ArticlePDF Available

Pengaruh Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Authors:

Abstract

This study aims to determine the impact of tourism to economic growth in Indonesia during 1995 – 2000. Based on quarterly time series data and using VAR model, the study tries to analyze patterns of causal relationship between the growth of tourism (tourism receipts) and economic growth. The results showed several conclusions : (i) the growth of tourism and economic growth have reciprocal causal relationship. However, the impact of tourism (receipts) growth increase will accelerate the economic growth with time lag 5 – 6 quarters, while the increase of GDP growth will boost the increase of tourism growth on the next quarter. This study also found that the tourism promotion policy would affected the tourism growth on the next 1 – 3 following quarters. In Indonesia, bomb terrors will adversely impact on the growth of tourism of the first two following quarters.
PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA
Oleh :
Muhammad Afdi Nizar1
Abstrak
This study aims to determine the impact of tourism to economic growth in Indonesia during 1995 – 2000.
Based on quarterly time series data and using VAR model, the study tries to analyze patterns of causal
relationship between the growth of tourism (tourism receipts) and economic growth. The results showed
several conclusions : (i) the growth of tourism and economic growth have reciprocal causal relationship.
However, the impact of tourism (receipts) growth increase will accelerate the economic growth with
time lag 5 – 6 quarters, while the increase of GDP growth will boost the increase of tourism growth on
the next quarter. This study also found that the tourism promotion policy would affected the tourism
growth on the next 1 3 following quarters. In Indonesia, bomb terrors will adversely impact on the
growth of tourism of the first two following quarters.
Kata kunci : economic growth, economic-driven tourism growth hypothesis, tourism
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, pariwisata tidak hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang relatif kaya,
melainkan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Lebih lanjut, pariwisata bahkan telah berkembang
menjadi salah satu industri terbesar di dunia, yang ditandai antara lain dengan perkembangan
jumlah kunjungan turis dan pendapatan yang diperoleh dari turis internasional. Berdasarkan
laporan World Tourism Organization (WTO), total kunjungan turis di seluruh dunia dalam tiga
tahun terakhir hampir mencapai 1 miliar orang per tahun. Dalam tahun 2007, jumlah kunjungan
1 Staf Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan
Email : denai69@gmail.com
turis mencapai 901 juta orang, kemudian meningkat sekitar 2,0% menjadi 919 juta orang dalam
tahun 2008, dan menurun sekitar 4,2% menjadi 880 juta orang dalam tahun 2009.
Perkembangan jumlah kunjungan turis ini praktis mempengaruhi pendapatan devisa pariwisata
(tourism receipts), yaitu dari sebesar US$858 miliar dalam tahun 2007 meningkat sekitar 9,7%
menjadi US$941 miliar tahun 2008 dan kemudian turun sekitar 9,5% menjadi US$852 miliar
tahun 2009. Penurunan jumlah kunjungan dan pendapatan dari pariwisata dunia pada tahun
2009 terjadi sebagai dampak dari krisis keuangan global dan resesi ekonomi (WTO, 2010).
Bila dicermati perkembangannya di Indonesia terlihat bahwa jumlah kunjungan turis
cenderung meningkat, yaitu dari 5.506 juta pada tahun 2007 menjadi 6.234 juta pada tahun
2008, atau tumbuh sekitar 13,2% dan meningkat sekitar 1,4% menjadi 6.324 juta pada tahun
2009. Dalam tahun 2009 saja Indonesia mampu menyerap sekitar 0,72% dari jumlah kunjungan
turis dunia. Namun demikian, peningkatan jumlah kunjungan tidak diikuti dengan bertambahnya
pendapatan devisa pariwisata. Dalam tahun 2007 pendapatan devisa pariwisata mencapai
US$5.346 juta, kemudian meningkat sekitar 38,0% menjadi US$7.378 juta dalam tahun 2008,
dan dalam tahun 2009 turun sekitar 14,4% menjadi US$6.318 juta. Jumlah pendapatan devisa
tahun 2009 ini setara dengan 0,74% dari pendapatan pariwisata dunia.
Berdasarkan jumlah kunjungan dan pendapatan devisa pariwisata tersebut, dalam tahun
2009 Indonesia berhasil pada peringkat 9 di kawasan Asia Pasifik sebagai negara yang atraktif
bagi turis internasional. Keberhasilan ini patut diacungi jempol dan paling tidak dapat dijadikan
sebagai indikator keberhasilan berbagai langkah kebijakan serta program dan promosi
pariwisata yang selama ini dilakukan oleh pemerintah. Terlebih lagi, berbagai langkah kebijakan
dn program pengembangan pariwisata tersebut diupayakan secara terus menerus oleh
pemerintah di tengah munculnya tantangan berat, diantaranya adalah terjadinya “teror bom” di
sejumlah tempat di tanah air. Teror bom tersebut membawa implikasi munculnya larangan
berkunjung (travel warning) ke Indonesia dari banyak negara, yang selanjutnya akan
mempengaruhi jumlah kunjungan turis dan pendapatan devisa pariwisata.
Grafik 1.1. Sumbangan Devisa Pariwisata dan Beberapa Komoditi Ekspor terhadap
Cadangan Devisa, 2004 – 2009
Sumber : BPS, BI dan Kementerian Budaya & Pariwisata (diolah)
Pendapatan devisa dari pariwisata memiliki peranan yang cukup penting dalam struktur
penerimaan devisa nasional, terutama bila dibandingkan dengan devisa yang berasal dari
kegiatan ekspor barang. Bila dicermati perkembangannya setiap tahun sejak tahun 2004 sampai
2009, meskipun tidak terlalu besar, namun pendapatan devisa dari pariwisata menunjukkan
prubahan yang cukup berarti. Dalam tahun 2004, pendapatan pariwisata mencapai US$5,2
miliar dan menyumbang sekitar 14,4% terhadap devisa negara, berada di bawah devisa ekspor
minyak bumi dan gas (migas) yang menyumbang sekitar 42,9%. Dalam tahun 2005, walaupun
pendapatan pariwisata turun menjadi US$5,1 miliar, namun sumbangannya terhadap devisa
meningkat menjadi 14,7%, berada di bawah devisa ekspor migas yang menyumbang sekitar
0
10
20
30
40
50
60
2004 2005 2006 2007 2008 2009
persen
Migas Pariwisata Pakaian jadi
Karet olahan Minyak kelapa sawit
55,4%. Penurunan pendapatan pariwisata terus berlangsung hingga tahun 2006 dengan
sumbangan sekitar 11,5%, lebih rendah dari sumbangan ekspor migas (49,8%), pakaian jadi
(13,2%) dan karet olahan (12,8%).
Selanjutnya dalam tahun 2007, jumlah pendapatan pariwisata meningkat menjadi US$5,8
miliar, namun sumbangannya terhadap devisa nasional turun menjadi 10,2%. Sumbangan devisa
pariwisata dalam tahun tersebut masih lebih rendah dari devisa hasil ekspor migs (38,8%), karet
olahan (10,9%) dan pakaian jadi (13,8%). Dalam tahun 2008 pendapatan devisa pariwisata
kembali meningkat hingga mencapai US$8,2 miliar dan sumbangannya terhadap devisa juga
naik menjadi 15,8%, namun turun menjadi sekitar 10,4% dalam tahun 2009 (Grafik 1.1).
