ArticlePDF Available

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

Authors:

Abstract

Abstrak Data pasut air (pasut) laut sangat diperlukan dalam penentuan garis pantai dan pelaksanaan survey bathimetri. Paper ini akan membandingkan hasil pengamatan pasut di lapangan dengan suatu prediksi yang dihasilkan dari perangkat lunak Tide Model Driver (TMD). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk wilayah perairan kepulauan, tipe pasut dari data pengamatan lapangan berbeda dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD. Sedangkan untuk wilayah perairan terbuka, tipe pasut dari data pengamatan lapangan sama dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD. Abstract Tidal data for sea water level is needed to determine of the coastline and the bathymetric survey. This paper will compare the results of tidal observations in the field with a prediction generated from the Tide Model Driver (TMD) software. The results showed that for the islands waters, tipe of tidal data from the field observation is different with the tipe of tidal predictions obtained from TMD. As for the open sea water, tidal data from the field observation match with the tipe of tidal predictions obtained from TMD.
KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU
PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT
TIDE MODEL DRIVER
Muhammad Ramdhan
1)
1)
Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Pesisir dan Laut – KKP
Korespondensi penulis: Jl. Pasir Putih I Ancol Timur, jakarta Utara 14430,
Email: m.ramdhan@kkp.go.id
Abstrak
Data pasut air (pasut) laut sangat diperlukan dalam penentuan garis pantai dan
pelaksanaan survey bathimetri. Paper ini akan membandingkan hasil
pengamatan pasut di lapangan dengan suatu prediksi yang dihasilkan dari
perangkat lunak Tide Model Driver (TMD). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa untuk wilayah perairan kepulauan, tipe pasut dari data pengamatan
lapangan berbeda dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD.
Sedangkan untuk wilayah perairan terbuka, tipe pasut dari data pengamatan
lapangan sama dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD.
Kata kunci : pasut, prediksi pasut, tipe pasut, Tide Model Driver
Abstract
Tidal data for sea water level is needed to determine of the coastline and the
bathymetric survey. This paper will compare the results of tidal observations in
the field with a prediction generated from the Tide Model Driver (TMD) software.
The results showed that for the islands waters, tipe of tidal data from the field
observation is different with the tipe of tidal predictions obtained from TMD. As
for the open sea water, tidal data from the field observation match with the tipe of
tidal predictions obtained from TMD.
Key Words : tide, tide prdiction, tide tipe, Tide Model Driver
Pendahuluan
Data pasang surut (pasut) air laut memiliki arti penting dalam
mengimplementasikan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun
2007 (UU-27/2007) tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Perairan Pesisir oleh UU-27/2007 didefinisikan sebagai laut yang berbatasan
dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk,
perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
Dalam UU-27/2007 tidak dinyatakan secara eksplisit tentang garis pantai
mana yang digunakan sebagai dasar penarikan batas area perairan pesisir.
Namun dalam UU ini diterangkan bahwa sempadan pantai adalah daratan
sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Sehingga secara tersirat UU-27/2007 mengambil titik pasang tertinggi (Highest
Water Level – HWL) sebagai awal rezim yurisdiksi perairan pesisir.
Titik pasang tertinggi dapat diperoleh dari pengamatan pasut air laut.
Fenomena pasut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala
akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air di bumi (Pariwono,1989). Sedangkan menurut Dronkers
(1964) pasut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Untuk mengetahui posisi
titik pasut terendah atau tertinggi di suatu wilayah pengamatan pasut yang ideal
dilakukan adalah selama 18,6 tahun (Dahuri et al., 1996; Djunarsjah, 2007;
Malik, 2007).
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe
yaitu:
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat
Karimata.
Gambar 1. Pola gerak pasut harian tunggal (diurnal tide) (Malik,2007)
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari,
ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
Tinggi air
(cm)
12
Waktu
(Jam)
6
0
18
24
Tinggi
rata-rata
Gambar 2. Pola gerak pasut harian gandal (semi-diurnal tide) (Malik,2007)
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal). Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang
sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal (Malik,2007)
Tinggi air
12
Waktu
(Jam)
6
0
18
24
Tinggi
rata-rata
Tinggi air
(cm)
12
0
24
Tinggi
rata-rata
Waktu
(Jam)
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan
memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur
Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda (Malik,2007)
Pola gerak muka air pasut di wilayah Indonesia didominasi oleh tipe
harian ganda. Secara umum pola tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Tinggi air
(cm)
12
Waktu
(Jam)
0
24
Tinggi
rata-rata
Gambar 4. Pola tipe pasut di Indonesia (digambar ulang dari Anugerah, 1987 dan
Triatmodjo, 1996)
Dari data hasil pengamatan pasut yang akan dilakukan pada kegiatan
pengamatan pasut salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh informasi
tentang tipe pasang surut apa yang berlaku di daerah kegiatan berlangsung.
