Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
Agripet Vol 8, No. 2, Oktober 2008
15
Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Urea
Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro
(The effect of molasses on ammoniated straw by using urea on dry and organic matter
digestibility as in vitro)
Muhamad Bata
1
1
Fakultas Peternakan, Unsoed Purwokerto, Jawa Tengah
ABSTRACT Aimed of this research was to find
out the optimal level of molasses addition to
improve quality, dry matter and organic matter
digestibility of rice straw ammonization process.
Materials used were rumen fluid of fistula cattle,
grind of rice straw, water, urea and molasses.
Research designed used Completely Randomized
Design (CRD). As treatments were R0: rice straw
1000 g dry matter + 500 g water + 50 g urea + 0
percent of molasses, R1: R0 + 15 percent of
molasses, R2: R0 + 30 percent of molasses. Urea
and molasses dissolved in water and then entered
into pollybag. All pollybag observe and let for 15
days, each treatment replicated 6 times. Variable
measured were dry matter digestibility and organic
matter digestibility. Research result showed that
ammonization product of NH
3
, Acidity Level and
crude fiber having decreased while crude protein
content increased. Variance analysis indicated that
treatments had significant effect (P<0.05) on dry
matter and organic matter digestibility. Orthogonal
polynomial test indicated that level of molasses
increase (P<0.05) of dry matter and organic matter
digestibility linearly. It can be concluded that
addition up to 30 percent in ammoniating of rice
straw using urea can improve quality of
ammonization and increasing dry matter and
organic matter digestibility.
Key words: digestibility, rumen, ammoniation, molases
2008 Agripet : Vol (8) No. 2: 15-20
PENDAHULUAN
1
Jerami padi merupakan limbah pertanian
yang paling banyak tersedia dan sering
digunakan sebagai pakan pada saat persediaan
rumput kurang. Produksi jerami padi bervariasi
yaitu mencapai sekitar 12–15 ton per hektar
dalam satu kali panen, atau 4–5 ton bahan
kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas
tanamannya, secara keseluruhan mencapai
128 juta ton untuk luas panen 10,7 juta hektar
(BPS Indonesia, 2005).
Jerami padi merupakan bahan pakan
ruminansia yang tergolong bahan pakan yang
berkualitas rendah, karena jerami padi tersusun
oleh selulosa, hemiselulosa, silika dan lignin.
Maynard et al. (1979) menyatakan bahwa
lignin yang terdapat pada dinding sel
merupakan penghalang bagi kerja enzim yang
mencerna selulosa dan hemiselulosa. Karak-
teristik Jerami adalah tingginya kandungan
serat yang tidak dapat dicerna karena
Corresponding author: muhamadbata@yahoo.com
lignifikasi selulosa yang tinggi sehingga
kecernaannya juga menurun (Nisa et al., 2004).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas jerami padi, salah satu
upaya yang murah, praktis dan hasilnya disukai
ternak adalah teknik amoniasi. Amoniasi
jerami padi menggunakan urea dapat mening-
katkan kandungan nitrogen (McDonald et al.,
2002), palatabilitas, konsumsi dan kecernaan
pakan (Ahmed et al., 2002). Dosis urea yang
ditambahkan ke dalam jerami jumlahnya
sekitar 4 – 6 persen dari berat jerami. Dosis
urea yang ditaburkan ke dalam jerami jika
terlalu banyak tidak akan memberikan
pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada
jerami (Ikhsan, 2005).
Penggunaan urea pada jerami padi akan
meningkatkan pH jerami amoniasi dan
peningkatan ini tidak hanya menyebabkan
Nitrogen (N) lepas ke lingkungan tetapi juga
menyebabkan ketidakseimbangan antara keter-
sediaan N dan energi pada rumen sekitar 60 –
70 persen NH
3
yang berasal dari amoniasi
menuju ke atmosfer yang nantinya akan
Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro (Dr. Sc. Agr. Ir. M. Bata, MS)
16
menyebabkan penipisan lapisan ozon (Taiwo et
al., 1995; Dass et al., 2001).
Upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut bisa dilakukan dengan penambahan
asam organik, namun demikian tidak mengun-
tungkan karena asam organik mahal. Alte-
rnatif lain adalah menggunakan bahan pakan
sumber karbohidrat fermentable, bahan pakan
tersebut diharapkan sebagai media atau sumber
energi bagi mikroba asam laktat. Mikroba
memanfaatkan NH
3
dan juga memproduksi
asam laktat yang dapat bereaksi dengan NH
3
.
Penggunaan NH
3
yang optimal dapat mening-
katkan kandungan protein kasar selain itu
dengan kondisi asam juga mudah melong-
garkan ikatan lignoselulosa yang pada akhirnya
berdampak positif pada aktifitas mikroba
rumen. Salah satu jenis bahan karbohidrat
fermentable tinggi dan mudah diperoleh yaitu
molases. Molases merupakan hasil samping
dari pembuatan gula tebu yang mempunyai
kandungan BETN dari bahan kering tinggi.
Molasses digunakan sebagai sumber karbo-
hidrat yang mudah terfermentasi pada ransum
yang kandungan seratnya tinggi, dan yang di
beri urea (Foulkes, 1986). Namun demikian
penggunaan molasses yang berlebihan dapat
berdampak pada metabolism rumen. Tujuan
penelitian in adalah untuk mengetahui berapa
banyak penambahan molasses yang optimal
pada untuk meningkatkan kualitas amoniasi
jerami padi sehingga dapat meningkatkan
kecernaan bahan kering dan bahan organik.
Manfaat yang diharapkan adalah mengopti-
malkan pemanfatan jerami padi sebagai
pengganti hijauan dan mengurangi insiden
keracunan pada ternak maupun peternak serta
permasalahan lingkungan akibat tinggi
amoniak yang dihasilkan dari amoniasi yang
menggunakan urea saja.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Materi yang digunakan adalah cairan
rumen sebagai sumber inokulum yang diambil
dari sapi fistula bangsa Peranakan Fries
Holstein yang sedang laktasi ke II dan diberi
pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat
dengan perbandingan bahan kering 50 : 50
dengan konsumsi bahan kering 3% dari bobot
hidup. Sapi tersebut dipelihara di Experimental
Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman. Materi lain adalah jerami padi,
urea, air, dan molases.
Alat dan bahan yang digunakan sebagai
berikut : (1) Alat untuk amoniasi jerami padi,
antara lain: alat pemotong (pisau/gunting), alat
penggiling (blender), timbangan, ember,
tempat penyimpanan, tali pengikat dan plastik;
(2) Alat untuk in vitro antara lain: tabung
fermentor, Shaker Water Bath yang diatur pada
suhu 39
0
C, pipet, sentrifuge, karet pentil,
termos air, corong, kain penyaring, kertas
saring whatman 41, tabung erlenmeyer, tabung
gas CO
2
, termometer, pH meter; (3) Alat untuk
analisis kecernaan bahan kering dan bahan
organik yaitu oven, tanur, cawan porselin,
kertas saring whatman 41, desikator, tim-
bangan analitik. Bahan kimia yang digunakan
untuk uji in vitro adalah larutan McDougall’s,
CO
2
, HgCl
2
atau H
2
SO
4
pekat, larutan pepsin-
HCl 0,3% dan aquades.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan metode
eksperimental secara in vitro yang dirancang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). (Steel dan Torrie, 1993). Setiap perla-
kuan di ulang 6 kali, perlakuan yang diuji
adalah :
R
0
= 1000 g BK Jerami padi + Urea 5% + Air
50% + Molases 0%
R
1
= 1000 g BK Jerami padi + Urea 5% + Air
50% + Molases 15%
R
2
= 1000 g BK Jerami padi + Urea 5% + Air
50% + Molases 30%
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kandungan nutrient, produksi ammonia, pH pasca amoniasi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik menurut petunjuk Tilley and Terry (1963).
Analisis proksimat, bahan kering dan
bahan organik terhadap substrat dan residu
dilakukan menurut petunjuk AOAC (1990).