Selain sebagai sumber pendapatan devisa, pariwisata juga memberikan kontribusi untuk
penciptaan lapangan kerja, kegiatan produksi dan pendapatan nasional (PDB), pertumbuhan
sektor swasta dan pembangunan infrastruktur. Pariwisata juga berpotensi mendorong
peningkatan penerimaan negara dari pajak, terutama pajak tidak langsung. Meskipun beragam
kontribusi pariwisata terhadap perekonomian telah disadari sejak lama namun sejauh ini
penelitian tentang pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi belum mendapatkan
porsi yang cukup besar di Indonesia, sehingga sulit menentukan arah hubungan antar kedua
variabel. Berdasarkan fakta tersebut, studi ini akan mencoba mengelaborasi lebih lanjut arah
hubungan atau pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
1.2. Tujuan Penelitian
Studi ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dampak pertumbuhan pendapatan pariwisata (tourism receipts) terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Mengetahui dampak program promosi wisata dan teror bom terhadap pertumbuhan
pendapatan pariwisata, serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
1.3. Metode Penelitian
1.3.1.Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder berdasarkan runtut waktu (time
series) triwulanan dalam periode 1995 2009, yang meliputi produk domestik bruto (PDB),
nilai tukar rupiah terhadap US dolar, indeks harga konsumen (IHK), dan pendapatan pariwisata
(tourism receipts). Data yang dibutuhkan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
1.3.2.Metode Penelitian
Studi ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan model vector autoregressive
(VAR). Model VAR ini memperlakukan semua variabel secara simetris.Satu vektor berisi lebih
dari dua variabel dan pada sisi kanan persamaan regresi terdapat nilai lag (lagged value) dari
variabel tak bebas sebagai representasi dari sifat autoregresive dalam model. Model yang
digunakan dalam studi ini dapat dispesifikasikan dalam persamaan berikut :
log = + log _+ 1+ 2+ (1)
log _= + log + 1+ 2+ (2)
dimana PDB = pendapatan nasional (PDB) riil sebagai proksi untuk pertumbuhan ekonomi,
Real_Tourism = devisa pariwisata yang disesuaikan dengan indeks harga konsumen (IHK)
sebagai proksi pertumbuhan pariwisata; D1 = variabel boneka (dummy) mewakili kebijakan
promosi pariwisata dalam rangka “visit Indonesia year” (D1 = 1, apabila terdapat kebijakan dan
D1 = 0 apabila tidak ada kebijakan); D2 = mewakili adanya teror bom (D2 = 1, apabila terjadi
peledakan bom dan D2 = 0 apabila tidak ada peledakan bom), β = koefisien yang akan
diestimasi, e = disturbance error, dan t = waktu . Bentuk logaritma pada variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable) bertujuan untuk memudahkan
interpretasi masing-masing koefisien. Koefisien dalam kedua fungsi logaritma di atas
diinterpretasikan sebagai elastisitas yang menunjukkan perubahan variabel terikat akibat
perubahan variabel bebas.
Sebelum melakukan estimasi persamaan (1) dan (2) perlu dilakukan beberapa pengujian,
antara lain :
(i) uji stasioneritas (uji akar unit) untuk membuktikan stabilitas (normalitas) pola masing-
masing variabel, agar regresi yang dihasilkan tidak lancung (palsu) sehingga tidak
menghasilkan interpretasi yang keliru. Metode pengujian yang seringkali digunakan
adalah Augmented Dickey-Fuller (ADF) test, yaitu dengan membandingkan ADF statistik
dengan critical values McKinnon pada tingkat signifikansi 1%, 5%, dan 10%; dan
(ii) penentuan panjang lag optimal untuk mengetahui lamanya periode suatu variabel
dipengaruhi oleh variabel masa lalunya dan variabel endogen lainnya. Model VAR sangat
sensitif terhadap jumlah lag data yang digunakan. Apabila ditentukan lag yang terlalu
panjang maka akan mengurangi degree of freedom sehingga akan menghilangkan
informasi yang diperlukan, sedangkan apabila ditentukan jumlah lag yang terlalu pendek
maka akan menghasilkan pemodelan yang salah (misspecification model) yang ditandai
dengan tingginya angka standar error.
II. Kerangka Teoritis
2.1. Hubungan Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam literatur, hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat dikonfrontasi
melalui dua pendekatan, yaitu : pertama, pendekatan Keynesian tentang pengganda (multiplier),
yang memperlakukan pariwisata internasional sebagai komponen eksogen dari permintaan
agregat yang mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, dan karena itu terhadap
lapangan kerja melalui proses multiplier. Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena
agak statis dan tidak memungkinkan untuk menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka
panjang.
Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen dua sektor Lucas, yang penggunaannya
untuk sektor pariwisata dipelopori oleh Lanza and Pigliaru (1995). Dalam model ini pariwisata
dikaitkan dengan kondisi maksimisasi laju pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen
utama dari pertumbuhan, dengan asumsi kemajuan teknologi di sektor manufaktur lebih tinggi
dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan mendorong pertumbuhan. Hal
ini bisa terjadi hanya apabila perubahan nilai tukar perdagangan (terms of trade) antara
pariwisata dan barang-barang manufaktur lebih dari sekedar menyeimbangkan kesenjangan
teknologi (technological gap) sektor pariwisata. Kondisi tersebut berlaku apabila elastisitas
substitusi antara pariwisata dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).
Selain itu, dengan mengacu pada teori hubungan perdagangan dan pertumbuhan,
hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi diidentifikasi bersifat kausalitas. Pola
hubungan kausalitas ini didasarkan pada tiga (3) hipotesis yang berbeda, yaitu :
1. Hipotesis pertumbuhan yang bertumpu pada pariwisata (tourism-led economic growth
hypothesis), yang menganggap ekspansi pariwisata mempengaruhi pertumbuhan ekonomi;
2. Hipotesis pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh pertumbuhan ekonomi (economic-
driven tourism growth hypothesis), yang menganggap pertumbuhan ekonomi mempengaruhi
ekspansi pariwisata; dan
3. Hipotesis kausalitas timbal balik (reciprocal causal hypothesis), yang menganggap
hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi pariwisata bersifat dua arah (bi-
directional), dimana dorongan pada kedua variabel tersebut saling memberikan manfaat.
Pengakuan adanya hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi pariwisata
sangat penting karena bisa memberikan implikasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan
kebijakan yang relevan. Namun demikian, apabila ditemukan tidak adanya hubungan kausal
antara ekspansi pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, hasilnya dapat digunakan sebagai
indikasi untuk menunjukkan efektivitas strategi promosi pariwisata.
Beberapa argumen lain melihat keterkaitan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi
dengan fokus pada dampak ekonomi makro dari pariwisata, yaitu : Pertama, pariwisata
memiliki dampak langsung terhadap perekonomian, antara lain terhadap penciptaan lapangan
kerja, redistribusi pendapatan, dan penguatan neraca pembayaran. Belanja turis, sebagai bentuk
alternatif dari ekspor memberikan kontribusi berupa penerimaan devisa (neraca pembayaran)
dan pendapatan yang diperoleh dari ekspansi pariwisata. Penerimaan devisa dari pariwisata juga
bisa digunakan untuk mengimpor barang-barang modal untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
Kedua, efek stimulasi (induced affects) terhadap pasar produk tertentu, sektor pemerintah,
pajak dan juga efek imitasi (imitation effect) terhadap komunitas. Salah satu manfaat utama bagi
komunitas lokal yang diharapkan dari pariwisata adalah kontribusinya yang signifikan terhadap
perekonomian daerah, terutama peningkatan pendapatan dan pekerjaan baru di daerah. Pelaku
bisnis di daerah tentu saja memperoleh manfaat langsung dari belanja turis. Karena pelaku
bisnis membayar pekerja dan karena pelaku bisnis dan pekerja membelanjakan kekayaan
mereka yang meningkat, maka secara keseluruhan komunitas di daerah juga memperoleh
manfaat. Sehingga uang yang dibelanjakan oleh turis adalah uang baru dalam perekonomian
daerah, bukan kekayaan sebelumnya yang digunakan kembali (recycling).
2.1.1. Dampak Positif Pariwisata
Dampak pariwisata diukur dalam dua tahap, yaitu dampak langsung dan tidak langsung
terhadap perekonomian. Dampak langsung antara lain diukur melalui tingkat belanja devisa
pariwisata dan dampaknya terhadap lapangan kerja. Sementara dampak tidak langsung meliputi
pengukuran efek yang ditimbulkan terhadap pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi).
Dalam jangka panjang, efek pariwisata terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat
diidentifikasi melalui beberapa saluran yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
1. Pariwisata adalah penghasil devisa yang cukup besar, yang tersedia untuk pembayaran
barang-barang atau bahan baku dasar yang diimpor yang digunakan dalam proses produksi.
2. Pariwisata memainkan peranan penting dalam mendorong investasi pada infrastruktur baru
dan persaingan antar perusahaan lokal dengan perusahaan di negara turis lainnya.
3. Pariwisata menstimulasi industri-industri lainnya, baik secara langsung, tidak langsung
maupun efek stimulasi.
4. Pariwisata memberikan kontribusi untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan.
5. Pariwisata bisa menimbulkan eksploitasi yang positif dari skala ekonomis (economies of
scale) perusahaan-perusahaan nasional
6. Pariwisata adalah faktor penting untuk difusi pengetahuan teknis, stimulasi riset dan
pengembangan, dan akumulasi modal sumber daya manusia.