Inti dari dilakukannya pengamatan pasut adalah untuk memperoleh data
tinggi muka air laut, kemudian digunakan untuk menentukan datum vertikal yang
akan digunakan dalam survey penetapan legal coastline (Andriani, 2007).
Metode Penelitian
Paper ini akan menyajikan data hasil pengamatan langsung pasang surut
di dua lokasi kegiatan, yaitu wilayah Pulau Pramuka dan Kabupaten Pati.
Dimana wilayah tersebut merupakan wilayah studi kasus dalam kegiatan aplikasi
survey legal coastline untuk mendukung penetapan hak pengusahaan perairan
pesisir tahun 2010 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
P. Pramuka
Pati
dan Pesisir (Puslitbang SDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan (Balitbang KP). Lama waktu pengamatan pasut di lokasi kegiatan
belum bisa memenuhi kondisi ideal, oleh sebab itu akan digunakan data
modelling sebagai alat bantu untuk mendapatkan titik tertinggi di wilayah
tersebut. Koordinat stasiun pengamatan pasut untuk kegiatan ini dapat di lihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Lokasi stasiun pengamatan
No.
Lokasi Stasiun
Lintang
Bujur
1.
Pulau Pramuka -5.7425 106.6136
2. Kabupaten pati -6.4587 111.0511
Gambar 5. Lokasi daerah kegiatan pengamatan pasut
Hasil dan Pembahasan
1. Pengamatan langsung
Dari data yang diperoleh, Secara visual dapat terlihat bahwa di kawasan
pulau Pramuka pada tanggal 12 Agustus 2010 jam 20:00 WIB hingga 13
Agustus 2010 jam 20:00 WIB terjadi dua kali pasang dan satu kali surut
dengan surut terendah terjadi pada 13 Agustus 2010 jam 07.00 WIB, dan
Grafik pasang surut permukaan air laut P. Pramuka tanggal 12 - 16 Agustus 2010
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
0 12 24 36 48 60 72 84
Ketinggian (cm)
8/12/2010
20:00 :00
8/13/2010
08:00 :00
8/13/2010
20:00 :00
8/14/2010
08:00 :00
8/14/2010
20:00 :00
8/15/2010
08:00 :00
8/15/2010
20:00 :00
8/16/2010
08:00 :00
pasang tertinggi pada pada 12 Agustus 2010 jam 22.00 WIB. Hal ini sesuai
dengan yang disebutkan oleh Wyrtki bahwa wilayah P. Pramuka yang berada
di kawasan pantai utara Jawa Barat tergolong dalam tipe pasang surut
campuran condong harian tunggal. Grafik hasil pengamatan pasang surut di
P. Pramuka dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik Pengamatan pasut pulau Pramuka
Di stasiun pasut Banyutowo - Kab. Pati dilakukan pengamatan pada
tanggal 28 Oktober 2010 jam 13:00 WIB hingga 04 November 2010 jam
13:00 WIB. Hasil pegamatan menunjukkan terjadi 7 (tujuh) kali pasang tinggi
dan 7 (tujuh) kali surut rendah dengan surut terendah terjadi pada 29 Oktober
2010 jam 11.00 WIB dengan ketinggian pasut 56 cm, dan pasang tertinggi
pada pada 30 Oktober 2010 jam 00.00 WIB dengan ketinggian pasut 181 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa tipe pasut di wilayah tersebut adalah pasang
Tinggi Pasut (cm)
Rata-rata Maksimum Minimum
100.77 133.00 56.00
surut harian tunggal (diurnal tide). Grafik hasil pengamatan pasang surut di
Kabupaten Pati dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik Pengamatan pasut Kab. Pati
2. Hasil model TMD
Tidal Model Driver (TMD) adalah perangkat lunak / software yang dapat
digunakan untuk melakukan ramalan (prediksi) ketinggian pasut di
permukaan bumi dengan platform Matlab, Software ini dikembangkan pada
tahun 2003 di Universitas Oregon State - Amerika Serikat. Secara global,
Software tersebut menggunakan konstanta-konstanta pasut yang telah di
generate secara global dari berbagai sumber.
Untuk mendapatkan gambaran kondisi pasut sepanjang tahun di
daerah lokasi kegiatan, TMD di setting untuk dapat memberikan hasil prediksi
selama 365 hari pada tahun 2010.
Tinggi Pasut (cm)
Rata-rata Maksimum Minimum
115,34 181 56
TMD menggunakan konstanta pasut m2, s2, k1, o1, n2, p1, k2, q1 dalam
menghitung prediksi ketinggian pasut di suatu titik.
Tabel 2. Konstanta pasut yang digunakan dalam pemodelan TMD
m2 s2 k1 o1 n2 p1 k2 q1
P.
