Content uploaded by Muhammad Ramdhan
Author content
All content in this area was uploaded by Muhammad Ramdhan on Apr 02, 2015
Content may be subject to copyright.
KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU
PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT
TIDE MODEL DRIVER
Muhammad Ramdhan
1)
1)
Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Pesisir dan Laut – KKP
Korespondensi penulis: Jl. Pasir Putih I Ancol Timur, jakarta Utara 14430,
Email: m.ramdhan@kkp.go.id
Abstrak
Data pasut air (pasut) laut sangat diperlukan dalam penentuan garis pantai dan
pelaksanaan survey bathimetri. Paper ini akan membandingkan hasil
pengamatan pasut di lapangan dengan suatu prediksi yang dihasilkan dari
perangkat lunak Tide Model Driver (TMD). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa untuk wilayah perairan kepulauan, tipe pasut dari data pengamatan
lapangan berbeda dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD.
Sedangkan untuk wilayah perairan terbuka, tipe pasut dari data pengamatan
lapangan sama dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD.
Kata kunci : pasut, prediksi pasut, tipe pasut, Tide Model Driver
Abstract
Tidal data for sea water level is needed to determine of the coastline and the
bathymetric survey. This paper will compare the results of tidal observations in
the field with a prediction generated from the Tide Model Driver (TMD) software.
The results showed that for the islands waters, tipe of tidal data from the field
observation is different with the tipe of tidal predictions obtained from TMD. As
for the open sea water, tidal data from the field observation match with the tipe of
tidal predictions obtained from TMD.
Key Words : tide, tide prdiction, tide tipe, Tide Model Driver
Pendahuluan
Data pasang surut (pasut) air laut memiliki arti penting dalam
mengimplementasikan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun
2007 (UU-27/2007) tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Perairan Pesisir oleh UU-27/2007 didefinisikan sebagai laut yang berbatasan
dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk,
perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
Dalam UU-27/2007 tidak dinyatakan secara eksplisit tentang garis pantai
mana yang digunakan sebagai dasar penarikan batas area perairan pesisir.
Namun dalam UU ini diterangkan bahwa sempadan pantai adalah daratan
sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Sehingga secara tersirat UU-27/2007 mengambil titik pasang tertinggi (Highest
Water Level – HWL) sebagai awal rezim yurisdiksi perairan pesisir.
Titik pasang tertinggi dapat diperoleh dari pengamatan pasut air laut.
Fenomena pasut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala
akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air di bumi (Pariwono,1989). Sedangkan menurut Dronkers
(1964) pasut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Untuk mengetahui posisi
titik pasut terendah atau tertinggi di suatu wilayah pengamatan pasut yang ideal
dilakukan adalah selama 18,6 tahun (Dahuri et al., 1996; Djunarsjah, 2007;
Malik, 2007).
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe
yaitu:
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat
Karimata.
Gambar 1. Pola gerak pasut harian tunggal (diurnal tide) (Malik,2007)
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari,
ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
Tinggi air
(cm)
12
Waktu
(Jam)
6
0
18
24
Tinggi
rata-rata
Gambar 2. Pola gerak pasut harian gandal (semi-diurnal tide) (Malik,2007)
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal). Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang
sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal (Malik,2007)
Tinggi air
(cm)
12
Waktu
(Jam)
6
0
18
24
Tinggi
rata-rata
Tinggi air
(cm)
12
0
24
Tinggi
rata-rata
Waktu
(Jam)
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan
memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur
Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda (Malik,2007)
Pola gerak muka air pasut di wilayah Indonesia didominasi oleh tipe
harian ganda. Secara umum pola tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Tinggi air
(cm)
12
Waktu
(Jam)
0
24
Tinggi
rata-rata
Gambar 4. Pola tipe pasut di Indonesia (digambar ulang dari Anugerah, 1987 dan
Triatmodjo, 1996)
Dari data hasil pengamatan pasut yang akan dilakukan pada kegiatan
pengamatan pasut salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh informasi
tentang tipe pasang surut apa yang berlaku di daerah kegiatan berlangsung.