2.1.2. Dampak Negatif Pariwisata
Pariwisata juga membawa implikasi negatif terhadap negara tujuan wisata (host country)
dan komunitas daerahnya. Pengaruh negatif tersebut antara lain adalah :
1. Terjadinya leakages impor dan ekspor, penurunan pendapatan pekerja dan penerimaan
bisnis lokal. Leakage impor meliputi pengeluaran impor untuk peralatan, makanan dan
minuman, serta produk-produk lain yang tidak bisa dipenuhi oleh host country, yang sesuai
dengan standar pariwisata internasional. Leakage ekspor adalah aliran keluar keuntungan
yang diraih oleh investor asing yang mendanai resorts dan hotel. Para investor asing
mentransfer penerimaan atau keuntungan pariwisata keluar dari host country.
2. Adanya batasan manfaat bagi masyarakat daerah yang terjadi karena pelayanan kepada turis
yang serba inklusif. Keberadaan paket wisata yang “serba inklusif” dalam industri
pariwisata—dimana segala sesuatu tersedia, termasuk semua pengeluaran—didefinisikan
menurut ukuran turis internasional dan memberikan lebih sedikit peluang bagi masyarakat
daerah untuk memperoleh keuntungan dari pariwisata.
2.2.Studi Empiris
Belakangan ini semakin banyak studi empiris yang mengeksplorasi hubungan antara
pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi dan hasilnyapun beragam. Hazari dan Sgro (1995),
misalnya mengembangkan sebuah model pertumbuhan dengan memasukkan pariwisata sebagai
komponen tambahan untuk permintaan agregat domestik. Hasilnya, pariwisata mempunyai
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Studi lain yang juga
menunjukkan bukti yang kuat tentang hubungan positif antara pariwisata dan pertumbuhan
ekonomi dilakukan oleh Balaguer and Cantavella-Jorda (2002), dengan menggunakan data
Spanyol periode 1975 1997. Kedua hasil studi ini mendukung hipotesis pertumbuhan yang
bertumpu pada pariwisata (tourism-led growth hypothesis, TLGH). Hasil studi lain yang juga
mendukung TLGH dilakukan oleh Dritsakis (2004) untuk kasus Yunani dalam periode 1960
2000, Durbarry (2004) untuk kasus Mauritius dalam periode 1952 1999, Gunduz dan Hatemi
(2005) untuk kasus Turki, dan Brida, Carrera, & Risso (2008) untuk kasus Meksiko.
Studi lain, dengan menggunakan beragam sampel negara (data panel) menunjukkan hasil
bahwa pariwisata memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan. Studi Eugenio-Martı´n,
Morales & Scarpa (2004), dengan kasus Amerika Latin dalam periode 1985–1998,
menunjukkan bahwa sektor pariwisata memberikan cukup pengaruh terhadap pertumbuhan.
Studi terkini Fayissa, Nsiah, & Tadasse (2007) untuk kasus 42 negara Afrika dalam periode
1995–2004 menunjukkan bahwa penerimaan dari industri pariwisata secara signifikan
memberikan kontribusi terhadap tingkat PDB dan pertumbuhan ekonomi negara-negara Afrika.
Namun demikian, studi yang dilakukan oleh Oh (2005) menolak teori pertumbuhan yang
bertumpu pada pariwisata. Menurut Oh, eksistensi hipotesis pertumbuhan yang bertumpu pada
pariwisata di Spanyol, sebagaimana dikemukakan Balaguer and Cantavella-Jorda’s (2002),
mungkin didukung oleh fakta Spanyol sebagai salah satu penerima devisa turis terbesar di dunia.
Pendapatan pariwisata pada waktu itu mencapai 5.9 persen dari PDBnya. Sementara Oh, dengan
menggunakan data Korea Selatan dalam periode 1975 2001, sebagai negara tujuan untuk
perbandingan. Walaupun Korea Selatan dan Spanyol sama-sama negara berkembang, namun
industri pariwisata Korea Selatan tidak sekuat Spanyol. Pada waktu itu diperkirakan penerimaan
nilai tambah yang berasal dari kegiatan pariwisata mencapai 3.5 persen dari PDB Korea Selatan.
Studi Oh memberikan konklusi bahwa tidak terdapat hubungan jangka panjang antara
penerimaan pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan.
III. Hasil Studi dan Pembahasan
3.1. Pra-Estimasi
3.1.1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas dilakukan dengan ADF test. Apabila hasil ADF test menunjukkan bahwa
data seluruh variabel belum stasioner pada level atau integrasi derajat nol, perlu dilakukan
differencing data, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya, yang
dimulai dengan differencing pertama (first difference) sampai diperoleh hasil yang menunjukkan
data telah stasioner. Hasil ADF test dibandingkan dengan nilai kritis (critical values)
McKinnon. Apabila nilai t-statistik ADF lebih kecil dari critical value McKinnon, maka data
dikatakan tidak stasioner dan sebaliknya jika nilai t-statistik ADF lebih besar dari critical value
McKinnon, maka data dikatakan stasioner.
Berdasarkan uji akar unit (unit root test) dengan menggunakan metode ADF test diperoleh
hasil bahwa variabel log PDB dan log Real_Tourism tidak stasioner atau memiliki unit root
pada level. Oleh karena itu harus dilakukan pengujian stasioneritas pada first different.
Tabel 3.1. Uji Stasioneritas
Nilai
ADF test Probability Probability
Log PDB -2.62207 0.0945 -5.54680 *0.0000
Log Real_Tourism -1.55941 0.4968 -6.60864 *0.0000
Keterangan : * nilai kritis McKinnon pada α =1%
Sumber : hasil pengolahan data
Variabel
Level First Difference
Nilai
ADF test
Pengujian pada first difference menunjukkan bahwa kedua variabel stasioner pada tingkat
signifikansi 1% (Tabel 3.1). Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dinyatakan bahwa data telah
memenuhi syarat stasioneritas dan persamaan yang telah dispesifikasikan sebelumnya dapat
diestimasi lebih lanjut dengan menggunakan model Vector Autoregression (VAR).
3.1.2. Panjang Lag Optimal
Penentuan panjang lag dimanfaatkan untuk mengetahui lamanya periode respon suatu
variabel terhadap variabel masa lalunya dan terhadap variabel endogen lainnya. Penentuan lag
dalam studi ini menggunakan pendekatan Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE),
Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC) dan Hannan Quinn
(HQ). Hasil penentuan panjang lag secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Penentuan Panjang Lag Optimal
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -7.03837 NA 1.77E-05 0.40883 0.556161 0.465649
1 52.79314 108.5831* 3.50e-06* -1.21456* -0.477900* -0.93046*
2 64.54948 19.59391 4.13E-06 -1.05739 0.26860 -0.54601
3 73.70017 13.89549 5.47E-06 -0.80371 1.11161 -0.06505
4 83.16536 12.97081 7.32E-06 -0.56168 1.94297 0.40426
* indicates lag order selected by the criterion
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan Tabel 3.2 lag yang optimal menurut kriteria LR, FPE, dan AIC terkecil dan
paling banyak ditunjuk adalah lag 1 sebagaimana ditunjukkan dengan tanda (*). Karena lag ini
dianggap terlalu pendek, maka untuk estimasi selanjutnya akan digunakan lag 2 pada model
persamaan VAR tersebut.
3.2. Hasil Estimasi Model VAR
Dari hasil estimasi model VAR diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi pada
periode sebelumnya (
D
log PDBt-1 dan
D
log PDBt-2) memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional dalam periode berjalan (
D
log PDBt) dan secara statistik
pengaruh kedua variabel tersebut signifikan. Pengaruh positif juga ditunjukkan oleh variabel
kebijakan promosi pariwisata (D1t-1) dan teror bom periode sebelumnya (D2t-1), namun tidak
signifikan secara statistik. Sementara itu, pertumbuhan devisa pariwisata riil pada periode
sebelumnya (
D
log Real_Tourismt-1 dan
D
logReal_Tourismt-2) memberikan pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan yang signifikan pengaruhnya adalah
D
logReal_Tourismt-2 (Tabel 3.3). Artinya, pertumbuhan devisa pariwisata dua periode
sebelumnya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi periode
berjalan.