Pramuka
Amplitudo
(cm) 3.38 4.45 25.87 12.36 1.15 7.28 0.86 2.87
g
o
167.77
97.03 35.63 18.09 115.37
25.83 78.4 2.43
Kab.
Pati
Amplitudo
(cm) 4.31 7.56 40.3 15.59 1.82 11.5 0.19 1.71
g
o
332.65
223.38
230.22 162.64
285.17
230.17 185.29
129.99
Grafik prediksi pasut hasil pemodean TMD untuk lokasi kedua kegiatan
dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Grafik pasut untuk P. Pramuka hasil pemodelan TMD
Maksimum (cm) Minimum (cm)
52.21 -48.89
Gambar 9. Grafik pasut untuk Kab. Pati hasil pemodelan TMD
Tipe pasang surut dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzahl (F)
yang dinyatakan dalam bentuk:
F = [A(o1) + A(k1)]/[A(m2) + A(s2)]
Dimana:
* F : bilangan Formzahl
* A(k1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan & matahari
* A(o1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan
Maksimum (cm) Minimum (cm)
69.77
-
77.12
* A(m2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan
* A(s2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
oleh gaya tarik matahari
dengan ketentuan :
* F ≤ 0.25 : Pasang surut tipe harian ganda
* 0,25<F≤1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda
* 1.50<F≤3.0 : Pasang surut tipe campuran condong harian tungal
* F > 3.0 : Pasang surut tipe harian tunggal
Untuk lokasi pulau Pramuka, dari konstanta pasut yang digunakan oleh
TMD diperoleh nilai F sebesar 4.882503193. Hal ini menunjukkan bahwa
TMD menggolongkan tipe pasut di lokasi tersebut kedalam pasang surut
harian tunggal. Hasil ini berbeda dengan apa yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan.
Di lokasi Kab. Pati diperoleh nilai F sebesar 4.708509. TMD
menggolongkan tipe pasut di wilayah Kab. Pati sebagai tipe pasang surut
harian tunggal, hasil yang sesuai dengan pengamatan langsung di lapangan.
Hasil berbeda yang diperoleh di stasiun pulau Pramuka diduga karena
TMD menggunakan konstanta pasut yang global, sehingga kurang mampu
untuk memprediksi secara akurat tipe pasut di wilayah pulau-pulau kecil
seperti pulau Pramuka. Pada tabel 2-5 Lampiran. disajikan secara lengkap
data hasil pengamatan pasut dan data prediksi hasil modeling dengan TMD.
3. Perbandingan data Insitu dengan data TMD
Grafik pada gambar 10 dan 11 menunjukkan perbedaan data hasil
pengamatan langsung di P.Pramuka dan Kab. Pati dengan data yang
dihasilkan oleh TMD. Data pengamatan di masing-masing tempat di tumpang
susunkan dengan data yang dihasilkan oleh TMD.
Gambar 10. Grafik perbandingan data pasut pengamatan P.Pramuka dengan TMD
Data pengamatan di Pulau Pramuka memiliki nilai RMS error sebesar
8,68 cm. Dari grafik dapat terlihat bahwa pada beberapa bagian data hasil
pengamatan menunjukkan hasil tren pasut yang menurun, namun data TMD
menunjukkan data tren pasut naik. Seperti pada data pengamatan jam 16.00
WIB tanggal 13 Agustus 2010. Hal ini dikarenakan hasil model TMD
mengklasifikasikan daerah perairan P. Pramuka memiliki tipe pasut harian
tunggal, namun pada kenyataannya P. Pramuka memiliki tipe pasut
campuran cenderung harian tunggal.
Gambar 11. Grafik perbandingan data pasut pengamatan Kab. Pati dengan TMD
Data pengamatan di Kab. Pati memiliki RMS error yang lebih kecil dari
pada data P. Pramuka yaitu sebesar 7,84 cm. Untuk bentuk grafik, dapat
dilihat bahwa tren kenaikan dan penurunan pasut relatif sama antara data
pengamatan lapangan dengan data yang di hasilkan TMD.
Kesimpulan dan Saran
Pulau pramuka, yang terletak di gugusan Pulau Seribu, memiliki tipe pasut
campuran condong harian tunggal, hal tersebut didukung oleh data hasil
pengamatan lapangan dan literatur yang terdahulu (Anugerah, 1987 dan
Triatmodjo, 1996). Namun dari hasil prediksi pasut TMD, tipe pasut yang
diperoleh untuk pulau Pramuka adalah tipe harian tunggal. Penyebabnya dapat
dikarenakan TMD menggunakan konstanta pasut global dalam perhitungan
prediksi pasutnya, atau adanya komponen pasut lain yang dominan di perairan
kepulauan yang belum dimasukkan dalam formula model prediksi perangkat
lunak TMD.
Untuk perairan terbuka seperti wilayah perariran Kab. Pati yang terletak di
Laut jawa, tipe pasut yang diperoleh dari data pengamatan lapangan dan
prediksi TMD menunjukkan hasil yang sama, yaitu tipe harian tunggal.