Inti dari dilakukannya pengamatan pasut adalah untuk memperoleh data
tinggi muka air laut, kemudian digunakan untuk menentukan datum vertikal yang
akan digunakan dalam survey penetapan legal coastline (Andriani, 2007).
Metode Penelitian
Paper ini akan menyajikan data hasil pengamatan langsung pasang surut
di dua lokasi kegiatan, yaitu wilayah Pulau Pramuka dan Kabupaten Pati.
Dimana wilayah tersebut merupakan wilayah studi kasus dalam kegiatan aplikasi
survey legal coastline untuk mendukung penetapan hak pengusahaan perairan
pesisir tahun 2010 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
P. Pramuka
Pati
dan Pesisir (Puslitbang SDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan (Balitbang KP). Lama waktu pengamatan pasut di lokasi kegiatan
belum bisa memenuhi kondisi ideal, oleh sebab itu akan digunakan data
modelling sebagai alat bantu untuk mendapatkan titik tertinggi di wilayah
tersebut. Koordinat stasiun pengamatan pasut untuk kegiatan ini dapat di lihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Lokasi stasiun pengamatan
No.
Lokasi Stasiun
Lintang
Bujur
1.
Pulau Pramuka -5.7425 106.6136
2. Kabupaten pati -6.4587 111.0511
Gambar 5. Lokasi daerah kegiatan pengamatan pasut
Hasil dan Pembahasan
1. Pengamatan langsung
Dari data yang diperoleh, Secara visual dapat terlihat bahwa di kawasan
pulau Pramuka pada tanggal 12 Agustus 2010 jam 20:00 WIB hingga 13
Agustus 2010 jam 20:00 WIB terjadi dua kali pasang dan satu kali surut
dengan surut terendah terjadi pada 13 Agustus 2010 jam 07.00 WIB, dan
Grafik pasang surut permukaan air laut P. Pramuka tanggal 12 - 16 Agustus 2010
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
0 12 24 36 48 60 72 84
Ketinggian (cm)
8/12/2010
20:00 :00
8/13/2010
08:00 :00
8/13/2010
20:00 :00
8/14/2010
08:00 :00
8/14/2010
20:00 :00
8/15/2010
08:00 :00
8/15/2010
20:00 :00
8/16/2010
08:00 :00
pasang tertinggi pada pada 12 Agustus 2010 jam 22.00 WIB. Hal ini sesuai
dengan yang disebutkan oleh Wyrtki bahwa wilayah P. Pramuka yang berada
di kawasan pantai utara Jawa Barat tergolong dalam tipe pasang surut
campuran condong harian tunggal. Grafik hasil pengamatan pasang surut di
P. Pramuka dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik Pengamatan pasut pulau Pramuka
Di stasiun pasut Banyutowo - Kab. Pati dilakukan pengamatan pada
tanggal 28 Oktober 2010 jam 13:00 WIB hingga 04 November 2010 jam
13:00 WIB. Hasil pegamatan menunjukkan terjadi 7 (tujuh) kali pasang tinggi
dan 7 (tujuh) kali surut rendah dengan surut terendah terjadi pada 29 Oktober
2010 jam 11.00 WIB dengan ketinggian pasut 56 cm, dan pasang tertinggi
pada pada 30 Oktober 2010 jam 00.00 WIB dengan ketinggian pasut 181 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa tipe pasut di wilayah tersebut adalah pasang
Tinggi Pasut (cm)
Rata-rata Maksimum Minimum
100.77 133.00 56.00
surut harian tunggal (diurnal tide). Grafik hasil pengamatan pasang surut di
Kabupaten Pati dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik Pengamatan pasut Kab. Pati
2. Hasil model TMD
Tidal Model Driver (TMD) adalah perangkat lunak / software yang dapat
digunakan untuk melakukan ramalan (prediksi) ketinggian pasut di
permukaan bumi dengan platform Matlab, Software ini dikembangkan pada
tahun 2003 di Universitas Oregon State - Amerika Serikat. Secara global,
Software tersebut menggunakan konstanta-konstanta pasut yang telah di
generate secara global dari berbagai sumber.
