ResearchPDF Available

Mengapa Bangunan Heritage Sangat Penting Untuk Kota Kita?

Authors:

Abstract

Saat ini topik tentang manfaat bangunan sejarah atau bangunan “Heritage” sebagai pendukung ini kawasan kota kita sangatlah menarik untuk dibicarakan, terutama dimulai dari pertanyaan tentang apa arti keberadaannya, keuntungan serta masalah maupun tantangannya.Kita semua tahu bahwa pada dasarnya arsitektur heritage adalah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi sebuah kota.
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo
Mengapa Bangunan Heritage Sangat Penting Untuk Kota Kita?
Oleh Bimo Hernowo
Bangunan heritage sangat mengandung nilai penting unsur kebudayaan. Ia memiliki, Nilai
Estetik dari eksterior maupun interiornya, Nilai Spiritual dimana ia memiliki posisi penting
dalam suatu agama ataupun kepercayaan misalnya dalam kasus masjid ataupun gereja serta
kuil di Tibet. Nilai Sosial, bangunan heritage mampu memberi ikatan dalam suatu komunitas
dan menciptakan unsur landmark suatu tempat. Nilai Sejarah, bangunan heritage mampu
memberi bukti yang masiv tentang suatu peradaban manusia, Nilai Simbolis, bangunan
heritage mampu mewakili status sosial dari masyarakat tertentu, Nilai Otentik, bentuk asli
interior dan eksterior bangunan heritage mewakili suatu ke unikan. Semua nila-nilai tersebut
menyumbangkan nilai lebih untuk individu maupun komunitas terkait
(Throsby,2001;Hernowo, et al., 2013).
Saat ini topik tentang manfaat bangunan sejarah atau bangunan Heritage sebagai
pendukung ini kawasan kota kita sangatlah menarik untuk dibicarakan, terutama dimulai dari
pertanyaan tentang apa arti keberadaannya, keuntungan serta masalah maupun tantangannya.
Kita semua tahu bahwa pada dasarnya arsitektur heritage adalah merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi sebuah kota. Hal tersebut dikarenakan; Pertama, mampu sebagai
pendorong elemen utama urban decorum (perilaku beradap yang sangat pantas dan
mendorong situasi sosial yang nyaman). Kedua, sebagai penanda kehidupan dan sejarah kota,
yaitu sebagai unsur penentu identitas kota. Ketiga, sebagai pendukung ruang terbuka yang di
jaga dan dibuat untuk semua anggota masyarakat guna membangun suatu aktivitas, yang bisa
jadi juga merupakan sebuah laboratorium kerja komunitas, pusat kegiatan sosial, galeri seni
dan lain sebagainya. Keempat, bangunan sejarah dapat di pertahankan, di transformasi dan
disesuaikan menjadi fasilitas lain yang mampu menciptakan daya tarik kota dan mendukung
penampilan bidang usaha untuk kegiatan ekonomi kebudayaan.
Setiap bangunan di dalam sebuah kota adalah a man made space (ruang karya manusia), yang
tergantung dari imagenasi karya sang arsitek berikut ruang dan waktu yang melingkupinya.
Arsitektur heritage dalam sebuah kota juga merupakan testimoni display material, termasuk
teknologi dan gaya konstruksi yang diterapkan. Setiap kota, dengan segala proses perubahan
strukturnya mewakili secara langsung image evolusi dari penghuninya. Oleh karena itu,
bangunan cagar budaya dalam bentuk arsitektur visual dipercaya lebih stabil dan lebih lama
bertahan dari pada kebudayaan verbal yang ada.
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo
Arsitektur heritage adalah salah satu unsur paling penting dari cultural marker (tetenger
kebudayaan) dari sebuah identitas sosial. Hal ini tak ubahnya semacam geneologi hidup
disekitar kita dengan cultural psychological impact (pengaruh psikologi kebudayaan)-nya
yang amat kuat dalam suatu generasi, serta mampu mendorong proses character building bagi
manusianya secara tidak langsung.