Prediksi pasut dari TMD disarankan baik untuk digunakan pada wilayah
perairan terbuka. Namun untuk perairan kepulauan, prediksi pasut TMD harus
dimodifikasi ulang konstanta pasutnya, sesuai dengan data pengamatan
lapangan.
Daftar Pustaka
Abdul Malik, 2007. Power Point Bahan kuliah Pasang Surut,
http://www.slideshare.net/guest01cdf1/pasang-surut-pasut, diakses tanggal
24 Oktober 2010.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Djunarsjah, E., 2007, Konsep penentuan batas laut, KK sains dan rekayasa
hidrografi, FTSL-ITB, Bandung.
Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. P3O -
LIPI. Jakarta.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta
Vida Andriani, 2007. Kajian Legal Coastline dalam Mendukung Pelaksanaan
Kadaster Kelautan di Indonesia, Tesis Magister FTSL-ITB, Bandung.
Wyrtki, K.1961. Naga report: scientific results of marine investigations of the.
South China Sea and the Gulf ofThailand, 1959-1961. vol. 2.
-, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang
pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
LAMPIRAN
Tabel 1. Data hasil pengamatan pasut dan prediksi TMD
No.
Metode Lokasi
Stasiun
Tinggi Muka Air laut (cm) Tungang
pasut
(cm)
Tipe
Pasut
Selang
Waktu
(hari)
MSL* MAX** MIN***
1
Pengamatan
Lapangan
Pulau
Pramuka 100.77 133 56 77
tipe
campuran
condong
harian
tungal
4
Kab. Pati 115,34 181 56 125
tipe
harian
tungal
7
2
Prediksi
TMD
Pulau
Pramuka 0 52.21 -48.89 101.1
tipe
harian
tungal
365
Kab. Pati 0 69.77 -77.12 146.89
tipe
harian
tungal
365
Ket: * Mean Sea Level, ** Ketinggian Maksimum, *** Ketinggian Minimum
Tabel 2. Data hasil pengamatan Lapangan P. Pramuka
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
12/8/2010
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
110
120
124
122
13/8/2010
116
105
98
96
94
90
90
88
90
100
106
110
114
116
118
114
114
110
116
-
106
110
116
105
14/8/2010
100
98
90
86
86
87
-
86
89
96
105
113
113
108
115
116
116
117
119
120
115
106
106
100
15/8/2010 93 86 79 76 74 76 80 86 89 95 105 110 120 120 123 126 128 130 133 128 120 105 95 86
16/8/2010 74 66 58 56 57 62 68 74 - - - - - - - - - - - - - - - -
Tabel 3. : Data hasil pengamatan Lapangan Banyutowo, Kab. Pati
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
28/10/2010 - - - - - - - - - - - - - 64 74 76 84 88 112 126 136 154 162 172
29/10/2010
178
168
159
148
132
118
99
96
85
68
64
56
58
61
63
67
78
88
104
120
136
152
166
176
10/30/2010 181 177 175 165 148 134 116 106 98 82 74 76 70 72 70 64 74 82 92 115 126 155 165 172
10/31/2010 178 173 173 168 155 133 118 104 94 82 76 68 76 68 80 80 82 82 84 97 104 112 134 152
1/11/2010 155 160 164 156 146 132 116 98 87 78 77 75 75 78 86 92 98 102 106 108 114 124 134 148
2/11/2010 166 174 176 168 162 154 138 112 94 86 82 82 77 92 96 98 102 102 108 98 108 122 128 138
3/11/2010 158 166 172 164 156 148 134 114 98 86 78 78 86 92 104 108 112 114 120 122 124 126 132 138
4/11/2010 146 162 162 158 152 146 132 116 98 82 74 72 70 70 - - - - - - - - - -
Tabel 4. Data TMD untuk P. Pramuka
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
12/8/2010
22 16 8 -1 -9 -16 -21 -23 -22 -19 -15 -11 -7 -3 -1 1 2 4 7 10 13 15 16 16
13/8/2010
14 10 5 -2 -8 -12 -15 -16 -15 -12 -9 -5 -1 2 4 5 6 6 7 7 8 8 7 6
14/8/2010
4 1 -3 -7 -10 -12 -13 -12 -10 -7 -3 1 5 8 10 11 12 11 10 9 7 5 1 -2
15/8/2010
-6 -9 -13 -15 -16 -16 -14 -12 -8 -3 1 6 10 13 16 17 18 18 17 14 11 6 0 -6
16/8/2010
-12 -18 -22 -24 -24 -23 -19 -14 -9 -3 3 8 13 16 20 22 24 25 24 22 17 11 3 -6
Tabel 5. : Data TMD untuk Banyutowo, Kab. Pati
ketinggian dalam cm
Tgl
Jam
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
28/10/2010
58 57 51 40 27 11 -5 -21 -34 -44 -51 -54 -54 -50 -45 -37 -28 -17 -4 9 23 37 48 57
29/10/2010
62 62 57 47 33 16 -1 -17 -30 -41 -48 -52 -53 -51 -47 -42 -34 -24 -13 1 16 31 45 56
10/30/2010
63 65 61 51 38 21 4 -12 -26 -36 -44 -47 -49 -48 -46 -42 -37 -30 -20 -8 7 22 38 51
10/31/2010
60 64 62 54 41 25 8 -8 -21 -32 -38 -41 -43 -42 -41 -39 -36 -31 -24 -15 -2 13 28 43
