Conference PaperPDF Available

STUDI KERAGAMAN JENIS CEMPAKA BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DI SULAWESI UTARA

Authors:
  • National Research and Innovation Agency

Abstract

Kayu cempaka merupakan salah satu jenis kayu komersil primadona di Sulawesi Utara. Jenis kayu ini merupakan unsur kayu yang wajib ada pada sebuah rumah adat Minahasa dan tidak tergantikan oleh jenis kayu lainnya. Kayu cempaka juga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan meubel, interior ruangan, alat musik, kerajinan tangan, perahu, panel, alat olahraga, dan plywood. Berdasarkan hasil studi awal diketahui terdapat keragaman jenis cempaka yang terdapat di Sulawesi Utara. Data dan informasi tentang pengenalan jenis kayu cempaka yang tersebar di provinsi ini masih sangat terbatas. Pengenalan jenis kayu cempaka berdasarkan penggunaan nama lokal menjadi lebih rumit karena inkonsistensi nama suatu jenis pada beberapa daerah di Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun yaitu pada tahun 2008 hingga 2011 dengan melakukan eksplorasi pada beberapa lokasi yang meliputi Kab. studi menunjukan bahwa diketahui terdapat 6 (enam) jenis kayu cempaka di Sulawesi Utara yang berasal dari 3 genus yaitu Elmerrillia, Magnolia, dan Michelia. Jenis-jenis tersebut adalah Elmerrillia celebica Dandy, Elmerrilia ovalis (Miq.) Dandy, Elmerrillia tsiampacca (L.) Dandy, Magnolia elegans (Blume.) H.Keng, Magnolia candollei (Blume) H.Keng, dan Michelia champaca L.
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
61
STUDI KERAGAMAN JENIS CEMPAKA
BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DI SULAWESI UTARA
Julianus Kinho dan Arif Irawan
Balai Penelitian Kehutanan Manado
JL. Raya Adipura, Kel.Kima Atas, Kec.Mapanget, Manado
Telp. (0431) 3666683, e-mail : kinho81@yahoo.com ; arif_net23@yahoo.com
RINGKASAN
Kayu cempaka merupakan salah satu jenis kayu komersil primadona di Sulawesi
Utara. Jenis kayu ini merupakan unsur kayu yang wajib ada pada sebuah rumah
adat Minahasa dan tidak tergantikan oleh jenis kayu lainnya. Kayu cempaka juga
banyak digunakan sebagai bahan pembuatan meubel, interior ruangan, alat musik,
kerajinan tangan, perahu, panel, alat olahraga, dan plywood. Berdasarkan hasil
studi awal diketahui terdapat keragaman jenis cempaka yang terdapat di Sulawesi
Utara. Data dan informasi tentang pengenalan jenis kayu cempaka yang tersebar di
provinsi ini masih sangat terbatas. Pengenalan jenis kayu cempaka berdasarkan
penggunaan nama lokal menjadi lebih rumit karena inkonsistensi nama suatu jenis
pada beberapa daerah di Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga)
tahun yaitu pada tahun 2008 hingga 2011 dengan melakukan eksplorasi pada
beberapa lokasi yang meliputi Kab. Minahasa Utara, Kab. Minahasa, Kota
Tomohon, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Tenggara, Kota Kotamobagu, Kab.
Bolaang Mongondow. Identifikasi jenis dilakukan di Herbarium Pusat Penelitian dan
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Bogor. Hasil studi menunjukan bahwa
diketahui terdapat 6 (enam) jenis kayu cempaka di Sulawesi Utara yang berasal dari
3 genus yaitu Elmerrillia, Magnolia, dan Michelia. Jenis-jenis tersebut adalah
Elmerrillia celebica Dandy, Elmerrilia ovalis (Miq.) Dandy, Elmerrillia tsiampacca (L.)
Dandy, Magnolia elegans (Blume.) H.Keng, Magnolia candollei (Blume) H.Keng, dan
Michelia champaca L.