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan
analisis ragam. Jika terdapat pengaruh perla-
kuan maka dilanjutkan dengan uji orthogonal
polinomial (Steel and Torrie,1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas jerami padi amoniasi
Komposisi kimia hasil amoniasi jerami
padi dengan molases maupun tanpa molases
ditera dalam Tabel 1. Kandungan serat kasar
jerami amoniasi semakin menurun sejalan
dengan bertambahnya level molases. Ini
menunjukkan bahwa perlakuan urea dan
penambahan molases pada proses amoniasi
Agripet Vol 8, No. 2, Oktober 2008
17
jerami padi mampu merenggangkan ikatan
lignoselulosa dan hemiselulosa, selain itu juga
suasana asam dari fermentasi molases oleh
bakteri asam laktat mempermudah reng-
gangnya ikatan tersebut.
Cheeke (1999),
menyatakan bahwa Kandungan serat kasar
mengalami penurunan karena teknik amoniasi
dengan menggunakan urea sebagai sumber
NPN dapat menghancurkan ikatan-ikatan
lignin, selulosa, hemiselulosa dan silika yang
merupakan faktor penyebab rendahnya daya
cerna jerami padi bagi ternak.
Kandungan serat kasar jerami amoniasi
semakin menurun sejalan dengan bertam-
bahnya level molases. Hal ini disebabkan
perlakuan urea dan penambahan molases pada
proses amoniasi jerami padi mampu mereng-
gangkan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa,
selain itu juga suasana asam dari fermentasi
molases oleh bakteri asam laktat memper-
mudah renggangnya ikatan tersebut.
Cheeke
(1999) menyatakan bahwa kandungan serat
kasar mengalami penurunan karena teknik
amoniasi dengan menggunakan urea sebagai
sumber NPN dapat menghancurkan ikatan-
ikatan lignin, selulosa, hemiselulosa dan silika
yang merupakan faktor penyebab rendahnya
daya cerna jerami padi bagi ternak.
Data hasil pengukuran NH
3
dan pH
pasca amoniasi ditera dalam gambar 1.
Penambahan molases dalam proses amoniasi
jerami padi mampu memperbaiki kualitas
amoniasi dilihat dari menurunnya produksi
NH
3
dan pH pasca amoniasi. Produksi NH
3
menurun dari 12,2 mM (R0) menjadi 5,2 mM
(R2) dan pH dari 7 (R0) menjadi 5,5 (R2). Hal
tersebut disebabkan karena molases merupakan
karbohidrat fermentable yang digunakan
sebagai energi bagi pertumbuhan bakteri
pembentuk asam laktat dan asam laktat yang
dihasilkan bereaksi dengan NH
3
. Selain itu
bakteri juga dapat memfiksasi NH
3
sebagai
sumber N untuk perkembangbiakannya se-
hingga mengurangi jumlah amonia (NH
3
) yang
terlepas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa
penggunaan onggok basah yang mengandung
asam laktat sebagai sumber karbohidrat
fermentable pada amoniasi jerami padi dapat
meningkatkan fiksasi NH
3
(Kartika, 2007;
Krisma, 2007; Ridho, 2007). Adanya fiksasi
NH
3
tersebut diperkuat bahwa kandungan
protein perlakuan penambahan molases (R1
dan R2) lebih tinggi dari perlakuan tanpa
penambahan molases (R0) walaupun kandu-
ngan R2 menurun sedikit dari R1 tetapi
penurunannya tidak begitu drastis, hal tersebut
juga membuktikan bahwa penambahan mola-
ses mampu mengikat NH
3
yang lepas. Selain
itu juga Dass et al. (2001) menyatakan bahwa
penambahan asam pada amoniasi jerami padi
terbukti dapat menangkap amonia yang ter-
lepas sebesar 30 persen. Yunus et al. (2000)
menyatakan bahwa penambahan molases pada
silase Clover-grass berfungsi untuk mening-
katkan produksi asam laktat dan menurunkan
asetat dan juga amonia-N.