Tabel 3.3. Hasil Estimasi Model VAR
Sumber : hasil pengolahan data
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi dalam periode sebelumnya (
D
log PDBt-1 dan
D
log
PDBt-2) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan devisa pariwisata, dan yang memberikan
pengaruh signifikan adalah
D
log PDBt-2. Artinya, peningkatan pertumbuhan ekonomi dua
periode sebelumnya mendorong meningkatnya pertumbuhan devisa pariwisata pada periode
berjalan. Sementara itu, kebijakan promosi pariwisata D1t-2 memberikan pengaruh positif,
β
0
DlogPDB
t-1
DlogPDB
t-2
DlogREAL_
TOURISM
t-1
DlogREAL_
TOURISM
t-2
D1
t-1
D1
t-2
D2
t-1
D2
t-2
R2 F-stat
DlogPDB
t
-0.001 0.281 0.316 -0.118 -0.385 0.055 -0.091 0.014 -0.044 0.212 1.619
t-stat (-0.033) (1.734) (1.864) (-0.680) (-2.288) (0.464) (-0.783) (0.248) (-0.076)
Dlog REAL_TOURISM
t
-0.015 0.333 0.252 -0.107 -0.445 -0.006 0.002 -0.039 -0.015 0.252 2.018
t-stat (-0.439) (2.247) (1.623) (-0.672) (-2.883) (-0.058) (0.017) (-0.764) (-0.280)
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Inverse Roots of AR Characteristic Polynomial
walaupun tidak signifikan. Sedangkan kebijakan promosi pariwisata D1t-1 dan terjadinya”teror
bom” D2t-1 memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan devisa pariwisata periode
berjalan dan pengaruhnya tidak signifikan secara statistik.
3.3. Uji Stabilitas Model
Uji stabilitas merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam model dinamik seperti VAR,
karena apabila didapatkan model VAR yang tidak stabil, analisis Impulse Response Function
(IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) menjadi tidak valid. Kondisi stabil
mensyaratkan model VAR yang dibentuk memiliki nilai akar karakteristik atau modulus kurang
dari 1 atau berada dalam unit circle.. Hasil uji stabilitas model pada lag 2 dapat dilihat pada
Tabel 3.3 dan diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Tabel 3.3 Hasil Uji Stabilitas
Root Modulus
0.931345
0.931345
-0.55478
0.554780
0.050901 - 0.540496i
0.542887
0.524588
0.524588
-0.40209
0.402087
0.215518 - 0.200207i
0.294162
0.215518 + 0.200207i
0.294162
No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
Sumber : hasil pengolahan data
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa nilai akar karakteristik atau modulus semuanya menunjukkan
angka lebih kecil dari 1. Di sisi lain, Gambar 3.1 menunjukkan bahwa semua titik Inverse
Gambar 3.1.
Hasil Uji Stabilitas
Sumber : hasil pengolahan data
Roots of AR Characteritic Polynomial berada di dalam lingkaran. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa model VAR yang akan diuji, stabil.
3.4. Impulse Response Function (IRF)
Fungsi Impulse Response digunakan untuk melihat perilaku suatu variabel dalam
merespon suatu kejutan (shock). Dalam studi ini, analisis IRF digunakan untuk melihat respon
perubahan PDB terhadap shock perubahan pendapatan devisa pariwisata, promosi pariwisata,
dan terjadinya teror bom.
Dari pengujian yang dilakukan terlihat bahwa pada triwulan pertama, perubahan
pendapatan devisa pariwisata (ΔlogReal_Tourism), promosi pariwisata (D1), dan terjadinya teror
bom (D2) tidak membawa efek apapun terhadap pertumbuhan ekonomi (ΔlogPDB). Yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah shock satu standar deviasi dari variabel PDB
periode itu sebesar 0,156. Setelah satu triwulan, perubahan pendapatan pariwisata berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif ini terus berlanjut dan mencapai
puncaknya pada triwulan keempat. Perubahan pendapatan pariwisata baru terlihat memberikan
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan kelima dan keenam. Artinya,
pendapatan pariwisata tahun sebelumnya baru akan terlihat pengaruhnya terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama dan kedua tahun yang akan datang. Setelah itu
pengaruhnya kembali negatif dengan kecenderungan yang menurun, dan kemudian terus
bergerak menuju kondisi keseimbangan atau mendekati nol (convergence) setelah triwulan
kesembilan (Grafik 3.1.a). Artinya, setelah mencapai keseimbangan tersebut, perubahan
pendapatan pariwisata akan tetap direspon oleh pertumbuhan ekonomi namun tidak bersifat
permanen.
-.10
-.08
-.06
-.04
-.02
.00
.02
.04
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Response of DLOG(PDB) to Cholesky
One S.D. DLOG(REAL_TOURISM) Innovation
-.06
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
5 10 15 20 25 3 0 35 40 45 50 55 60
Response of DLOG(PDB) to Cholesky
One S.D. D2 Innovation
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Response of DLOG(PDB) to Cholesky
One S.D. D1 Innovation
Grafik 3.1. Fungsi Impulse Response (IRF) Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pertumbuhan
Pendapatan Pariwisata, Promosi Pariwisata, dan Teror Bom
Sumber : hasil pengolahan data
Sementara itu, promosi pariwisata baru terlihat dampak positifnya terhadap pertumbuhan
ekonomi ketika memasuki triwulan kedua (Grafik 3.1.b). Setelah periode itu pengaruhnya
cenderung negatif dan mencapai puncaknya pada triwulan kelima, yang kemudian terus
bergerak menuju keseimbangan (convergence). Yang agak mencengangkan adalah pengaruh
teror bom terhadap pertumbuhan ekonomi (Grafik 3.1.c). Adanya teror bom akan direspon
positif oleh pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga sebagai implikasi dari langkah-langkah
rehabilitasi lokasi yang ditempuh pemerintah pasca teror bom. Setelah itu, meskipun
pengaruhnya positif namun cenderung menurun dan terus bergerak menuju keseimbangan.
Pada sisi lain, pertumbuhan ekonomi menunjukkan dampak positif terhadap pertumbuhan
pendapatan pariwisata. Pengaruh positif ini terlihat sejak triwulan pertama dan cenderung
(a)
(
c
)
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
.10
.12
5 10 1 5 20 25 30 35 40 45 50 55 6 0
Response of DLOG(REAL_TOURISM) to Cholesky
One S.D. DLOG(PDB) Innovation
-.05
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
5 10 15 2 0 25 30 35 40 45 50 5 5 60
Response of DLOG(REAL_TOURISM) to Cholesky
One S.D. D1 Innovation
-.06
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Response of DLOG(REAL_TOURISM) to Cholesky
One S.D. D2 Innovation
menurun hingga mencapai puncaknya pada triwulan ketiga. Artinya, pertumbuhan ekonomi
tahun sebelumnya akan mendorong peningkatan pendapatan pariwisata selama 3 triwulan
pertama tahun berjalan. Setelah menunjukkan pengaruh negatif pada triwulan keempat,
pertumbuhan ekonomi kembali memberikan efek positif terhadap pertumbuhan pendapatan
pariwisata sejak triwulan kelima sampai triwulan ketujuh.
Grafik 3.2. Fungsi Impulse Response (IRF) Pendapatan Pariwisata terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Promosi Pariwisata, dan Teror Bom
Sumber : hasil pengolahan data
Dalam triwulan kedelapan, pengaruhnya kembali negatif hingga triwulan kesembilan.
Memasuki triwulan kesepuluh sampai kesebelas, pengaruh pertumbuhan ekonomi kembali
positif terhadap pertumbuhan pendapatan pariwisata. Setelah itu pengaruhnya negatif dengan
kecenderungan menurun dan bergerak menuju keseimbangan (Grafik 3.2.a). Artinya, respon
(a)
(c)
pertumbuhan pendapatan pariwisata akibat shock pertumbuhan ekonomi makin lama akan
menghilang sehingga shock tersebut tidak meninggalkan pengaruh permanen terhadap
pendapatan pariwisata.
Sementara itu, pengaruh promosi pariwisata terhadap pertumbuhan pendapatan pariwisata
dalam triwulan pertama masih negatif. Dalam triwulan kedua dan ketiga baru terlihat positif,
namun dalam triwulan berikut pengaruhnya negatif dengan kecenderungan menurun dan
bergerak menuju keseimbangan (Grafik 3.2.b). Sebaliknya, pengaruh teror bom terhadap
pertumbuhan pendapatan pariwisata hanya terlihat negatif pada triwulan pertama dan kedua,
namun setelah itu berpengaruh positif dengan kecenderungan yang menurun dan bergerak
menuju keseimbangan (Grafik 3.2.c).