Kata Kunci : Cempaka, Keragaman, Sulawesi Utara
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
62 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu cempaka merupakan salah satu jenis kayu komersil primadona
di Sulawesi Utara. Permintaan terhadap kayu cempaka terus meningkat dari
waktu ke waktu sehingga keberadaanya di habitat alam semakin berkurang
dan terancam, sebagai akibat eksploitasi terhadap jenis kayu ini yang
berlangsung terus-menerus. Kayu cempaka di Sulawesi Utara banyak
digunakan sebagai bahan meubel, bahan konstruksi rumah (papan, balok,
lantai, kusen, pintu dan jendela). Kayu cempaka merupakan unsur yang
wajib ada, pada sebuah rumah tradisional atau rumah panggung dan tidak
tergantikan oleh jenis kayu lainnya pada beberapa daerah di Minahasa,
Sulawesi Utara. Hal ini dikarenakan kayu ini memiliki nilai historis serta nilai
prestise lebih bagi pemiliknya.
Kayu cempaka di Indonesia diperdagangkan dalam kategori Michelia
spp., dan Magnolia spp. (Langi, 2007). Cempaka termasuk dalam kelompok
kayu indah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 707/Kpts-
V/1997 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 574/KPTS-IV/1997, tentang Pengelompokan Jenis Kayu sebagai
Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan. Cempaka di Indonesia dikenal dengan
beberapa nama daerah seperti minjaran (Sumatera), arimot (Biak),
cempaka hutan kasar (Sulawesi), uru (Toraja), cempaka, wasian, adow, dan
ta’as (Sulawesi Utara). (Langi, 2007)
Pengenalan jenis pohon atau identifikasi merupakan hal yang sangat
mendasar dalam mengelompokkan jenis pohon. Hal ini berkaitan erat
dengan pemanfaatan dan pelestarian terhadap suatu jenis pohon. Untuk
melakukan identifikasi terhadap jenis pohon secara langsung di lapangan
diperlukan beberapa teknik khusus. Salah satu teknik yang dapat digunakan
dengan mudah yaitu dengan mengetahui ciri-ciri morfologi atau
karakteristik dari suatu jenis.
Pengenalan jenis kayu cempaka berdasarkan penggunaan nama lokal
menjadi lebih rumit karena inkonsistensi nama suatu jenis pada beberapa
daerah di Sulawesi Utara. Data dan informasi tentang pengenalan jenis kayu
cempaka di Sulawesi Utara masih sangat terbatas, oleh karena itu
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
63
dipandang perlu untuk melakukan identifikasi jenis kayu cempaka di
Sulawesi Utara.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis cempaka
di Sulawesi Utara, berdasarkan karakteristik morfologinya. Hasil Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengenalan jenis kayu cempaka
berdasarkan karakteristik morfologinya, sehingga dapat mempermudah
dalam pengelompokan jenis kayu.
II. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun (2008 -2011). Lokasi
penelitian dilaksanakan di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara yaitu
Talawaan, Sawangan, Wusa, Warisa (Kab. Minahasa Utara), Rumengkor,
Eris, Remboken, Ranolombot, Teperetan, Paleloan, Riniair, (Kab. Minahasa),
Rurukan, Kinilow, Kakaskasen (Kota. Tomohon), Tombasian, Motoling dan
Tareran (Kab. Minahasa Selatan), Ratahan, Tombatu (Kab. Minahasa
Tenggara), Singsingon, Bakan (Kota. Kotamobagu), Pinogaluman (Kab.
Bolaang Mongondow).
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gunting stek, parang,
kompas, GPS, peta Sulawesi Utara, meteran, kaliper tali rafia, alat tulis,
sasak bambu dan oven. Bahan yang digunakan yaitu kertas koran, plastik
trash bag, plastik clip, label spesimen.
C. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara eksplorasi. Pengambilan
data dilakukan berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di lapangan.
Setiap Sampel dibuatkan spesimen herbariumnya. Spesimen herbarium
selanjutnya diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium Puslitbang Konservasi
dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan Bogor. Studi literatur digunakan
untuk melengkapi data hasil eksplorasi yang dilakukan dengan cara
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
64 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
melakukan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian ilmiah, jurnal serta
laporan-laporan yang relevan.
D. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan ditampilkan dalam
bentuk deskripsi jenis.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Cempaka merupakan sebutan untuk beberapa jenis tumbuhan
berbunga (angiospermae) dari Ordo Magnoliales, famili Magnoliaceae.
Beberapa jenis tumbuhan dari famili Magnoliaceae masih termasuk
tumbuhan purba. Fosil tumbuhan dari kelompok ini dan yang masih hidup,
asal-usulnya dapat ditelusuri hingga 95 juta tahun yang lalu. Fosil tumbuhan
dari famili ini masih dapat dijumpai di Artic, Greenland, North America and
Europe (Meijer, 1968; Adam J.H., dkk 2002). Dalam biosistematik, cempaka
dimasukkan takson suku Magnoliaceae yang relatif primitif (Cronquist, 1981
dalam Adnyana, 1998). Bunga primitif Angiospermae mirip suatu rujung
atau strobilus yang tersusun atas satu poros tengah yang memanjang
dengan bagian-bagian bunga tersusun spiral dan terpisah, memiliki
perianthium, biseksual, aktinomoefik dan jumlah karpel dan stamen banyak
(Loveless, 1983). Morfoklin atau kecenderungan perubahan secara evolusi
dari struktur bunga yang primitif menjadi bunga yang maju (advanced)
adalah sebagai berikut : (a) bagian-bagian bunga yang tersusun spiral
menjadi melingkar (siklis), (b) bagian-bagian bunga yang banyak dan tidak
tentu menjadi jumlahnya sedikit dan tertentu, (c) bagian bunga yang
tersusun terpisah menjadi bersatu, (d) apokarp menjadi sinkarp, (e) bakal
buah superous menjadi inferus, (f) bunga biseksual menjadi uniseksual, (g)
simetri bunga aktinomorfik menjadi zigomorfik, (h) kuntum bunga menjadi
inflorensencia (perbungaan), (i) serbuk sari monokolpat menjadi trikolpat.
A. Karakter Primitif Bunga dan Trakea (pembuluh Kayu)
Susunan bagian-bagian bunga termasuk hemisiklis, karena tepal
tersusun dalam lingkaran sedangkan stamen dan pistil tersusun spiral.
Berdasarkan morfologi bunga dan struktur trakea (pembuluh kayu), maka
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
65
cempaka merupakan tumbuhan yang relatif primitif. Ciri atau karakter yang
mendukung adalah (1) jumlah bagian-bagian bunga tidak tentu, (2) jumlah
stamen dan pistil banyak dan tersusun spiral, (3) tipe stamen laminar dan
polen monokolpat, (4) ginesium spokarp dan ovarium superior, (5)
komponen pembuluh kayu memiliki ujung runcing dengan penoktahan
pembuluh kayu dan papan perforasi skalariform, (6) memiliki reseptakulum
yang panjang. Karakter yang ini sesuai dengan Bold et al. (1987).