Kebudayaan visual dalam berbagai konteks memang lebih kuat daripada segala macam
bentuk urban konseptual dalam masyarakat dan menjadi basis ide dari perbaikan, restorasi,
konservasi, preservasi ataupun re-use bangunan cagar budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bangunan heritage memiliki nilai unggulan yang berbeda. Dimana secara pandangan
umum kita perlu lebih dalam lagi untuk bertanya; Apakah sebenarnya arsitektur heritage itu?
Apakah semua bangunan arsitektur sejarah atau hanya yang di katergorikan memiliki value
(nilai) saja, dan apakah seluruh karya arsitektur masa lalu memiliki nilai khusus ?
Berkaitan dengan pertanyaan diatas maka diskusi tentang cultural-psychological impact
sangatlah menarik untuk dibicarakan. Bisa jadi bahwa hampir semua arstitektur masa lalu
memiliki nilai, hal ini tergantung pada bagaimana mereka berfungsi secara kebudayaan dan
secara ekonomi. Khususnya tentang heritage bangunan arsitektur, sudah pasti khusus untuk
bangunan yang memiliki historical value (nilai sejarah), aesthetic value (nilai estetika),
mememiliki nilai edukasi (education value), nilai informasi (information value) , mampu
menampilkan nilai warisan (bequest value), nilai otentik (authentic value) dan sebagainya.
Hal diatas juga terkait diskusi antara kebudayaan verbal dan kebudayaan visual dalam konteks
bangunan cagar budaya, diketahui bahwa culture heritage yang dalam hal ini berwujud
arsitektur visual dirasa lebih masiv dibandingkan dengan kebudayaan verbal (verbal culture)
yang cenderung tidak tampak. Meskipun begitu, tentu saja kebudayaan verbal juga harus
diperhatikan untuk mendukung cerita sejarah yang lengkap obyek arsitektur visual atau
bangunan cagar budaya. Lalu bagaimana kita kita memelihara sebuah kebudayaan verbal
untuk dapat selalu mengiringi obyek arsitektur visual sehingga bertahan dari generasi ke
generasi.
Barangkali setiap kota dan setiap tempat di bumi yang memiliki sebuah monumen arsitektur
tentu. Di eropa maupun di asia seperti Italy, Belgia, Jepang dan beberapa tempat di Indonesia,
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo
selalu ditemui pemandu wisata yang menjelaskan tentang sejarah dan urban development
kawasan tertentu. Bahkan terjadi kasus yang sangat menarik dimana disuatu kota didorong
oleh komunitas penduduk kotanya untuk memiliki museum yang mempresentasikan informasi
sejarah kota tersebut. Yang akhirnya diikuti dengan gencarnya mempromosikan serta
membuat publikasi tentang sejarah arsitektur. Sehingga akhirnya di setiap kawasan yang
dianggap penting secara kebudayaan dan sejarah tersebut memiliki suatu panel khusus dengan
gambar maupun esai tentang cerita sejarah pada setiap sudut kotanya. Dari situ kita bisa
menarik pelajaran, bahwa kita tidak boleh pernah lelah untuk mendukung kebudayaan verbal.
Sebagai unsure pendukung utama bangunan heritage. Pada akhirnya visual heritage menjadi
sangat lengkap dengan adanya verbal heritage yang melengkapi.