Untuk mendapatkan gambaran kondisi pasut sepanjang tahun di
daerah lokasi kegiatan, TMD di setting untuk dapat memberikan hasil prediksi
selama 365 hari pada tahun 2010.
Tinggi Pasut (cm)
Rata-rata Maksimum Minimum
115,34 181 56
TMD menggunakan konstanta pasut m2, s2, k1, o1, n2, p1, k2, q1 dalam
menghitung prediksi ketinggian pasut di suatu titik.
Tabel 2. Konstanta pasut yang digunakan dalam pemodelan TMD
m2 s2 k1 o1 n2 p1 k2 q1
P.
Pramuka
Amplitudo
(cm) 3.38 4.45 25.87 12.36 1.15 7.28 0.86 2.87
g
o
167.77
97.03 35.63 18.09 115.37
25.83 78.4 2.43
Kab.
Pati
Amplitudo
(cm) 4.31 7.56 40.3 15.59 1.82 11.5 0.19 1.71
g
o
332.65
223.38
230.22 162.64
285.17
230.17 185.29
129.99
Grafik prediksi pasut hasil pemodean TMD untuk lokasi kedua kegiatan
dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Grafik pasut untuk P. Pramuka hasil pemodelan TMD
Maksimum (cm) Minimum (cm)
52.21 -48.89
Gambar 9. Grafik pasut untuk Kab. Pati hasil pemodelan TMD
Tipe pasang surut dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzahl (F)
yang dinyatakan dalam bentuk:
F = [A(o1) + A(k1)]/[A(m2) + A(s2)]
Dimana:
* F : bilangan Formzahl
* A(k1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan & matahari
* A(o1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan
Maksimum (cm) Minimum (cm)
69.77
-
77.12
* A(m2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan
* A(s2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
oleh gaya tarik matahari
dengan ketentuan :
* F ≤ 0.25 : Pasang surut tipe harian ganda
* 0,25<F≤1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda
* 1.50<F≤3.0 : Pasang surut tipe campuran condong harian tungal
* F > 3.0 : Pasang surut tipe harian tunggal
Untuk lokasi pulau Pramuka, dari konstanta pasut yang digunakan oleh
TMD diperoleh nilai F sebesar 4.882503193. Hal ini menunjukkan bahwa
TMD menggolongkan tipe pasut di lokasi tersebut kedalam pasang surut
harian tunggal. Hasil ini berbeda dengan apa yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan.
Di lokasi Kab. Pati diperoleh nilai F sebesar 4.708509. TMD
menggolongkan tipe pasut di wilayah Kab. Pati sebagai tipe pasang surut
harian tunggal, hasil yang sesuai dengan pengamatan langsung di lapangan.
Hasil berbeda yang diperoleh di stasiun pulau Pramuka diduga karena
TMD menggunakan konstanta pasut yang global, sehingga kurang mampu
untuk memprediksi secara akurat tipe pasut di wilayah pulau-pulau kecil
seperti pulau Pramuka. Pada tabel 2-5 Lampiran. disajikan secara lengkap
data hasil pengamatan pasut dan data prediksi hasil modeling dengan TMD.
3. Perbandingan data Insitu dengan data TMD
Grafik pada gambar 10 dan 11 menunjukkan perbedaan data hasil
pengamatan langsung di P.Pramuka dan Kab. Pati dengan data yang
dihasilkan oleh TMD. Data pengamatan di masing-masing tempat di tumpang
susunkan dengan data yang dihasilkan oleh TMD.