(Sumber : Adnyana, 1998)
Gambar 1. Morfologi perkembangan bunga cempaka
B. BEBERAPA JENIS KAYU CEMPAKA DI SULAWESI UTARA
Di Sulawesi Utara terdapat 5 (lima) dari 12 (dua belas) genus
cempaka yang ada di dunia yaitu Elmerrillia, Magnolia, Manglietia,
Talauma dan Michelia. Cempaka di Sulawesi Utara dapat dijumpai pada
hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan pada ketinggian 1000 m
dpl. Beberapa jenis kayu cempaka yang terdapat di Sulawesi Utara yaitu :
Keterangan :
A = Tahap tiga stipula (a) tepal
B = Tahap dua stipula (b) psitil
C = Tahap satu stipula (c) stamen
D = Tahap tanpa stipula (d) stipula bagian dalam
(e) stipula bagian tengah
(f) stipula bagian luar
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
66 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
1. Elmerrillia celebica Dandy.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian
Kehutanan Manado pada tahun 2009 di Kawasan Cagar Alam Gunung
Ambang terdapat jenis cempaka yang sudah sangat jarang dijumpai yaitu
Elmerrillia celebica Dandy. Informasi yang berhasil dihimpun menurut
masyarakat lokal, jenis cempaka ini biasanya disebut dengan nama Taas.
Elmerrillia celebica juga ditemukan di kawasan hutan rakyat di daerah
Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan. Jenis cempaka ini
memiliki ciri morfologi daun lebih kecil serta memiliki tipe pohon yang lebih
lurus dan tinggi jika dibandingkan dengan jenis cempaka yang umum
dibudidayakan masyarakat. Selain itu cempaka jenis ini memiliki ciri unik
yang mudah dikenali yaitu memiliki warna daun kecoklatan. Secara umum
ciri khas bentuk daun Elmerrillia celebica Dandy. adalah berbentuk lanset
dengan permukaan daun berwarna hijau tua, permukaan daun muda
berwarna hijau dengan bulu-bulu halus berwarna coklat yang tersebar
merata. Belakang daun berbulu coklat halus, jika diamati dari kejauhan
seperti memiliki daun yang berwarna kecoklatan. Letak antar daun saling
bersilangan, bentuk ujung daunnya melancip, dasar daun membulat, dan
pinggiran daun rata. Ciri morfologi lainnya adalah pepagan berwarna kuning
dengan bau khas yang harum karena mengandung minyak atsiri. Buah
berbentuk buni, dengan buah masak berwarna merah. Pohon cempaka
jenis ini dapat tumbuh hingga mencapai 20 m dengan diameter 40-50 cm.
Batang coklat bertotol putih, kulit batang berkelupas. Jenis ini tumbuh pada
ketinggian 700 mdpl di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang dan 600 mdpl
di daerah Kecamatan Tareran. Penyebaran cempaka jenis ini di Sulawesi
Utara meliputi Cagar Alam Gunung Ambang (Bolaang Mongondow) dan
sebagian lokasi hutan rakyat di Tareran.
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
67
Gambar 1. Elmerrillia celebica Dandy.
2. Elmerrillia ovalis (Miq.) Dandy.
Elmerrilia ovalis (Miq.) Dandy., atau yang lebih dikenal oleh
masyarakat di Sulawesi Utara dengan nama “Wasian” merupakan salah
satu jenis yang banyak diminati masyarakat sebagai bahan pembuatan
rumah adat woloan. Cempaka jenis ini memiliki perawakan sedang sampai
besar. Tinggi pohon sekitar 15-20 m, dengan diameter batang 20-50 cm.
Permukaan batang pada tumbuhan muda (tingkat pancang dan tingkat
tiang) mulus, berwarna hitam keabu-abuan dengan bercak-bercak putih
yang hampir tersebar merata pada seluruh bagian permukaan batang.