12.2
7
7.8
6
5.2
5.5
0
2
4
6
8
10
12
14
Rataaan
Produksi
NH3 (mM)
dan pH
pasca
amoniasi
0 15 30
Level Molases (%)
NH3
pH
Gambar 1. Rataan Produksi NH
3
dan pH Pasca
Amoniasi
Regresi Linier
27
28
29
30
31
32
33
34
0 15 30
Level Molases (%)
Kecernaan Bahan Kering
Gambar 2. Kurva Respon Kecernaan Bahan Kering
Y = 29,5904 + 0,1276 X
(r
2
) = 89,52 %
Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro (Dr. Sc. Agr. Ir. M. Bata, MS)
18
Regresi Linier
28
29
30
31
32
33
34
35
36
0 15 30
Level Molases
Kecernaan Bahan Organik
Gambar 3. Kurva Respon Kecernaan Bahan
Organik
Kecernaan bahan kering dan bahan organik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecernaan bahan kering berkisar dari 29,97 ±
2,66 persen (R0) sampai dengan 33,80 ± 1,72
persen (R2). Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan penambahan molases dalam
amoniasi jerami padi berpengaruh nyata
(P<0.05) terhadap kecernaan bahan kering
pakan. Uji lanjut orthogonal polinomial me-
nunjukkan bahwa penggunaan molases pada
amoniasi jerami padi mempunyai respon linier
dengan persamaan Y = 29,5904 + 0,1276 X
(r
2
=89,52; r = 0.94616979).
Peningkatan kecernaan amoniasi jerami
padi yang ditambahkan dengan molases
disebabkan karena molases digunakan sebagai
sumber energy untuk berkembangbiakan
bakteri rumen sehingga mampu memanfaatkan
NH
3
. Selain itu suasana asam tersebut mampu
merenggangkan ikatan-ikatan serat yang ada
pada jerami padi, sehingga mikroba rumen
mampu menghidrolisis dan memfermentasi
selulosa, hemiselulosa dan karbohidrat lainnya
yang ada pada jerami tersebut. Amoniasi yang
hanya menggunakan urea juga dapat mereng-
gangkan ikatan-ikatan ester antara lignin dan
hemiselulosa maupun ikatan polisakarida
sehingga memberi peluang mikroba rumen
atau enzim untuk memfermentasi isi sel atau
komponen nutrien lainnya. Hal tersebut
didukung oleh kandungan serat kasar dari hasil
amoniasi yang mengalami penurunan yaitu dari
33,96 persen (R0); 30,65 persen (R1) menjadi
24,25 persen (R2). Data selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 1. Ali et al. (1993)
menyatakan bahwa peningkatan kecernaan
amoniasi jerami padi yang diensilase dengan
Corn Steep Liquor memungkinkan dipengaruhi
renggangnya ikatan-ikatan labil alkali yang ada
diserat jerami padi. Selain itu peningkatan
kecernaan bahan kering juga disebabkan oleh
peningkatan aktivitas mikroba sebagai akibat
peningkatan pengikatan N dari kandungan
protein ransum (Tabel 1) atau sumber N
lainnya.
Tabel 1. Kandungan Nutrien Hasil Amoniasi
dengan Penambahan Molases
Perlakuan
Air
(%)
BK
(%)
% BK
PK (%)
SK (%)
Abu (%)
R
0
33,07
66,93
8,105
33,96
24,22
R
1
33,47
66,53
10,122
30,65
22,77
R
2
33,20
66,80
9,345
24,25
21,71
Amoniasi jerami padi yang langsung
diberikan ternak akan menyebabkan ketidak-
seimbanangan N yang akan menyebabkan
degradasi N tinggi karena dalam jerami padi
mempunyai kekurangan yaitu rendahnya
karbohidrat fermentable sehingga banyak N
yang terlepas yang akan menyebabkan nilai
kecernaan bahan rendah. Oleh karena itu
pemberiannya harus diimbangi dengan karbo-
hidrat fermentable yang akan mengoptimalkan
kinerja mikroba rumen sehingga mikroba dapat
mengkonversikan amoniak menjadi protein
mikroba yang akan meningkatkan nilai
kecernaan bahan. Harini (2008) bahwa pro-
duksi NH
3
mengalami penurunan dan sintesis
protein mikroba mengalami peningkatan seja-
lan dengan peningkatan penambahan molases.