Gambar 10. Grafik perbandingan data pasut pengamatan P.Pramuka dengan TMD
Data pengamatan di Pulau Pramuka memiliki nilai RMS error sebesar
8,68 cm. Dari grafik dapat terlihat bahwa pada beberapa bagian data hasil
pengamatan menunjukkan hasil tren pasut yang menurun, namun data TMD
menunjukkan data tren pasut naik. Seperti pada data pengamatan jam 16.00
WIB tanggal 13 Agustus 2010. Hal ini dikarenakan hasil model TMD
mengklasifikasikan daerah perairan P. Pramuka memiliki tipe pasut harian
tunggal, namun pada kenyataannya P. Pramuka memiliki tipe pasut
campuran cenderung harian tunggal.
Gambar 11. Grafik perbandingan data pasut pengamatan Kab. Pati dengan TMD
Data pengamatan di Kab. Pati memiliki RMS error yang lebih kecil dari
pada data P. Pramuka yaitu sebesar 7,84 cm. Untuk bentuk grafik, dapat
dilihat bahwa tren kenaikan dan penurunan pasut relatif sama antara data
pengamatan lapangan dengan data yang di hasilkan TMD.
Kesimpulan dan Saran
Pulau pramuka, yang terletak di gugusan Pulau Seribu, memiliki tipe pasut
campuran condong harian tunggal, hal tersebut didukung oleh data hasil
pengamatan lapangan dan literatur yang terdahulu (Anugerah, 1987 dan
Triatmodjo, 1996). Namun dari hasil prediksi pasut TMD, tipe pasut yang
diperoleh untuk pulau Pramuka adalah tipe harian tunggal. Penyebabnya dapat
dikarenakan TMD menggunakan konstanta pasut global dalam perhitungan
prediksi pasutnya, atau adanya komponen pasut lain yang dominan di perairan
kepulauan yang belum dimasukkan dalam formula model prediksi perangkat
lunak TMD.
Untuk perairan terbuka seperti wilayah perariran Kab. Pati yang terletak di
Laut jawa, tipe pasut yang diperoleh dari data pengamatan lapangan dan
prediksi TMD menunjukkan hasil yang sama, yaitu tipe harian tunggal.
Prediksi pasut dari TMD disarankan baik untuk digunakan pada wilayah
perairan terbuka. Namun untuk perairan kepulauan, prediksi pasut TMD harus
dimodifikasi ulang konstanta pasutnya, sesuai dengan data pengamatan
lapangan.
Daftar Pustaka
Abdul Malik, 2007. Power Point Bahan kuliah Pasang Surut,
http://www.slideshare.net/guest01cdf1/pasang-surut-pasut, diakses tanggal
24 Oktober 2010.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Djunarsjah, E., 2007, Konsep penentuan batas laut, KK sains dan rekayasa
hidrografi, FTSL-ITB, Bandung.
Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. P3O -
LIPI. Jakarta.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta
Vida Andriani, 2007. Kajian Legal Coastline dalam Mendukung Pelaksanaan
Kadaster Kelautan di Indonesia, Tesis Magister FTSL-ITB, Bandung.
Wyrtki, K.1961. Naga report: scientific results of marine investigations of the.
South China Sea and the Gulf ofThailand, 1959-1961. vol. 2.
-, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang
pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
LAMPIRAN
Tabel 1. Data hasil pengamatan pasut dan prediksi TMD
No.