Daun tunggal, duduk daun bersilang, pangkal daun runcing, ujung daun
runcing, permukaan daun muda berbulu halus berwarna keperakan,
permukaan daun muda licin, berwarna hijau, belakang daun berwarna
keputihan seperti lapisan lilin (lignin), panjang tangkai daun 2-3 cm, panjang
daun 21-42 cm, lebar daun 4,5-11 cm, tepi daun rata. Buah Elmerrilia ovalis
(Miq.) Dandy., memiliki bentuk yang sangat mirip dengan jenis Elmerrillia
celebica Dandy. yaitu berbentuk buni. Perbedaanya adalah ukuran buah
cempaka jenis ini adalah cenderung labih panjang. Rata-rata panjang
buahnya 5,4 7,3 cm dengan diameter sekitar 1,2 - 2 cm. Jumlah dalam
Bentuk Daun
Permukaan batang (kulit)
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
68 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
satu tangkai buah berkisar antara 50 80 biji. Elmerrilia ovalis tersebar luas
di daerah Minahasa. Hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa
cempaka jenis ini melimpah di Desa Suluun, Kabupaten Minahasa Selatan
dan sebagian di Wilayah Bolaang Mongondow.
Gambar 2. Elmerrilia ovalis (Miq.) Dandy
3. Elmerrillia tsiampacca (L.) Dandy subsp. tsiampacca
Cempaka jenis ini umumnya memiliki tinggi 20-30 m dengan
diameter, tinggi bebas cabang 4-6 m, tinggi tajuk 7-8 m, tidak bergetah,
pepagan dalam berwarna coklat kekuningan, keras dan berpasir, batang
tidak berbanir, silindris dan berlentisel, daun tunggal, letak daun selang-
seling, permukaan daun hijau tua, licin mengkilap, daun muda hijau
kecoklatan, ujung daun runcing, pangkal daun runcing, tepi daun rata,
panjang daun 7-25 cm, lebar daun 5-7 cm, panjang tangkai daun 2-3 cm.
Keterangan :
(A) Permukaan daun;
(B) Belakang daun;
(C) Permukaan batang;
(D) Bentuk Buah
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
69
Buah bulat telur, permukaan buah bersisik, ukuran buah 3x5 cm, biji hitam
dilindungi oleh kulit aril berwarna oranye kemerahan. Musim berbuah pada
bulan Nopember. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 600-700 m dpl di
kawasan Cagar Alam Gunung Ambang. Penyebarannya di Sulawesi Utara :
CA. Gunung Ambang (Bolaang Mongondow)
Gambar 3. Elmerrillia tsiampacca (L.) Dandy subsp. tsiampacca
4. Magnolia elegans (Blume.) H.Keng
Magnolia elegans (Blume.) H.Keng., yang juga memiliki nama
sinonim Aromadendron elegans Blume., Manglietia oortii Korth., Talauma
elegans (Blume.) Miq., biasa dikenal masyarakat dengan nama lokal
cempaka. Kayu jenis ini merupakan jenis yang juga banyak diminati sebagai
bahan pembuatan rumah adat woloan. Kayunya termasuk kelas kuat II
dengan kelas awet IV. Pohon-pohon dari jenis ini pada umumnya memiliki
tinggi sekitar 20-25 m, dengan bebas cabang 5-6 m, tinggi tajuk 4-5 m,
dengan diameter 30-35 cm. Ciri khas dari jenis ini yaitu bergetah bening
kekuningan, agak lengket, pepagan keras berwarna coklat tua kemerahan,
pepagan dalam berwarna kuning, tekstur batang silindris, kulit batang
berlekah, bentuk tajuk bulat, daun tunggal berstipula, letak daun
bersilangan, permukaan daun licin, belakang daun licin mengkilap, bentuk
dasar daun melancip, tepi daun rata, pangkal daun meruncing, kadang-
kadang membulat, ujung daun meruncing, bunga keluar dari ketiak daun,
berwarna putih kekuningan. Musim berbunga pada bulan Nopember dan
musim berbuah pada bulan Desember-Januari. Cempaka jenis ini tumbuh
Daun
Permukaan batang
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
70 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
pada ketinggian 600 mdpl di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang.