Selain itu juga dilaporkan terjadi penurunan
produksi VFA dan peningkatkan sintesis
protein mikroba. Hasil tersebut membuktikan
bahwa memang pada awal penambahan
molases, VFA dapat diman-faatkan langsung
oleh mikroba rumen sebagai sumber energi
untuk memanfatkan NH
3
sebagai sumber N
untuk sintesis protein mikroba sehingga
nilainya mengalami penurunan. Semakin
rendah VFA berarti semakin banyak pula VFA
yang digunakan sebagai sumber energi oleh
mikroba rumen untuk sintesis protein mikroba.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan
semakin banyaknya level penambahan molases
yang mengandung karbohidrat fermentable
maka akan menga-kibatkan aktifitas mikroba
rumen menjadi optimal untuk memanfaatkan N
dari jerami padi amoniasi. Ketersediaan
karbohidrat fermentable sebagai sumber energi
pada akhirnya dapat meningkatkan kecernaan
bahan kering.
Agripet Vol 8, No. 2, Oktober 2008
19
Rataan kecernaan bahan organik yaitu
R0: 31,12 ± 2,56; R1: 31,81 ± 2,14 dan R2:
35,13 ± 1,81. Hasil analisis ragam menun-
jukkan bahwa perlakuan penambahan molases
pada amoniasi jerami padi berpengaruh nyata
(P < 0.05) terhadap kecernaan bahan organik
pakan. Uji lanjut orthogonal polinomial
menunjukkan bahwa level penggunaan molases
pada amoniasi jerami menun-jukkan respon
linier dengan persamaan garis Y = 30,6827 +
0,1336 X dengan koefisien determinasi (r
2
)
87,49 persen dan koefisien korelasi (r) =
0.93537319.
Nilai kecernaan bahan organik pakan
pada perlakuan R0 sebesar 30,68 persen
meningkat menjadi 34,69 persen pada perla-
kuan R2. Kecernaan bahan organik maksimal
diperoleh pada perlakuan penambahan 30
persen molases dalam amoniasi jerami padi.
Hal tersebut diduga disebabkan karena material
organik dari molases lebih banyak terfermen-
tasi dibandingkan pada perlakuan tanpa
molases. Kecernaan bahan organik meningkat
disebabkan oleh jumlah mikroba yang mening-
kat sebagai akibat dari tepatnya keter-sediaan
nitrogen yang disediakan oleh amoniasi jerami
padi yang ditambah molases untuk sintesis
protein mikroba. Jumlah mikroba yang bertam-
bah banyak menyebabkan material bahan
organik yang terfermentasi oleh mikroba
rumen menjadi VFA semakin banyak.
Kejadian yang terjadi pada kecernaan
bahan organik serupa dengan yang terjadi pada
kecernaan bahan kering. Ranjhan (1977) me-
nyatakan bahwa kecernaan bahan kering erat
kaitannya dengan kecernaan bahan organik
karena sebagian besar bahan kering terdiri dari
bahan organik, perbedaan keduanya terletak
hanya pada kadar abu. Suwandyastuti (1991)
juga menyatakan bahwa bahan pakan yang
mempunyai kandungan nutrien sama memung-
kinkan kecernaan bahan organik mengikuti
kecernaan bahan keringnya.
KESIMPULAN
Penambahan molases dalam proses
amoniasi jerami padi sampai dengan level 30%
mampu meningkatkan kualitas amoniasi mela-
lui fiksasi NH
3
yang akhirnya mampu
memeperbaiki kandungan nutrien jerami padi,
penurunan pH dan NH
3
pasca amoniasi dan
meningkatkan kecernaan bahan kering dan
bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, A., Khan, M.J., Shahjalal, M. and
Islam, K.M.S., 2002. Effects of Feeding
Urea and Soybean Meal Treated Rice
Straw on Digestibility of feed Nutrient
and Growth Performance of Bull Calves.
Asian-Aus. J. Anim-Sci 15 : 522-527.
Ali, C.S., Sarwar, M., Siddiqi, R.H., Hussain,
R. F., Khaliq, T., Chaudhry, S.U.R. and
Barque, A.R., 1993. Effect of Urea
Treatment of Wheat Straw on
Disappearance and rate of passage
through Reticulo-Rumen of Buffalo.
Pak. Vet. J. 13: 74
AOAC, 1990. Official Methods of Analysis.
Association of Analytical Chemists, 15
th
Ed. Arlington Virginia, USA.
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2005. Potensi
Lahan Pertanaian Indonesia. Jakarta
Cheeke., Peter, R., 1999. Applied Animal
Nutrition; Feed and Feeding. Third
Edition. Prentice-Hall, Inc : New Jersey.