Berangkat dari analisis tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki
hubungan kausalitas timbal balik dengan pertumbuhan pariwisata. Pertumbuhan pendapatan
pariwisata akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dengan beda kala (time lag) selama 5 – 6
triwulan, sedangkan pertumbuhan ekonomi akan mendorong pertumbuhan pendapatan
pariwisata dengan segera, yaitu pada triwulan berikutnya. Selain itu, kebijakan promosi
pariwisata akan mempengaruhi pertumbuhan pendapatan pariwisata pada 2 3 triwulan
berikutnya, sedangkan pengaruh negatif teror bom berlangsung hanya selama dua triwulan
pertama. Dengan demikian, hasil studi ini memberikan indikasi yang mendukung hipotesis
hubungan kausalitas timbal balik (reciprocal causal hypothesis). Artinya, pertumbuhan
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi saling memberikan manfaat satu dengan yang lain.
3.5 Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Dekomposisi varian (variance decomposition) dalam model VAR bertujuan untuk
memisahkan pengaruh masing-masing variabel inovasi secara individual terhadap respon yang
diterima suatu variabel, termasuk inovasi variabel itu sendiri. Dengan kata lain analisis FEVD
digunakan untuk mengetahui variabel yang paling berperan penting dalam menjelaskan
perubahan suatu variabel.
Tabel 3.4. Dekomposisi Varian Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Pariwisata
Sumber : hasil pengolahan data
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa sumber penting variasi pertumbuhan ekonomi adalah
shocks terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri, dengan proporsi paling besar diantara
variabel lainnya, yaitu 86,4% - 100%. Sementara itu, shocks pertumbuhan pendapatan
pariwisata, promosi wisata, dan teror bom hanya mampu menjelaskan sedikit saja dari variasi
pertumbuhan ekonomi, sebagaimana ditunjukkan oleh proporsi dekomposisi variannya (FEVD)
yang kecil. Pada sisi lain, pertumbuhan pendapatan pariwisata lebih banyak dijelaskan oleh
shocks variabel itu sendiri, yaitu dengan proporsi 70,0% - 75,9%. Shocks variabel pertumbuhan
ekonomi juga menjadi sumber pertumbuhan bagi pendapatan pariwisata dengan proporsi 24,1%
ΔlogPDB Δlog(Real_
Tourism) D1 D2 ΔlogPDB Δlog(Real_
Tourism) D1 D2
1 100.000 0.000 0.000 0.000 24.070 75.930 0.000 0.000
6 88.729 9.219 1.808 0.243 28.317 70.409 0.281 0.994
12 87.409 9.109 2.464 1.018 28.227 70.195 0.425 1.154
18 86.836 9.064 2.739 1.361 28.186 70.097 0.488 1.229
24 86.599 9.045 2.853 1.504 28.169 70.056 0.514 1.260
30 86.500 9.037 2.900 1.563 28.162 70.039 0.525 1.274
36 86.459 9.034 2.920 1.587 28.159 70.032 0.530 1.279
42 86.442 9.032 2.928 1.598 28.158 70.029 0.532 1.281
48 86.435 9.032 2.931 1.602 28.157 70.028 0.533 1.282
54 86.432 9.031 2.933 1.604 28.157 70.027 0.533 1.283
60 86.431 9.031 2.934 1.605 28.157 70.027 0.533 1.283
Dekomposisi Varian
Pertumbuhan Ekonomi
Dekomposisi Varian
Pertumbuhan Pendapatan Pariwisata
Periode
- 28,2%. Variasi promosi wisata dan teror bom hanya mampu menjelaskan sedikit pertumbuhan
pendapatan pariwisata, yang ditunjukkan oleh proporsi dekomposisi variannya yang relatif kecil.
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada bagian sebelumnya dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan studi ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pertumbuhan pendapatan pariwisata akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi
dengan time lag 5 6 triwulan. Artinya, peningkatan pendapatan pariwisata tahun
sebelumnya baru akan terlihat pengaruhnya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan pertama dan kedua tahun yang akan datang.
2. Pertumbuhan ekonomi mendorong peningkatan pendapatan pariwisata dengan segera, yaitu
pada triwulan berikutnya. Pengaruh ini berlangsung selama 3 triwulan. Artinya,
pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya akan mendorong peningkatan pendapatan
pariwisata selama 3 triwulan pertama tahun berjalan.
3. Di Indonesia pertumbuhan ekonomi dan pariwisata memiliki hubungan kausalitas timbal
balik (reciprocal causal hypothesis). Artinya, pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan
ekonomi saling memberikan manfaat satu dengan yang lain.
4. Promosi pariwisata memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan pariwisata
pada triwulan kedua dan ketiga. Sedangkan ”teror bom” hanya berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan pendapatan pariwisata selama dua triwulan pertama.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, ada beberapa saran yang dapat
dijadikan sebagai rekomendasi bagi pemerintah dalam memformulasikan kebijakan pariwisata,
yaitu sebagai berikut :
1. Karena pertumbuhan ekonomi signifikan pengaruhnya terhadap peningkatan pertumbuhan
pariwisata, kebijakan pengembangan pariwisata seyogyanya menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kebijakan peningkatan pertumbuhan ekonomi, misalnya melalui
peningkatan pembangunan infrastruktur kepariwisataan seperti hotel, pelabuhan, Bandar
udara dan pengembangan daerah-daerah tujuan wisata. Kebijakan ini dapat dilakukan
secara koordinatif dengan pemerintah daerah.
2. Pemerintah perlu mempertahankan kausalitas timbale balik pertumbuhan ekonomi dan
ekspansi pariwisata. Ketika pola hubungan yang demikian itu tidak dijumpai, maka ini
dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa strategi promosi pariwisata yang ditempuh belum
efektif.
V. Daftar Pustaka
Akal, Mustafa. (2010). Economic Implications of International Tourism on Turkish Economy.
Tourismos: An International Multidisciplinary Journal of Tourism. Vol. 5. No. 1.
(Spring). pp. 131 – 152.
Balaguer, J. and Cantavella-Jorda, M. (2002). Tourism as a Long-run Economic Growth Factor :
the Spanish Case. Applied Economics. Vol. 34. pp. 877 – 884.
Brida,, Juan Gabriel. Barquet, et.al. (2009). The Tourism-Led Growth Hypothesis : Empirical
Evidence from Colimbia. Tourismos: An International Multidisciplinary Journal of
Tourism. Vol. 4. No. 2. (Autumn). pp. 13 – 27.
Brida,, Juan Gabriel. Barquet, Andrea. and Risso, Wiston Adrián. (2010). Causality Between
Economic Growth And Tourism Expansion: Empirical Evidence From Trentino-Alto
Adige. Tourismos: An International Multidisciplinary Journal of Tourism. Vol. 5. No. 2.
(Autumn). pp. 87 – 98.
Brida, Juan Gabriel. and Pulina, Manuela. (2010). Literature Review on the Tourism-Led-
Growth Hypothesis. CRENoS Working Paper 2010/17. Italy : Centro Ricerche
Economiche Nord Sud (CRENoS).
Cortés-Jiménez. Isabel and Pulina, Manuela. (2006). Tourism and Growth: Evidence for Spain
and Italy. Paper presented at 46th Congress of the European Regional Science Association
University of Thessaly (Volos, Greece), 30 August – 3 September 2006.
Chen, Ching-Fu. and Chiou-Wei, Song Zan. (2009). Tourism Expansion, Tourism Uncertainty
and Economic Growth: New Evidence from Taiwan and Korea. Tourism Management
(30). pp. 812 –818.
Dwyer, Larry. Forsyth, Peter. and Spurr, Ray. (2004). Evaluating Tourism’s Economic Effects:
New and Old Approaches. Tourism Management (25). pp. 307–317
Dwyer, Larry. and Forsyth, Peter. (2006, Eds.). International Handbook on the Economics of
Tourism. United Kingdom : Edward Elgar.
Figini, Paolo. and Vici, Laura. (2009). Tourism and Growth in a Cross-Section of Countries.
RCEA Working Paper 01-09. Italy : The Rimini Centre for Economic Analysis.
Kareem, Olayinka Idowu. (2009, July). A Dynamic Panel Analysis of the Effects of International
Tourism Exports on African Economic Growth. A Paper Presented at the 14th African
Econometrics Society (AES) conference in Abuja, Nigeria.
Kim, Hyun Jeong. Chen, Ming-Hsiang. and Jang, SooCheong ‘‘Shawn’’. (2006). Tourism
Expansion and Economic Development: the Case of Taiwan. Tourism Management (27).
pp. 925–933.