1/11/2010
54 60 60 54 42 27 11 -5 -18 -28 -33 -36 -36 -34 -33 -32 -30 -28 -24 -17 -7 5 19 33
2/11/2010
45 52 54 50 40 26 11 -5 -17 -26 -31 -31 -30 -27 -24 -23 -21 -21 -19 -15 -8 1 13 25
3/11/2010
36 43 46 43 35 23 8 -6 -18 -27 -30 -30 -26 -22 -17 -13 -11 -10 -10 -8 -4 2 10 20
4/11/2010
28 35 37 35 28 17 3 -11 -22 -30 -33 -31 -26 -20 -12 -6 -2 1 2 3 5 8 13 19
... TMD is a MATLAB package developed by Earth and Space Research (ESR) and Oregon State University (OSU) to access the tidal constituents for high-latitude tidal analysis and prediction [25]. The tidal constituent was deployed in making predictions of tidal height and currents based on the hydrodynamic model [26]. ...
... The first one is a Graphical User Interface (GUI) for browsing tide fields, selecting study areas, and determining a specific coordinate and duration of time for tidal predictions of a specific variable. Secondly, it comprises a set of programming codes for accessing tide fields [25,26]. It has been generally used to model the tides engaging the resolution medium (1/40 × 1/40) [25,26]. ...
... Secondly, it comprises a set of programming codes for accessing tide fields [25,26]. It has been generally used to model the tides engaging the resolution medium (1/40 × 1/40) [25,26]. Accordingly, TMD has been utilized to derive the tidal datum (LAT, MSL, and HAT) within the same period of observation data with tide gauge and satellite altimetry data, which is from 1993 to 2015 (23 years). ...
Article
Full-text available
Conventionally, information from the tide gauge stations was used to establish the localized tidal datum. However, limitations in coverage, due to the sparse station distribution along the coast, have caused insufficient tidal datum information in some areas. Therefore, this study aims to develop the Peninsular Malaysia Quasi-Continuous Tidal Datum (PMQCTD) by integrating tide gauges, satellite altimetry, and Tide Model Driver (TMD) data. The research methodology includes data acquisition from 12 Departments of Survey and Mapping Malaysia (DSMMs) tide gauge stations along the coast of Peninsular Malaysia, satellite altimetry data of TOPEX, Jason-1, Jason-2, and GEOSAT Follow-On (GFO) from Radar Altimeter Database System (RADS), and the global hydrodynamic model from TMD. The tide gauge, satellite altimetry, and TMD data encompass 23 years of tidal observation data from 1993 to 2015. For the derivation of the tidal datum, tide gauge, and satellite altimetry data were analyzed following a harmonic analysis approach in the Unified Tidal Analysis and Prediction (UTide) software. Meanwhile, for the TMD data, the tidal datum was determined based on the tidal prediction from the 11 extracted major tidal constituents. For compatibility in data integration, the derived Lowest and Highest Astronomical Tide (LAT and HAT) from tide gauge, satellite altimetry, and TMD data were referenced to the Mean Sea Level (MSL), denoted as LATMSL and HATMSL, respectively. Next, the LATMSL and HATMSL were interpolated employing Inverse Distance Weighting (IDW) to develop the PMQCTD (LATMSL and HATMSL) with the ArcGIS software. The statistical assessment indicated that the established PMQCTD (LATMSL and HATMSL) has a better agreement with the DSMM tide gauges with a Root Mean Square Error (RMSE) of ± 0.228 m for LATMSL and ± 0.159 m for HATMSL In conclusion, the establishment of PMQCTD (LATMSL and HATMSL) has led to the availability of the tidal datum at any location along the coast of Peninsular Malaysia.
... Dalam penelitian ini data pasang surut yang digunakan adalah data pasang surut 15 hari dari data TMD (Tidal Model Driver) yang ditunjukkan oleh Gambar 5 dan 6. Data TMD menggunakan konstanta pasang surut global dalam perhitungan prediksi pasang surutnya (Ramdhan, 2011). Berdasarkan data pasang surut TMD ini diperoleh komponen harmonik untuk Muara Sungai Air Rami adalah S 2 sebesar 0,114 K 1 sebesar 0,132 O 1 sebesar 0,080 dan M 2 sebesar 0,302. ...