Dalam kasus di Jerman, istilah heimat (kampung halaman) sangatlah sering didengar terutama
bila berkaitan dengan isu heritage, apalagi bila membicarakan tanah leluhur mereka. Di kota
Detmold terdapat monument yang disebut dengan Hermann Monument banyak pengunjung
yang datang merupakan penduduk yang jauh dari kawasan itu. Dalam bahasa Jerman
monument ini di kenal dengan nama Hermannsdenkmal. Denkmal adalah kata berbahasa yang
berarti momument yang berasal dari kata denken (berfikir) dan mal yang berarti titik waktu
tertentu (atau zeitpunkt) atau bisa kita katakan juga sebagai unsur penanda zaman. Contoh ini,
bisa dikatakan menjadi sebuah mental mark (penanda mentalitas).Yang juga berarti bahwa
cagar budaya mampu, pertama, menjadi pengingat masa-masa kelam dan perjuangan suatu
bangsa. Kedua menjadi pengingat masa-masa keemasan yang dicapai dengan perjuangan dari
masa kemasa. Ketiga, sebagai pengingat bahwa suatu bangsa tersebut telah mampu melampau
zaman yang suram, dimana bangsa tersebut mampu membangun kembali kedalam rel
kontekstualitasnya dan dapat dengan mudah mengatasi permasalahan bangsanya dalam wujud
cermin perkembangan kota yang human atau beradab.
Sehingga kata-kata "a building as a mental mark" yang dalam bahsa Jerman "ein Gebäude als
seelische Markierung", ini berarti bahwa suatu bangunan heritage dikenal dapat memberi
sumbangan pada identitas personal penghuninya atau dalam kata lain menjadi titik referensi
pada setiap jiwa yang hidup di kawasan tersebut serta memberi rasa kebangaan tersendiri bagi
masyarakatnya.
Lalu mengapa bangunan tua mampu memberi daya tarik secara estetika, apa sebab sebabnya?.
Pada dasarnya tidak semua bangunan heritage itu estetis, tetapi mungkin bangunan tersebut
mengandung nilai historis. Sebaliknya suatu bangunan heritage bisa saja sangat estetis tetapi
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo
kemungkinan tidak memiliki latar belakang sejarah yang signifikan. Pada kasus ini akhirnya
nilai sejarahlah yang biasanya diutamakan dari pada nilai estetis tertentu. Maka perhatian
pada sisi aliran seni dan gaya arsitektur sebagai penanda zaman perlu menjadi kategori
tambahan.
Pada kasus-kasus tertentu kadang umur bangunan dan nilai estetikanya sama sekali tidak
singkron. Terdapat tendensi, bahwa kita menilai dengan pertimbangan umur bangunan,
sehingga bangunan tua tersebut lebih tampak indah karena sangat langka. Disisi lain, lalu
muncul kesimpulan lain bahwa keindahan ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan
nilai bangunan heritage ( heritage value). Penjelasannya adalah, bahwa estetika merupakan
unsur dari pendekatan kultural terhadap nilai yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Nilai
suatu bangunan heritage amatlah penting yang pada masa kebudayaan kontemporer saat ini.
Akan tetapi pada masa kini jutsru kadang dilupakan atau bahkan tidak diperhitungkan,
terutama pada fungsinya sebagai unsur gaya estetika tertentu penanda zaman. Proses
“perlupaan“ ini jelas-jelas didorongan oleh proses yang cenderung mengutamakan binatang
ekonomi.
Akhir kata, dari semua hal diatas bisa kita menarik kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran
akan pentingnya keperdulian terhadap bangunan heritage bagi kita saat ini dan juga bagi
generasi penerus kita. Bangunan cagar budaya tambang kebudayaan bagi sebuah bangsa yang
memilikinya. Bangunan heritage juga merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan sangat
penting bagi pendidikan sejarah dan identitas suatu kawasan, serta bagi komunitas ataupun
sebuah bangsa yang perduli pada pembentukan karakter anak cucunya. Salam Heritage!
... Bangunan ini memiliki nilai estetik dari eksterior maupun interiornya, nilai spiritual dimana ia memiliki posisi penting dalam suatu kepercayaan, nilai sosial dari penciptaaan ikatan dalam komunitas dan unsur landmark suatu tempat, nilai sejarah sebagai bukti yang masif tentang suatu peradaban manusia, nilai simbolis dalam mewakili status sosial dari masyarakat tertentu, nilai otentik dari keaslian bentuk interior dan eksterior sehingga menciptakan suatu keunikan. Semua nilai-nilai tersebut menyumbangkan nilai lebih untuk individu maupun komunitas terkait (Hernowo, 2015). Sehingga, bangunan cagar budaya yang membentuk streetscape pada Jalan Braga memberikan keunikan, ketertarikan dan nilai lebih dalam experience jalan tersebut. ...