Lee, Chien-Chiang, and Chang, Chun-Ping. (2008). Tourism Development and Economic
Growth: A Closer Look at Panels. Tourism Management (29). pp. 180–192.
Matias, Álvaro. Nijkamp, Peter. Sarmento, Manuela. (2009, Eds.) Advances in Tourism
Economics : New Developments. New York : Physica-Verlag.
Oh, Chi-Ok. (2005). The Contribution of Tourism Development to Economic Growth in the
Korean Economy. Tourism Management (26). pp. 39–44.
Parrilla, Javier Capo´. Font, Antoni Riera. and Nadal, Jaume Rossello. (2007). Tourism and
Long-Term Growth : A Spanish Perspective. Annals of Tourism Research. Vol. 34, No. 3.
pp. 709 – 726.
Ramos, Alejandro D. and Jiménez, Pablo S. (2008, Eds.). Tourism Development: Economics,
Management and Strategy. New York : Nova Science Publishers, Inc.
Rosentraub, Mark S. and Joo, Mijin. (2009). Tourism and Economic Development: Which
Investments Produce Gains for Regions?. Tourism Management (30). pp. 759–770.
Schubert, Stefan Franz. Brida, Juan Gabriel . and Risso, Wiston Adrián. (2010). The Impacts of
International Tourism Demand on Economic Growth of Small Economies Dependent on
Tourism. Tourism Management (31). pp.1 –9.
Sugiyarto, Guntur. Blake, Adam. and Sinclair, M. Thea. (2003). Tourism and Globalization :
Economic Impact in Indonesia. Annals of Tourism Research. Vol. 30, No. 3. pp. 683–701.
World Tourism Organization. (2010). Tourism Highlights.
... Kabupaten Bantul memiliki beraneka ragam kebudayaan dan kekayaan alam yang merupakan potensi daya tarik wisata yang sedang banyak dikembangkan. Pembangunan kepariwisataan diyakini hingga saat ini memiliki peran strategis, baik di tingkat global, nasional ataupun regional (Nizar, 2011). Pertumbuhan pariwisata diharapkan akan mengakibatkan pertumbuhan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan bermanfaat bagi masyarakat miskin (Alimuddin dkk., 2022). ...
Article
Full-text available
Kabupaten Bantul memiliki beraneka ragam kebudayaan dan kekayaan alam yang merupakan potensi daya tarik wisata yang sedang banyak dikembangkan. Salah satunya adalah Wisata Sri Opak yang terletak di Dusun Nangsri, Kalurahan Srihardono, Kabupaten Bantul belum banyak diketahui di kalangan masyarakat. Wisata Sri Opak kedepannya akan dikembangkan selain menjadi tempat perkemahan dan tempat outbound juga sebagai tempat berkumpul yang memiliki ruang santai dalam wujud gazebo pojok baca. Pengabdian masyarakat ini bertujuan menghasilkan sebuah rancangan gambar gazebo pojok baca Wisata Sri Opak berdasarkan data primer dan sekunder. Dimulai dengan tahap persiapan, yang diawali pengumpulan data lapangan dengan cara mewawancarai beberapa pihak. Tahap kedua melakukan survei dan observasi untuk dapat melakukan analisis tapak. Terakhir adalah proses pembuatan rancangan gambar gazebo pojok baca sesuai kondisi tapak dan sesuai dengan kebutuhan. Hasil pengabdian masyarakat berupa gambar desain gazebo pojok baca Wisata Sri Opak memiliki tiga alternatif desain gazebo yaitu gazebo tema klasik, gazebo tema klasik-modern, dan gazebo tema maritim, ditambah satu lagi desain rak buku tema maritim.
... Hasil menunjukkan bahwa pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap periwisata (Nizar, 2011). Faktor lain yang berpengaruh terhadap pariwisata di Indonesia yaitu nilai tukar dan inflasi (Sholihah, 2014). ...
Article
Full-text available
Penelitian ini merupakan studi yang membahas tentang Collaborative Governance sebagai salah satu langkah dalam pengembangan pariwisata di kawasan Karimun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan desain baru dalam proses pengembangan pariwisata melalui penggunaan desain kolaborasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai satu orang pegawai Dinas Pariwisata dan dua orang pegawai Pulau Moro. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa desain baru yaitu collaborative governance untuk pengembangan pariwisata di Karimun masih belum sepenuhnya berhasil diterapkan yaitu dari delapan kriteria keberhasilan kolaborasi. Terdapat tiga kriteria yang sudah diterapkan oleh pemerintah dalam proses pengembangan pariwisata yaitu governance, access to authority, information sharing.
... Dewasa ini, pariwisata tidak hanya mampu dinikmati oleh kalangan yang kaya saja, namun telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut Nizar (2011) pariwisata telah berkembang menjadi salah satu industri yang sangat besar, ditandai antara lain dengan perkembangan kunjungan jumlah wisatawan yang cenderung naik setiap tahunnya. Peningkatan kunjungan tersebut harus dibarengi dengan fasilitas penunjang yang memadai, salah satunya hotel sebagai akomodasi penyedia jasa. ...
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja, motivasi dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di Desa Visesa Ubud Resort secara parsial dan simultan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan mengolah data primer melalui kuesioner yang diberikan kepada karyawan di departemen Front Office, Food & Beverage dan Housekeeping Desa Visesa Ubud Resort. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel yang diperoleh yaitu sebanyak 88 responden, jumlah ini didapatkan setelah menggunakan metode slovin dari total populasi 112 orang. Analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik (uji normalitas, uji linearitas, uji autokolerasi, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas) dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan lingkungan kerja, motivasi dan kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, dimana nilai dari uji F didapatkan nilai Fhitung 20,546 > Ftabel 2,71 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Secara parsial lingkungan kerja berpengaruh signifikan (0,000<0,05) terhadap kinerja karyawan, dimana thitung 3,625 > ttabel 1,98861. Motivasi kerja berpengaruh tidak signifikan (0,153>0,05) terhadap kinerja karyawan, dimana thitung 1,443 < ttabel 1,98861. Kepemimpinan berpengaruh tidak signifikan (0,970>0,05) terhadap kinerja karyawan, dimana thitung 0,038 < ttabel 1,98861. This study aims to determine the effect of work environment, motivation and leadership on employee performance in Desa Visesa Ubud Resort partially and simultaneously. This study uses a quantitative method by processing primary data through questionnaires given to employees in the Front Office, Food & Beverage and Housekeeping departments at Desa Visesa Ubud Resort. Sampling using simple random sampling. The samples obtained were 88 respondents, this number was obtained after using the slovin method from a total population of 112 people. The data analysis used is the classical assumption test (normality test, linearity test, autocorrelation test, multicollinearity test, heteroscedasticity test) and multiple linear regression analysis. The results showed that simultaneously the work environment, motivation and leadership had a significant effect on employee performance, where the value of the F test obtained Fcount 20.546 > Ftable 2.71 and a significance value of 0.000 <0.05. Partially, work environment has a significant effect (0.000 <0.05) on employee performance, where tcount 3.625 > ttable 1.98861. Work motivation has no significant effect (0.153> 0.05) on employee performance, where tcount 1.443 < ttable 1.98861. Leadership has no significant effect (0.970 > 0.05) on employee performance, where tcount 0.038 < ttable 1.98861.
... Berseberangan dengan studi-studi di atas, ada juga studi-studi yang menyatakan bahwa justru peningkatan PDB di negara tujuan yang mendorong kedatangan wisman (Oh, 2005;He dan Zheng, 2011;Lean, Chong, dan Hooy, 2014;dan Kum, Aslan, Gungor, 2015). Sementara itu, beberapa studi menemukan bahwa PDB dan kedatangan wisman memiliki hubungan yang saling timbal balik (Lee dan Chang, 2008;Nizar, 2011;Shakouri, Yazdi dan Nategian, 2017;dan Badulescu et al, 2020). ...
