source of flavanones and many polymethoxylated flavones, which are very rare in other plants. These compounds, not only play an important physiological and ecological role, but are also of commercial interest because of their multitude of applications in the food and pharmaceutical industries. The citrus peel oils show strong antimicrobial activity. The antimicrobial activity has been checked in terms of MIC by using different solvents against microorganisms like Pseudomonas aeruginosa NCIM 2036 for which MIC was 1:20 in presence of methanol, for Salmonella typhimurium NCIM 5021 the observed MIC was 1:20 in presence of acetone. In case of Micrococcus aureus NCIM 5021 the observed MIC was 1:20 when ethanol was used as solvent. The compounds like coumarin and tetrazene were identified by GC/MS of lemon peel extract.
Article
Citrus peel is rich in flavanone glycosides and polymethoxyflavones. In view of their importance for industrial application as well as for their pharmacological properties, their content was analyzed in the mature fruits of several Citrus paradisi (grapefruit) and Citrus sinensis (orange) varieties, with a view to select the most interesting for isolation. The results shows that the Star Ruby grapefruit and the Sanguinelli orange stand out for their high contents of naringin and hesperidin, respectively. The presence of the polymethoxyflavones nobiletin, heptamethoxyflavone and tangeretin, could be ascertained in all the grapefruit varieties analysed. Higher polymethoxyflavone levels were recorded in orange, with Valencia Late showing the greatest nobiletin, sinensetin and tangeretin contents and Navelate the highest heptamethoxyflavone levels. An in vitro study revealed that these compounds acted as antifungal agents against Penicillium digitatum, the polymethoxyflavones being more active than the flavanones in this respect. The possible participation of these phenolic compounds in the defence mechanism of Citrus against P. digitatum is discussed.
Article
This study was conducted to determine microbial contamination sources during sausage processing. The samples were taken at 6 different stages of the sausage processing line in a local plant. Minced meat, sausage batter, stuffed sausage, cooked sausage, peeled sausage, and pasteurized sausage samples were examined microbiologically. Moreover, spices and ice water used in production, personnel hands, and equipment were examined. Counts of total aerobic mesophilic bacteria, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, yeasts, and molds in minced meat were found to be 7.02, 3.83, 4.42, and 1.62 log cfu/g, respectively. E. coli and yeast-mold counts in sausage batter reached 3.99 and 1.72 log cfu/g, respectively. Heating for cooking was effective in reducing microbial counts. Total plate (3.93 log cfu/g) and S. aureus (1.08 log cfu/g) counts in cooked sausages decreased; E. coli and yeast-mold were not detected. According to the results, raw material and spices were found as primary contamination sources. Personnel hands and equipments were found as secondary contamination sources. Microbial counts in personnel hands showed significant correlations with the counts of the samples taken from all processing stages. Microorganism counts determined in overall processing were not at harmful levels for human health and the microbial load of the final product was within critical limits.
Article
Shampoos are the most frequently prescribed treatment for the hair and scalp. The different qualities demanded from a shampoo go beyond cleansing. A cosmetic benefit is expected, and the shampoo has to be tailored to variations associated with hair quality, age, hair care habits, and specific problems related to the condition of the scalp. The reciprocal relationship between cosmetic technology and medical therapy is reflected in the advances of shampoo formulation that has made applications possible that combine benefits of cosmetic hair care products with efficacy of medicinal products. A shampoo is composed of 10 to 30 ingredients: cleansing agents (surfactants), conditioning agents, special care ingredients, and additives. Since the cleansing activity depends on the type and amount of surfactants utilized, shampoos are composed of a blend of different surfactants, depending on the requirements of the individual hair type. Development time from the concept to the commercial shampoo may take longer than a year. Much effort is invested in the development of conditioning agents, which impart luster, smoothness, volume and buoyancy. Another prerequisite is a scalp free of scaling. Current anti-dandruff agents primarily have an antimicrobial mode of action, and inhibit growth of Malassezia spp. Recent developments in shampoo technology have led to increased efficacy of anti-dandruff agents, allowing shorter contact time, and reducing irritation.