Penyebaran cempaka jenis ini di Sulawesi Utara meliputi CA. Tangkoko
(Bitung); Gunung Klabat, Talawaan, Sawangan, (Minahasa Utara);
Rumengkor, Tombasian, Tandengan, Kombi, Remboken, Kawangkoan
(Minahasa); Rurukan, Tombulu, Gunung Masarang, Kakaskasen, Tinoor
(Tomohon); Amurang, Tumpaan, Motoling, Tanawangko, Gunung
Lolombulan (Minahasa Selatan); Tombatu (Minahasa Tenggara); Gunung
Ambang (Bolaang Mongondow).
Magnolia merupakan salah satu genus yang besar dengan jumlah
sekitar 210 jenis. Penyebaran genus Magnolia meliputi Amerika Utara,
Amerika Tengah, India Barat, Asia Tenggara dan Asia Timur serta beberapa
jenis dapat ditemukan di Amerika Selatan. Genus Magnolia banyak
ditemukan sebagai tanaman ornamental di beberapa negara Eropa,
Amerika Utara, Australia dan New Zealand.
Gambar 4. Magnolia elegans (Blume.) H.Keng.
Daun dan bunga
Permukaan batang
Buah
Biji
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
71
5. Magnolia candollei (Blume) H.Keng
Cempaka yang juga memiliki nama sinonim Magnolia liliifera (L.) Baill.
var. liliifera ini umumnya memiliki perawakan sedang hingga besar, dengan
tinggi dapat mencapai 5-12 m dengan diameter batang 15-20 cm. Batang
mulus, berlentisel, coklat kehitaman, bercorak putih. Daun tunggal, duduk
daun selang-seling, panjang daun 29 cm, lebar daun 9,5 cm dan panjang
tangkai daun 1-2 cm, permukaan daun licin, mengkilap, pangkal daun
meruncing, ujung daun meruncing, tepi daun rata, tulang daun timbul pada
belakang daun. Buah terdapat pada ujung tangkai, buah tunggal, panjang
tangkai buah 1 cm, permukaan buah berduri tidak tajam, berbentuk seperti
cakar burung elang, panjang duri 2-3 cm, panjang buah 8-9 cm, berbentuk
jantung, berdiameter 6,5-7 cm. Pepagan dalam kuning, tidak bergetah,
memiliki bau khas yang harum. Musim berbuah pada bulan Juli. Cempaka
jenis ini tumbuh pada ketinggian 500-800 m dpl di Kawasan Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone. Penyebarannya diketahui berada di Kawasan India
utara Bagian Timur, Kepulauan Andaman, Kamboja, Thailand sampai ke
Malaysia. Di Indonesia jenis cempaka ini terdapat di daerah Kalimantan dan
Sulawesi.
Daun dan bunga
Permukaan batang
Buah
Biji
Gambar 5. Magnolia candollei (Blume) H.Keng
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
72 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
Salah satu jenis cempaka yang dapat ditemukan pada hutan-hutan di
Pegunungan Jawa sampai pada ketinggian 1800 m dpl yaitu Magnolia
candollei. Penyebaran alami cempaka jenis ini meliputi India Utara,
Kepulauan Andaman, Kamboja, Thailand dan Malesia. (Andez H. Rozak).
6. Michelia champaca L.
Marga Michelia memiliki sekitar 30 spesies, bahkan disebutkan terdiri
dari 50 spesies dalam pustaka lainnya, dengan pohon yang selalu hijau
(evergreen trees) yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis di Asia
Selatan dan Asia Tenggara (Anonim, 2010). Beberapa pustaka menyebutkan
bahwa penyebaran M. champaca meliputi India, Myanmar, Cina,
Bangladesh, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indoensia (Sosef, et al.,1998;
Clifford, 2010). Penyebarannya di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Sunda Kecil (Sosef, et al.,1998;
Buharman et al.,2002). Di Sumatera Selatan cempaka jenis ini merupakan
jenis pohon penghasil kayu penting yang bernilai ekonomis (Lukman, 2011).