Article
Full-text available
Bengkulu Province has many river estuaries that experience rapid morphological change, making it a watershed problem because it can trigger sedimentation downstream. This research determined the characteristics and influence of oceanographic power dynamics on morphological changes of river estuaries in Bengkulu. The methods are in situ measurements of oceanographic dynamics parameters, visual aerial photography from drones, and maps of the Air Rami and Selagan Jaya Estuary from USGS Landsat-8 satellite imagery. Based on the study's results, the characteristics of the study area have a mixed tidal type leaning to double daily with a formzhal value of 0.509 in the Air Rami and 0.491 in Selagan Jaya. Morphological changes in the estuary are caused by sedimentation, which is influenced by the interaction of oceanographic power dynamics in the form of tides, waves, currents from the watershed, tidal currents, longshore currents, and sediment. This condition is due to the weakening of the current at the mouth of the estuary due to the confluence of tidal currents, currents from upstream of the watershed, and longshore currents so that sediment transport caused by longshore currents is retained and accumulates at the mouth of the estuary. At high tide, the current enters the estuary carrying sediment that has accumulated at the mouth of the estuary. At low tide, when the current speed is slower, it cannot bring the sediment back, so it settles in the estuary. In addition, the inflow of sediment from the upstream watershed into the estuary also contributes to the increasing sedimentation.
... Peramalan dilakukan terhadap koordinat-koordinat Pelabuhan Perikanan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DGCF, 2009). Sedangkan verifikasi hasil peramalan terhadap data pengukuran/observasi telah dilakukan dengan hasil cukup memuaskan (Ramdhan, 2011;Pranowo & Wirasantosa, 2011). ...
Article
ABSTRAKPasang surut air laut merupakan parameter yang sangat penting bagi navigasi di pelabuhan, Pusat Riset Kelautan,Marine & Coastal Data Laboratory(MCDL) membuat prediksi pasang surutdi 39 pelabuhan seluruh Indonesia. Penelitian ini bertujuan menghasilkan sistem informasiprediksi pasang surut berbasis android dengan menggunakan bahasa pemograman Java, GoogleMaps Api sebagai basemapnya dan data prediksi pasang surut yang dihasilkan oleh MCDL.Informasi yang ditampilkan dalam bentuk grafik dan data tabel untuk 14 hari kedepan (2 minggu),dengan resolusi temporal per jam dengan pemuktahiran (update) informasi per 14 hari. Dalamaplikasi android prediksi pasang surut (pasut) terdiri dari 4 menu yaitu Pelabuhan, Glosarium,About, Disclaimer. Menu Pelabuhan menampilan informasi nama pelabuhan perikanan. Menu Glosarium berisikan informasi daftar istilah pasang surut. Menu About berisikan informasi pemilikaplikasi yang bertujuan untuk pengguna dapat berinteraksi dengan pemilih aplikasi. Menu Dis-claimer (penyanggahan) berisikan informasi bahwa informasi perkiraan pasut ini digunakansebagai rujukan (referensi) ketinggian muka/paras air laut di lokasi Pelabuhan Perikanan untukkepentingan operasi keluar dan masuknya kapal. Informasi tentang kedalaman batimetri dankondisi dasar perairan lokasi tidak disediakan pada aplikasi iniABSTRACTTide is a very important parameter for navigation in ports, the Center for Marine Research,Marine & Coastal Data Laboratory (MCDL) makes tide predictions in 39 ports throughout Indonesia.This study aims to produce an Android-based tidal prediction information system using the Javaprogramming language, Google Maps Api as its basemap and tidal prediction data generated byMCDL. Information displayed in graphical form and data tables for the next 14 days (2 weeks), withhourly temporal resolution with updated information per 14 days. In the tide prediction androidapplication (tides) consists of 4 menus namely Port, Glossary, About, Disclaimer. The Port menudisplays information on the name of the fishing port. The Glossary menu contains tidal term glossaryinformation. The About menu contains application owner information that aims for users to interactwith the application chooser. The Disclaimer Menu contains information that this tidal estimatedinformation is used as a reference (reference) for sea level / sea level at the Fishery Port location forthe purpose of operating in and out of ships. Information about the bathymetry depth and thebottom waters of the location is not provided in this application.
... BT dengan luas mencapai 3.000 m 2 Secara geologi, Kepulauan Seribu termasuk di dalamnya Pulau Pramuka terbentuk dari gugusan karang. Morfologi laut yang dangkal di pesisir pulau serta dikelilingi oleh pulau-pulau yang lebih besar menyebabkan tinggi gelombang rendah dengan tipe pasang surut harian tunggal (Ramdhan, 2010 ...