Article
Full-text available
This study aims to investigate whether the international tourist arrivals affect Tourism FDI and Tourism GDP of Tourism sector in Indonesia during the period 2004 – 2020. In addition, this study also aims to estimate how much and how long the impact of the decline in international tourist arrivals due to the COVID-19 pandemic on the long-term equilibrium between international tourist arrivals, Tourism FDI and Tourism GDP. By using the Granger Causality Test and Vector Error Correction Model (VECM), this study found that the international tourist arrivals affect Tourism FDI and Tourism FDI affects Tourism GDP. Furthermore, the results showed that in the long term, the increase of international tourist arrivals by one percent will increase Tourism FDI by 0.55 percent. Then, one percent increase of Tourism FDI will increase Tourism GDP by 0.10 percent. In the short term (monthly analysis), if there is a "shock" in the increase of international tourist arrivals, Tourism FDI will increase for the next five months, and Tourism GDP will also increase for 2 months and 16 months after the increase of international tourists. This study also found that the long-term equilibrium between international tourist arrivals, Tourism FDI, and Tourism GDP will recover within 38 months after the pandemic COVID-19. This means the tourism sector will need three years to recover after the pandemic ends if there is no policy intervention to accelerate tourism recovery.
... Ekspansi pariwisata juga tidak terlepas dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi (Chou, 2013). (Amnar, Muhammad, & Syechalad, 2017) Dari tahun ke tahun sektor pariwisata memberikan kontribusi melalui sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Bagaimana tidak sektor pariwisata ini memberikan sumbangsih atas devisa negara dan pendapatan pajak. ...
Article
This paper aims to find out how significant the comparison of company profitability is before and during the Covid-19 pandemic.The population in this study were all companies in the hospitality industry, restaurant and tourism sub-sector listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) for the period 2019 - 2020. The sample in this study used the purposive sampling method, namely companies that had complete financial reports for the 3rd quarter of 2019 and Quarter 3 of 2020, the number of samples of this study were 31 companies. The results prove that the Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), and Return On Asset (ROA) tested with the test wicoxon have a significant effect on the Covid-19 pandemic on GPM, NPM, OPM and ROA. The Return On Equity (ROE) analyzed using the mann whitney also experienced significant differences before and during the Covid-19 pandemic. That way there is a significant difference in company profitability as measured by GPM, NPM, OPM, ROA, and ROE, the hospitality industry, restaurants and tourism sub-sectors listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) before the Covid-19 pandemic and during the Covid-19 pandemic. It is hoped that this research can help investors and interested parties in responding to the Covid-19 pandemic.
... Belanja turis, sebagai bentuk alternatif dari ekspor memberikan kontribusi berupa penerimaan devisa (neraca pembayaran) dan pendapatan yang diperoleh dari ekspansi pariwisata. Penerimaan devisa dari pariwisata juga bisa digunakan untuk mengimpor barangbarang modal untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan ekonomi (Nizar 2011). ...
Article
Full-text available
This study aims to analyze and show the influence of the number of tourist visits (NTV), the number of hotel occupancies (NHO), local revenue (LRV), the unemployment rate (UPR), and the proportion of informal employment (PIE) to economic growth (gross regional domestic product/GRDP) during the pre-pandemic period until the recovery period for the Covid-19 pandemic in Indonesia. This study uses a quantitative method of panel data regression models. The data source uses secondary data in the form of documentation from the central statistics agency regarding research variables for all provinces in Indonesia from 2019 to 2021. The research results show that NTV and UPR negatively and significantly affect GRDP. LRV and PIE have a positive and significant effect on GRDP. NHO does not affect GRDP. This research theoretically contributes to complementing existing theories and practically provides benefits as a reference for the government in increasing economic growth from existing factors.
Article
Full-text available
MEWUJUDKAN SMART ECONOMY MELALUI OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN SUBANG Ahmad Rifa'i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional di Indonesia dalam bidang ekonomi, hal ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah tahun 2010-2014. Pengembangan pariwisata memiliki peranan yang cukup krusial seperti mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Marpaung dan Bahar (2002:19), bahwasannya pariwisata dapat memberikan kehidupan yang dapat meningkatkan taraf standar hidup masyarakat setempat melalui profit ekonomi yang diperoleh dari tempat tujuan wisata. Kabupaten Subang merupakan salah satu kawasan pengembangan pariwisata di Provinsi Jawa Barat yang kaya akan potensi sumber daya wisata yang beragam, mulai dari atraksi wisata budaya, atraksi wisata buatan manusia, dengan kondisi lingkungan fisik, sosial budaya yang mendukung dan aksesibilitas yang dapat menunjang kegiatan wisata di kabupaten subang. Dengan panorama alam yang sangat indah dan kekayaan budaya yang unik, hal ini menjadikan kabupaten subang kaya akan potensi wisata dengan tingkat keunggulannya menjadi keunggulan regional, baik dalam keunggulan komparatif maupun dalam kompetitif. Secara topografis tujuan wisata di kabupaten subang dapat terbagi menjadi dua, yang pertama kawasan wisata daerah pegunungan seperti gunung tangkuban perahu, ciater (pemandian air panas), curug cijalu, curug batu, curug cileat, curug cina, dan masih banyak lagi yang lainnya. termasuk desa cicadas panaruban kecamatan jalan cagak memiliki daya tarik objek wisata keindahan ekosistemnya yaitu Capolaga adventure camp dengan keindahan ekosistem sungai yang sangat unik berupa air terjun cimuja, air terjun karembo dan air terjun sawer yang dikelola oleh hukum alam. di sisi air terjun, daya tarik dapat ditemukan pada gua-gua yang salah satunya adalah gua badak. Gua badak ini memiliki dukungan berupa fasilitas wisata kegiatan outbond yang menjadikan objek wisata ini cocok untuk traveler petualang. Di sinilah pentingnya ide dasar dalam pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata. Pembangunan dan pengembangan daerah objek wisata diperlukan untuk kelestarian sumber daya alam dan budaya setempat. Sumber daya tersebut merupakan kebutuhan setiap orang yang mana ketika dilestarikan dapat digunakan untuk kehidupan di masa yang akan datang. Dalam rencana program pembangunan
Article
Full-text available
Bukit Kelam adalah sebuah batu monolit terbesar didunia mengalahkan Zuma Rock Afrika Barat. Bukit Kelam menjadi tempat hidup bagi 14 spesies kantong semar dan telah menjadi jalur pendakian Via Ferrata, jalur besi yang telah diresmikan pada Desember 2019. Dengan ada nya wisata Bukit Kelam yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Sintang, Kalimantan Barat dalam hal ini memerlukan bantuan akses pendukung transportasi, dalam hal ini lokasi Bandar Udara yang dekat dengan tempat wisata sangat penting sebagai sarana pendukung para wisatawan untuk dapat menuju destinasi wisata yang dituju. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang melakukan penyebaran kuesioner secara Online dan Offline terhadap para pengunjung Bandar Udara Tebelian dan Pengunjung Wisata Bukit Kelam yang digunakan untuk menganalisis data statistik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik analisis data menggunakan Uji Regresi Linear Sederhana, Uji T, Uji Koefisien Determinasi, dan Uji Deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari lokasi Bandar Udara terhadap minat pengunjung wisata Bukit Kelam Sintang, Kalimantan Barat. Dibuktikan dari hasil 1) Uji T hitung sebesar 10,218 dengan nilai signifikansi diperoleh 0,000 0,05. Hal ini menyatakan bahwa persentase yang didapatkan dari pengaruh lokasi Bandar Udara terhadap minat pengunjung wisata Bukit Kelam Sintang, Kalimantan Barat sebesar 51,6% sedangkan 49,4% dipengaruhi oleh moda transportasi darat seperti transportasi umum maupun transportasi pribadi.
Article
Full-text available
Geopark Silokek is National Geopark located in Sijunjung Regency, West Sumatera that comprises potential attractiveness for regional as well as national tourism sector. Tourism development in Geopark Silokek has been done since 2004 in order to improve local community economy and reduce environmental dergadation. Tourism development has focused on obtaining the positive impact in economic dimension and tends to ignore the sustainability of environmental and socio-cultural dimensions so far. The aims of this research are to describe changes on tourism development in Geopark Silokek as National Geopark and to examine sustainability of tourism development in Geopark Silokek as tourism destination. The approach used in this research is qualitative. Data were collected through observation, interviews, and document study. Collected data were analyzed by qualitative-descriptive analysis method. The result of this research showed that tourism development in Geopark Silokek as National Geopark change to be better. The condition of tourism at the period before Geopark Silokek legitimated as National Geopark was not optimal while at the period after it is approved as National Geopark the quality getting enhancement, both in terms of attraction, amenities, accessibility, and ancillary. Furthermore, sustainable tourism development has not implemented integrally in the development of Geopark Silokek becoming tourism destination. The tourism development in Geopark Silokek does not show the sustainability in environmental dimension, socio-cultural dimension, nor economic dimension.