Dass, R.S., Verma. A.K., Mehra, V. R. and
Sahu, D. S., 2001. Nutrient Utilisation
and Rumen Fermentatio Pattern In
Murrah Buffaloes (Bubalus bubalis) fed
Urea and Urea Plus Hydrochloric Acid
Treated Wheat Straw. Asian-Aust. J.
Anim. Sci. 14(11) : 1542-1548.
Foulkes, D.T., 1986. Practical Feeding System
for Ruminants Based on Sugar Cana and
Its by Product. In : Dixon, R.M. (Ed).
Ruminant Feeding System Zing Fibrous
Agricultural Residus. 1985. Interna-
tional Development Program of
Australian University and Collages
Limited (IDP). Canberra.
Harini, S., 2008. Penambahan Molases Untuk
Meningkatkan Kualitas Amoniasi Jerami
Padi Dan Pengaruhnya Terhadap Produk
Fermentasi Rumen Secara In-Vitro.
Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto. Hal : 20-28.
Ikhsan, M., 2005. Pakan Ternak Jerami
Olahan.Http://www.pikiranrakyat.com/c
etak/2005/0305/24/cakrawala/lainnya.ht
m.Diakses 31 Desember 2007.
Pengaruh Molases Pada Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Urea Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro (Dr. Sc. Agr. Ir. M. Bata, MS)
20
Kartika, C.D.P., 2007. Penambahan Onggok
Segar pada Pembuatan Amoniasi Jerami
Padi dan Pengaruhnya Terhadap Kecer-
naan Bahan Kering dan Kecernaan
Bahan Organik Secara In Vitro. Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan Univer-
sitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Hal : 1-2.
Krisma, A., 2007. Penambahan Onggok Segar
pada Pembuatan Amoniasi Jerami Padi
dan Pengaruhnya Terhadap Kecernaan
Serat Kasar dan Produksi VFA Secara In
Vitro. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. Hal :19.
Maynard, L.A., Loosli, J.K., Hintz, H.F. and
Warner, R.G., 1979. Animal Nutrition –
seven edition. Mc Grow Hill Publishing.
New York. Pp : 91-101, 158-166.
McDonald, P., Edwards, R.A. and Greenhalg,
J.P.D., 2002. Animal Nutrition. sixth Ed.
Prentice hall. Gosport. London. Pp :
427-428.
Nisa, M., Sarwar, M. and Khan, M. A., 2004.
Nutritive Value of Urea Treated Wheat
Straw Ensiled with or without corn Steep
Liquor for Lactating Nili-Ravi Buffaloes.
Asian-Aust. J. Anim. Science. Vol 17 (6)
: 825-829.
Ridho, E.A., 2007. Penambahan Onggok pada
Pembuatan Amoniasi Jerami Padi dan
Pengaruhnya Terhadap Konsentrasi N-
NH
3
dan Sintesis Protein Mikroba Secara
In Vitro. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. Hal : 32,36.
Ranjhan, J.K., 1977. Animal Nutrition In
Tropic. Vikas Publishing Hou. New
York. Hal : 43-45, 213.
Steel, R.G.D. and Torrie, J.H., 1993.
Principles and Procedures of Statististic.
Terjemahan oleh B. Sumantri. 1993.
Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Edisi kedua. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal :
237-267.
Suwandyastuti, SNO dan Suparwi., 1991.
Kecernaan Nutrien Rumput Lapang pada
Domba Jantan Fase Tumbuh. Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan
UNSOED. Purwokerto. Hal : 22
Taiwo, A.A., Ade Bowale, E.A., Greenhalg, J.
F.D. and Akinsoyinu, A.O., 1995.
Techniques for Trapping Ammonia
Generated from Urea Treatment of
Barley Straw. Anim Feed. Sci. Technol.
56:133
Tilley, J.M.A. and Terry, R.A., 1963. A Two-
Stage Technique for the In Vitro
Digestion of Forage Crops. Journal of
the British Grassland Society. 18 (2) :
104.
Yunus, M., Ohba, N., Shimojo, M., Furuse, M.
and Masuda, Y., 2000. Effects of Ading
Urea and Molasses on Napiergrass
Silage Quality. Asian-Aus. J. Anim. Sci.
Vol 13 (11) : 1542-1547.