Article
Full-text available
Mangrove Park of Pramuka Island is an A-list tourism object in Thousand IslandsRegency, Jakarta Special Region Province. Mangrove holds economical and ecological advantage, such as absorbing and storing blue carbon. The storing ability is more durable and one hundred times bigger than land forest. By edutourism, high school students are able to learn in an enjoyable environment about coastal ecosystem and its interaction with human. Qualitative analytical method is used to generate compatibility value and SWOT analytics in order to discuss the potential of Mangrove Park of Pramuka Island as edutourism object for high school student to increase comprehension of blue carbon concept. Promotion and availability of educative supporting aspect may boost more edutourist from high schools all over Jakarta Special Region Province.
... Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah elevasi hasil peramalan Tidal Model Driver (TMD) untuk komponen M2 dan S2, amplitudo dan fasenya ditampilkan pada Tabel.1 [4]. Data batimetri yang telah diubah dari pengukuran, yang akan digunakan sebagai masukan model. ...
Article
Full-text available
Penelitian tentang pola pasang surut komponen semi diurnal telah dilakukan untuk mengkaji perambatan gelombang pasut dan pola arus di Teluk Tambelan. Metode yang digunakan ialah model numerik hidrodinamika yang menggunakan gaya pembangkit pasang surut komponen semi diurnal (M2 dan S2). Masukan model adalah data elevasi pasang surut yang diperoleh dari Tidal Model Driver, dan data kedalaman dari hasil pengukuran. Untuk alasan efisiensi komputasi, kedalaman minimum daerah model diatur 2 m dan kedalaman maksimum diatur 20 m. Untuk keperluan verifikasi, hasil model dibandingkan dengan hasil pengukuran lapangan, yang berupa nilai amplitudo pasang surut dan kecepatan arus. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa nilai amplitudo dan arus pasang surut hasil model memiliki perkiraan yang lebih besar dari pada data pengukuran. Hasil model menunjukan bahwa komponen M2 memiliki nilai amplitudo sebesar 0,25 m, sedangkan komponen S2 sebesar 0,085 m. Pola amplitudo antara kedua komponen memiliki kemiripan yaitu, pada bagian dalam teluk memiliki nilai amplitudo yang lebih besar dibandingkan pada bagian luar teluk. Pola arah arus kedua komponen memiliki perbedaan pada setiap keadaan, saat pasang tertinggi arah arus komponen M2 di bagian dalam teluk menuju ke arah luar teluk, sedangkan pada komponen S2 menuju ke dalam teluk. Kecepatan maksimum arus komponen M2saat pasang tertinggi dan surut terendah, memiliki nilai yang dua kali lebih besar dari komponen S2.
... Amplitudo dan beda fase merupakan dua komponen utama yang dihitung melalui meteode Admiralty ini.Langkah selanjutnya setelah diketahui nilai komponen pasang surut utama adalah menghitung bilangan untuk menentukan tipe pasang surut. Bilangan ini disebut sebagai bilangan Form[13], yang diekspresikan sebagai:(1)Hasil perhitungan bilangan Form di atas selanjutnya di klasifikasikan dalam Tabel 3 untuk melihat jenis pasang surut suatu perairan.Tabel 3. Jenis pasang surut berdasarkan bilanganForm.Bilangan FormJenis pasang surut 0.00 < F < 0.25 Pasang surut harian ganda 0.25 < F < 1.5 Pasang surut campuran, condong harian ganda 1.5 < F < 3 Pasang surut campuran, condong harian tunggal F >3 Pasang surut harian tunggal 2 2 1 1 S M K O F    JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2018 : 29 -38 32 Gambar 1. Diagram alir pengolahan data. ...
Article
Full-text available
The determination of a tidal harmonic constant, tidal datum, and tidal type are influenced by the location and the positions of the moon and the sun which have specific periods. This research utilized observation tidal data during June 2016 at Pameungpeuk, Belitung and Sarmi waters obtained from Badan Informasi Geospasial (BIG). In this paper, the admiralty method is applied to determine tidal harmonic constant. Eight harmonic constants obtained and used to determine the Form number and water level datum. The results showed that Pamengpeuk and Sarmi waters have a mixed tide prevailing semidiurnal type while the Belitung waters has a diurnal tide type. The datum characterization determined by analysis of sea level elevation indicates that the Highest High Water Level (HHWL) values in Pameungpeuk, Belitung and Sarmi waters are 2,14 m, 3,56 m, and 3,59 m, respectively, while the The Lowest Low Water Level (LLWL) values are 0,32 m, 0,39 m, 1,7 m, respectively.
... WIB). Menurut Ramdhan (2011), tipe pasang surut di pulau Pramuka termasuk dalam tipe pasang surut campuran condong harian tunggal yaitu terjadi 2 kali pasang dan 1 kali surut. Pasang tertinggi terjadi pada waktu malam (21.00 -23.00 WIB) dan siang hari (13.00 -15.00 WIB), sedangkan surut terendah terjadi pada pagi hari (03.00 -06.00 WIB). ...