Metode Lokasi
Stasiun
Tinggi Muka Air laut (cm) Tungang
pasut
(cm)
Tipe
Pasut
Selang
Waktu
(hari)
MSL* MAX** MIN***
1
Pengamatan
Lapangan
Pulau
Pramuka 100.77 133 56 77
tipe
campuran
condong
harian
tungal
4
Kab. Pati 115,34 181 56 125
tipe
harian
tungal
7
2
Prediksi
TMD
Pulau
Pramuka 0 52.21 -48.89 101.1
tipe
harian
tungal
365
Kab. Pati 0 69.77 -77.12 146.89
tipe
harian
tungal
365
Ket: * Mean Sea Level, ** Ketinggian Maksimum, *** Ketinggian Minimum
Tabel 2. Data hasil pengamatan Lapangan P. Pramuka
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
12/8/2010
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
110
120
124
122
13/8/2010
116
105
98
96
94
90
90
88
90
100
106
110
114
116
118
114
114
110
116
-
106
110
116
105
14/8/2010
100
98
90
86
86
87
-
86
89
96
105
113
113
108
115
116
116
117
119
120
115
106
106
100
15/8/2010 93 86 79 76 74 76 80 86 89 95 105 110 120 120 123 126 128 130 133 128 120 105 95 86
16/8/2010 74 66 58 56 57 62 68 74 - - - - - - - - - - - - - - - -
Tabel 3. : Data hasil pengamatan Lapangan Banyutowo, Kab. Pati
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
28/10/2010 - - - - - - - - - - - - - 64 74 76 84 88 112 126 136 154 162 172
29/10/2010
178
168
159
148
132
118
99
96
85
68
64
56
58
61
63
67
78
88
104
120
136
152
166
176
10/30/2010 181 177 175 165 148 134 116 106 98 82 74 76 70 72 70 64 74 82 92 115 126 155 165 172
10/31/2010 178 173 173 168 155 133 118 104 94 82 76 68 76 68 80 80 82 82 84 97 104 112 134 152
1/11/2010 155 160 164 156 146 132 116 98 87 78 77 75 75 78 86 92 98 102 106 108 114 124 134 148
2/11/2010 166 174 176 168 162 154 138 112 94 86 82 82 77 92 96 98 102 102 108 98 108 122 128 138
3/11/2010 158 166 172 164 156 148 134 114 98 86 78 78 86 92 104 108 112 114 120 122 124 126 132 138
4/11/2010 146 162 162 158 152 146 132 116 98 82 74 72 70 70 - - - - - - - - - -
Tabel 4. Data TMD untuk P. Pramuka
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
12/8/2010
22 16 8 -1 -9 -16 -21 -23 -22 -19 -15 -11 -7 -3 -1 1 2 4 7 10 13 15 16 16
13/8/2010
14 10 5 -2 -8 -12 -15 -16 -15 -12 -9 -5 -1 2 4 5 6 6 7 7 8 8 7 6
14/8/2010
4 1 -3 -7 -10 -12 -13 -12 -10 -7 -3 1 5 8 10 11 12 11 10 9 7 5 1 -2
15/8/2010
-6 -9 -13 -15 -16 -16 -14 -12 -8 -3 1 6 10 13 16 17 18 18 17 14 11 6 0 -6
16/8/2010
-12 -18 -22 -24 -24 -23 -19 -14 -9 -3 3 8 13 16 20 22 24 25 24 22 17 11 3 -6
Tabel 5. : Data TMD untuk Banyutowo, Kab. Pati
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
28/10/2010
58 57 51 40 27 11 -5 -21 -34 -44 -51 -54 -54 -50 -45 -37 -28 -17 -4 9 23 37 48 57
29/10/2010
62 62 57 47 33 16 -1 -17 -30 -41 -48 -52 -53 -51 -47 -42 -34 -24 -13 1 16 31 45 56
10/30/2010
63 65 61 51 38 21 4 -12 -26 -36 -44 -47 -49 -48 -46 -42 -37 -30 -20 -8 7 22 38 51
10/31/2010
60 64 62 54 41 25 8 -8 -21 -32 -38 -41 -43 -42 -41 -39 -36 -31 -24 -15 -2 13 28 43
1/11/2010
54 60 60 54 42 27 11 -5 -18 -28 -33 -36 -36 -34 -33 -32 -30 -28 -24 -17 -7 5 19 33
2/11/2010
45 52 54 50 40 26 11 -5 -17 -26 -31 -31 -30 -27 -24 -23 -21 -21 -19 -15 -8 1 13 25
3/11/2010
36 43 46 43 35 23 8 -6 -18 -27 -30 -30 -26 -22 -17 -13 -11 -10 -10 -8 -4 2 10 20
4/11/2010
28 35 37 35 28 17 3 -11 -22 -30 -33 -31 -26 -20 -12 -6 -2 1 2 3 5 8 13 19