Article
Full-text available
In the Special Region of Yogyakarta (DIY), the tourism sector contributes roughly to 34% of the total output, either directly or indirectly. Because of the enormous potential of tourism in boosting the economy, the local government was encouraged to adopt plans and programs so that the tourism sector's long-term viability can influence the development of other sectors. This study aims to describe the economic multiplier effects of tourism industry operations. An examination of the input-output table of 35 sectors in the Special Region of Yogyakarta in 2015 was carried out in this study. An examination of output, income, gross value added, and labor linkage and multipliers was made from an input-output analysis. The hotel and restaurant industry, as well as air transport, is considered as the key sector in the linkage study (forward and backward linkage). The sector with the biggest employment absorption, according to the multiplier analysis, is trade.
Article
Full-text available
The aim of this paper is to provide a comprehensive literature review on the temporal relationship between tourism and economic growth. Specifically, the role of a such economic activity, as a promoter of short and long run economic growth, is investigated by assessing the so-called Tourism Led Growth Hypothesis (TLGH). To this aim, various methodological approaches have been used, such as VAR, VECM, ARDL, ARCH, GARCH, cross section and panel data. The cointegrating relationship of the economic variables allows one to test the short and long run Granger no-causality. Overall, the empirical findings, emerging from the existing literature, provide evidence that indeed tourism activity drives economic development in all the countries analysed. This outcome further supports the well-established contribution that international tourism has to the economic development.
Article
Full-text available
The authors provide an empirical assessment of the relationship between tourism specialization and economic growth by updating the findings of previous papers written on this issue. They use data for more than 150 countries, covering different time spans between 1980 and 2005. Contrary to previous findings (for example, Brau et al, 2004 and 2007), tourism-based countries did not grow at a higher rate than non-tourism-based countries, except for the 1980–1990 period for which, however, the data on international tourism were not fully reliable. Estimating visitor spending through the segmentation approach has several advantages in terms of policy evaluation, user management and sampling design. This approach generally relies on visitor surveys to estimate two parameters, average spending per segment and segment share, so that total visitation can be apportioned to each subgroup. Equivalently, this approach is to estimate the weighted average spending by taking into consideration the relative shares of each user segment. This paper first provides a statistical formula to compute the variance of weighted average spending by taking into account the stochastic nature of spending and segment shares. Second, simulation analysis is adopted to compare the accuracy and precision of the spending estimator based on different study designs. The results show that conducting additional short surveys to obtain information on user segments provides two advantages. First, it helps to reduce non-response bias since certain visitor groups have higher ratios of unreturned questionnaires, incomplete data or non-participation. Second, it helps to decrease the variance of the estimator so that the upper and lower bound of the confidence interval can be narrowed. The level of variance reduction will depend on the relative segment shares, the average spending, cases that are obtained, spending variation and the probability of giving full spending information across segments. The implications for survey design are offered in light of the results. This study examines the impact of the Federal Reserve (Fed) monetary policy on US hospitality stock returns. Specifically, this research paper investigates the stock performance of US hospitality firms under different Fed monetary policy regimes. Hospitality companies include gambling firms, lodging companies and restaurants. Changes in the discount rate and federal funds rate are used to measure shifts in the Fed monetary policy and to classify the full monetary policy period as either a restrictive or an expansive monetary policy environment. An expansive monetary condition is a period with a decrease in the discount or federal funds rate; a restrictive monetary environment experiences an increase in the discount or federal funds rate. Empirical test results reveal that the influence of the two monetary policy indicators on hospitality stock returns varies to a great extent. The stock returns of US restaurants are related significantly to changes in the federal funds rate. However, changes in the discount rate generally have no strong impact on US hospitality stock returns.
Book
This highly accessible and comprehensive Handbook presents a cutting edge discussion of the state of tourism economics and its likely directions in future research. Leading researchers in the field explore a wide range of topics including: demand and forecasting, supply, transport, taxation and infrastructure, evaluation and application for policy-making. Each chapter includes a discussion of its relevance and importance to the tourism economics literature, an overview of its main contributions and themes, a critical evaluation of existing literature and an outline of issues for further conceptual and applied research.
Book
'Advances in Tourism Economics' follows his predecessor 'Advances in Modern Tourism Research' (2007) in providing a thorough assessment of state-of-the-art economic research in this rapidly developing field. The authors start by analyzing the recent upsurge of model-based economic research in the field, which builds on powerful tools in quantitative economics, such as discrete choice models, social accounting matrices, data envelopment analyses, impact assessment models or partial computable equilibrium models including environmental externalities. The volume originates from this novel research spirit in the area and aims to offer an attractive collection of operational research tools and approaches. It forms an appealing record of modern tourism economics and positions the field within the strong tradition of quantitative economic research, with due attention for both the demand and supply side of the tourism sector, including technological and logistic advances.
Article
This paper studies the impacts on economic growth of a small tourism-driven economy caused by an increase in the growth rate of international tourism demand. We present a formal model and empirical evidence. The ingredients of the dynamic model are a large population of intertemporally optimizing agents and an AK technology representing tourism production. The model shows that an increase in the growth of tourism demand leads to transitional dynamics with gradually increasing economic growth and increasing terms of trade. In our empirical application, an econometric methodology is applied to annual data of Antigua and Barbuda from 1970 to 2008. We perform a cointegration analysis to look for the existence of a long-run relationship among variables of economic growth, international tourism earnings and the real exchange rate. The exercise confirms the theoretical findings.
Article
This paper applies the new heterogeneous panel cointegration technique to re-investigate the long-run comovements and causal relationships between tourism development and economic growth for OECD and nonOECD countries (including those in Asia, Latin America and Sub-Sahara Africa) for the 1990–2002 period. On the global scale, after allowing for the heterogeneous country effect, a cointegrated relationship between GDP and tourism development is substantiated. It is also determined that tourism development has a greater impact on GDP in nonOECD countries than in OECD countries, and when the variable is tourism receipts, the greatest impact is in Sub-Sahara African countries. Additionally, the real effective exchange rate has significant effects on economic growth. Finally, in the long run, the panel causality test shows unidirectional causality relationships from tourism development to economic growth in OECD countries, bidirectional relationships in nonOECD countries, but only weak relationships in Asia. Our empirical findings have major policy implications.
Article
This study investigates the causal relations between tourism growth and economic expansion for the Korean economy by using Engle and Granger two-stage approach and a bivariate Vector Autoregression (VAR) model. Two principle results emerge from this study. First, the results of a cointegration test indicate that there is no long-run equilibrium relation between two series. Second, the outcomes of Granger causality test imply the one-way causal relationship of economic-driven tourism growth. The hypothesis of tourism-led economic growth is not held in the Korean economy. This consequence is supported by testing the sensitivity of causality test under different lag selections along with the optimal lag.
Article
The issue of whether globalization is beneficial remains controversial, particularly because globalization policies are often examined without consideration of their interactions with key sectors of the economy, notably tourism. This paper uses a computable general equilibrium model of the Indonesian economy to examine the effects of globalization via tariff reductions, as a stand-alone policy and in conjunction with tourism growth. The results show that tourism growth amplifies the positive effects of globalization and lessens its adverse effects. Production increases and welfare improves, while adverse effects on government deficits and the trade balance are reduced.RésuméTourisme et mondialisation : impact économique en Indonésie. La question des avantages de la mondialisation reste controversée, surtout parce que les politiques de la mondialisation sont souvent étudiées sans égard à leurs interactions avec les secteurs clé de l’économie, en particulier le tourisme. Cet article utilise un modèle d’équilibre général calculable de l’économie indonésienne pour étudier les effets de la mondialisation par des réductions de tarifs douaniers, comme politique indépendante et conjointement avec la croissance du tourisme. Les résultats montrent que la croissance du tourisme amplifie les effets positifs de la mondialisation et en réduit ses effets négatifs. La production augmente et le bien-être s’améliore, tandis que les effets négatifs sur les déficits gouvernemental et extérieur sont réduits.
Article
This study examines the causal relationship between tourism expansion and economic development in Taiwan. A Granger causality test is performed following the cointegration approach to reveal the direction of causality between economic growth and tourism expansion. Test results indicate a long-run equilibrium relationship and further a bi-directional causality between the two factors. In other words, in Taiwan, tourism and economic development reinforce each other. A discussion follows and managerial implications are identified based on the empirical findings.