Article
Full-text available
p> This study was aimed to investigate the community structure of fish juvenile, spatial distribution and similarity from both adjacent habitats of mangrove and seagrass. This study was conducted in the eastern part of Pramuka island from April to June 2015. The samples were collected by using line transect method in three observation area s that were spatially connected i.e., mangrove, transition and seagrass zones. The result of the study from three observation zones revealed that there w ere found 24 species of fishes from 15 families i.e., Siganidae (4 species), Apogonidae (3 species), Ger - reidae (2 species) , Terapontidae (2 species) , Gobiidae (2 species), Labridae (2 species), Mugilidae, Nemipteridae, Hemiramphidae, Sphyraenidae, Monacanthidae, Atherinidae, Pomacentridae, Lut - janidae , and Lethrinidae ( each of them 1 species). According to community structure, the adjacent ob - servation zone s did not show a significant difference in the number of species, abundance , and bio - mass. According to fish distribution, fish species in transition zone and seagrass zone were relatively similar and dominated by Gerres oblongus , Fibramia lateralis , and Siganus canaliculatus . Mean - while, in mangrove zone revealed a significant different of fish species than in transition and seagrass zones. In mangrove zone, fish species was dominated by Gerres oblongus and Siganus guttatus . Keywords: spatial distribution, juvenile, mangrove, seagrass, pramuka Island, Siganidae </p
... WIB). Menurut Ramdhan (2011), tipe pasang surut di pulau Pramuka termasuk dalam tipe pasang surut campuran condong harian tunggal yaitu terjadi 2 kali pasang dan 1 kali surut. Pasang tertinggi terjadi pada waktu malam (21.00 -23.00 WIB) dan siang hari (13.00 -15.00 WIB), sedangkan surut terendah terjadi pada pagi hari (03.00 -06.00 WIB). ...
Article
Full-text available
p> This study was aimed to investigate the community structure of fish juvenile, spatial distribution and similarity from both adjacent habitats of mangrove and seagrass. This study was conducted in the eastern part of Pramuka island from April to June 2015. The samples were collected by using line transect method in three observation area s that were spatially connected i.e., mangrove, transition and seagrass zones. The result of the study from three observation zones revealed that there w ere found 24 species of fishes from 15 families i.e., Siganidae (4 species), Apogonidae (3 species), Ger - reidae (2 species) , Terapontidae (2 species) , Gobiidae (2 species), Labridae (2 species), Mugilidae, Nemipteridae, Hemiramphidae, Sphyraenidae, Monacanthidae, Atherinidae, Pomacentridae, Lut - janidae , and Lethrinidae ( each of them 1 species). According to community structure, the adjacent ob - servation zone s did not show a significant difference in the number of species, abundance , and bio - mass. According to fish distribution, fish species in transition zone and seagrass zone were relatively similar and dominated by Gerres oblongus , Fibramia lateralis , and Siganus canaliculatus . Mean - while, in mangrove zone revealed a significant different of fish species than in transition and seagrass zones. In mangrove zone, fish species was dominated by Gerres oblongus and Siganus guttatus . Keywords: spatial distribution, juvenile, mangrove, seagrass, pramuka Island, Siganidae </p
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mempermudah pengguna (masyarakat umum) dan TNI AL dalam mengakses serta menggunakan data Pasut. Kemajuan perkembangan teknologi di bidang digital terutama pemprograman aplikasi berbasis Android saat ini sangat tinggi. Sistem operasi android yang saat ini banyak dipilih oleh masyarakat karena selain murah media komputer tablet dan telephone seluler berbasis android juga sangat mudah dalam pengoperasian aplikasi. Dibangunnya aplikasi Android informasi pasang surut ini agar memberikan kemudahan dalam mengakses informasi secara cepat dan mudah. Data pasang surut yang akan digunakan adalah dengan pemodelan Tidal Model Driver (TMD) 7.1 dengan validasi data in situ. Dipilih 5 (lima) Pangkalan TNI-AL (Lanal) yang mewakili 4 (empat) tipe pasang surut yang ada di Indonesia Barat, yakni Stasiun Lantamal I Belawan, Lanal Tarempa, Lanal Sibolga, Lanal Ranai (Natuna) dan Lanal Cilacap. Analisis (konstanta) harmonik dilakukan pada penelitian ini, nilai RMSE (35,85 cm - 5,15 cm) serta analisis korelasi Pearson (0.82 – 0,97). Penyusunan basis data dan aplikasi android menggunakan pemprograman berbasiskan Java script.
Naga report: scientific results of marine investigations of the. South China Sea and the Gulf ofThailand
  • K Wyrtki
Wyrtki, K.1961. Naga report: scientific results of marine investigations of the. South China Sea and the Gulf ofThailand, 1959-1961. vol. 2. -, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.