Article
Full-text available
The purpose of this study was to find out how pedestrian needs are met through visual elements of the streetscape to recognize the street experience offered by Braga Street, Bandung. Street is a place where people interact which shapes the aesthetic quality, economic activity, health and sustainability of society. There are 5 levels of needs for pedestrians or the hierarchy of walking needs, namely feasibility, accessibility, safety, comfort, and pleasurability. Braga Street itself has an active frontage form with wide building openings to increase the area's activity. As a heritage area, cultural heritage buildings on Braga Street have been preserved by making this area as tourist destination where the street is the main activities center. The method used is collecting image data of Braga Street via Google Street View and making a checklist of visual elements that can be applied from these aspects. From these findings, it can be concluded that all pedestrian needs based on the visual elements of the streetscape of Braga Street have been fulfilled, but the management still need to be improved to create a better quality of street experience for Braga Street.Keywords: street experience; walking needs; pedestrian; Google Street ViewAbstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kebutuhan pedestrian dipenuhi melalui elemen-elemen visual streetscape untuk mengenali street experience yang ditawarkan Jalan Braga, Bandung. Jalan merupakan tempat dimana orang-orang berinteraksi yang membentuk kualitas estetika, kegiatan ekonomi, kesehatan dan keberlanjutan masyarakat. Terdapat 5 kebutuhan pejalan kaki atau walking needs yaitu feasibility, accessibility, safety, comfort, dan pleasurability. Jalan Braga sendiri memiliki bentuk active frontage dengan bukaan-bukaan bangunan yang lebar untuk meningkatkan keaktifan kawasan. Sebagai kawasan heritage, bangunan-bangunan cagar budaya di Jalan Braga dilestarikan dengan menjadikan kawasan ini sebagai tempat wisata dengan jalan sebagai pusat aktivitas utama Metode yang digunakan adalah pengambilan data gambar Jalan Braga melalui Google Street View dan membuat checklist item elemen visual yang menjadi pengaplikasian dari aspek kebutuhan pejalan kaki. Dari temuan-temuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua kebutuhan pejalan kaki berdasarkan elemen-elemen visual streetscape Jalan Braga sudah terpenuhi, namun pengelolaannya dapat ditingkatkan kembali untuk menciptakan kualitas street experience Jalan Braga yang lebih baik.Kata Kunci: street experience; walking needs; pedestrian; Google Street View
... Buildings are physical evidence of cultural memory and transfer knowledge from older generations as a symbol of creative work from local people that represent a specific time [2]. Therefore, local buildings are a testimonial display material that conveys the construction style, which through the evolution of its inhabitants, represents the cultural-psychological impact that drives the character and identity of is the local community [3]. ...
Article
Karakter arsitektur menjadi salah satu perwujudan kebudayaan yang membentuk sebuah identitas. Stasiun jalur Cibatu-Cikajang merupakan salah satu wujud arsitektur yang dibangun kolonial Belanda yang menggambarkan identitas dari kota Garut. Tujuan dari penelitian ini menemukan karakter wujud arsitektur bangunan stasiun lama pada jalur Cibatu-Cikajang. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif yang menemukan dan mendeskripsikan karakteristik wujud arsitektur berdasarkan perusahaan N.I.S x S.S. dan perusahaan S.S. Penelitian ini memerlukan data dalam mengungkap fakta dengan studi literatur, observasi lapangan, wawancara, dokumentasi sejarah stasiun pada media pendukung. Hasil dari penelitian menemukan adanya karakter dari masing-masing stasiun yang dinaungi oleh perusahaan NISxSS dan perusahaan SS.
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.