KESALINGAN SEBAGAI GAGASAN PENCIPTAAN KARYA SENI Patung Agnes Aulia Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Jalan Buah Batu No.212, Bandung, Jawa Barat, Indonesia agnes.aneyy@gmail.com ABSTRACT Greeting is an interaction between people that happen at the beginning of relation. There is a tolerance value in greeting activity in wich people could accept each other appearance even with very different backgrounds. That tolerance value in the form of mutuality is reinterpreted by sculpture artwork with an abstract-formalism style. Sculpture artwork focused on assemble objects with binary opposition characteristics, which are feminine and masculine. Those binary opposition characteristics adapted in mutuality between material and material, material and form, and between forms. Material with feminine characteristics assembled with material that has a masculine characteristic. Feminine form assembled with masculine form. Feminine material is used to form the masculine object, et cetera. The sculpture artwork creation upholds tolerance value in greeting since study preparation, concept, execution, up to displaying the artwork. The materials are taken from Singajaya Village, Cihampelas District, West Bandung City, West Java Province, Indonesia. Those materials are roots-branches and house wall materials wich are an adaptation from the neighbourhood environtment in that village. Singajaya Village has been chosen as a location because there is a real case about tolerance value in form of mutuality in greetings are little happened wich influenced the uncomfortable living.The local villagers who lived outside the housing area and the newcomers who lived inside the housing area are not so much accepting each other at the beginning. But, the least acceptance from each group built an inconvenience, especially with the fact that they are living together and should socialize. The sculpture artwork intend to visualize that mutuality could make a harmony without bothering each person or group. The mutuality between humans is reinterpreted to be a mutuality between materials that created to be two sculpture artworks based on village situation, abstract-formalism style and feminine-masculine characteristics. Artworks displayed inside a room with eye level height. In hope, with this paper, appreciators could understand that differences should unite, not separate. Keyword : Greeting, tolerance, mutuality, sculpture artwork. ------------------------------------------------------------------------------------ Tegur sapa merupakan suatu interaksi antar manusia yang menjadi awal relasi. Terdapat nilai toleransi dalam kegiatan tegur sapa di mana individu atau kelompok manusia dapat saling menerima keberadaan masing-masing bahkan dengan latar belakang yang sama sekali berbeda. Nilai toleransi berupa kesalingan tersebut direinterpretasikan melalui karya seni patung dengan penggayaan abstrak-formalis. Karya patung berfokus pada penggabungan objek dengan karakteristik oposisi biner, yaitu feminin dan maskulin. Karakter oposisi biner tersebut diadaptasi pada kesalingan antara material dan material, material dan bentuk objek, serta bentuk objek dan bentuk objek. Material dengan karakteristik feminin digabungkan dengan material dengan karakteristik maskulin. Bentuk objek feminin digabungkan dengan bentuk objek dengan karakteristik maskulin. Material feminin digunakan untuk membentuk objek maskulin dan sebaliknya. Penciptaan karya seni patung tersebut menjunjung nilai toleransi dalam tegur sapa sejak penyusunan kajian, konsep, pengerjaan, hingga penyajian karya. Material yang digunakan berasal dari Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Material tersebut adalah akar-ranting dan bahan dinding rumah yang merupakan adaptasi dari lingkungan tempat tinggal warga di desa tersebut. Desa Singajaya dipilih sebagai lokasi karena terdapat kasus nyata di mana nilai toleransi berbentuk kesalingan dalam tegur sapa yang minim terjadi ternyata berdampak terhadap ketidak-nyamanan bertempat tinggal. Masyarakat lokal desa yang tinggal di luar perumahan dan masyarakat pendatang yang tinggal di dalam perumahan pada awalnya saling tidak menerima keberadaan masing-masing. Namun, dengan kurangnya penerimaan dari masing-masing kelompok, justru membuat ketidak nyamanan, terutama karena fakta bahwa mereka tinggal berdampingan yang sudah seharusnya saling bersosialisasi. Karya patung bertujuan untuk memvisualisasikan bahwa kesalingan dapat membentuk suatu harmoni tanpa mengganggu kenyamanan masing-masing individu maupun kelompok. Kesalingan antar manusia tersebut direinterpretasikan menjadi kesalingan antar material yang dibuat menjadi karya patung berjumlah 2 dengan landasan situasi desa, penggayaan abstrak-formalis dan karakteristik feminin-maskulin. Karya disajikan di dalam ruangan dengan keinggian eye level. Harapannya, dengan tulisan ini apresiator dapat mengerti bahwa seharusnya perbedaan ada untuk mempersatukan, bukan memisahkan. Kata kunci: Tegur sapa, toleransi, kesalingan, dan seni patung