M. champaca merupakan jenis pohon yang berukuran sedang sampai besar
dengan tinggi hingga 50 m, batang lurus, silindris dengan diameter hingga
200 cm, kulit batang halus berwarna putih kelabu dengan tajuk agak jarang
dan melebar. Berbunga dan berbuah sepanjang tahun dengan penyerbukan
dilakukan oleh kumbang dan serangga lainnya (Buharman et.al., 2002;
Cliford dan Kobayashi, 2010). Buah masak berwarna merah. Percabangan
melingkar, daun tunggal, bentuk dasar daun elips, duduk daun bersilangan,
percabangan tunas baru muncul dari ketiak daun, permukaan daun muda
berbulu, daun tua tidak berbulu. Daun muda berbulu halus sampai pada
tangkai daun, pangkal daun meruncing, ujung daun runcing (acute), tepi
daun rata, pertulangan daun menyirip. Bunga soliter dan aksiler.
Perigonium berwarna kuning tersusun dari 12-17 tepal yang terpisah satu
sama lainnya. Andresium terdiri dari 47-53 stamen yang tersusun spiral
pada bagian basal sumbu bunga. Stamen bertipe lamear dengan antera
melekat pada bagian adaksial dengan filament yang tidak tampak jelas.
Serbuk sari monokolpat. Ginesium apokarp yang terdiri dari 40-51 pistil,
setiap pistil merupakan unikarkel dan unilokularis. Plasentasi marginal dan
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
73
ovarium superior. Pistil tersusun spiral pada ginofor. Gambar bagian-bagian
bunga M. champaca ditampilkan pada gambar 6.
(Sumber : Adnyana, 1998)
Gambar 6. Bagian-bagian bunga cempaka (Michelia champaca L.)
Secara ekologis M. champaca tumbuh tersebar di hutan hujan
dataran rendah hingga pegunungan sampai ketinggian 2.100 mdpl, dengan
suhu maksimum 35-400C dan suhu minimum 3-100C (Sosef et.al., 1998).
M. champaca memiliki beberapa nama daerah di Indonesia seperti
cempaka kuning, cempaka koneng, campaga, jeumpa, kepaka, sampakak,
bambang atau medang bambang (Indriani, 2010; Lukman, 211). Cempaka
jenis ini tumbuh pada ketinggian 921 mdpl di kawasan wisata Watu
Pinabetengan, Kawangkoan. Penyebarannya di Sulawesi Utara : meliputi
Manado; Tomohon dan Kawangkoan (Minahasa).
Keterangan :
(a) Kuncup bunga
(b) Penampang longitudinal pistil
(c) Stamen bagian adaxial
(d) Perigonium dan stamen telah gugur
(e) Bunga, sebagian tepal dilepas
(St)=stipula
(Ps)=Pistil sederhana (apokarp)
(Bs)=Berkas stamen
(Bt)=Berkas tepal
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
74 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
Gambar 7. Michelia champaca L.
Berdasarkan uraian jenis Cempaka yang ditemukan tersebut, hasil
rekapitulasi ciri morfologi masing-masing jenis dapat dilihat pada tabel 1.
Keterangan : (A) Bentuk daun (b) Permukaan batang (c) Bunga
(A) Bentuk daun
(B) Bentuk permukaan batang;
(C) Bentuk bunga
Studi Keragaman Jenis Cempaka…..
Julianus Kinho dan Arif Irawan
75
Tabel 1. Perbandingan karakter morfologi jenis-jenis cempaka yang ditemukan di Sulawesi Utara
Karakter Morfologi
Jenis Cempaka
Elmerrillia
celebica
Dandy.
Elmerrilia
ovalis (Miq.)
Dandy.
Elmerrillia
tsiampacca
(L.) Dandy.
Magnolia
elegans
(Blume.) H.Keng
Magnolia
candollei (Blume)
H.Keng
Michelia champaca
L.
Bentuk Batang
Batang coklat
bertotol putih,
kulit batang
terkelupas
Batang
berwarna
hitam keabu-
abuan dengan
bercak-bercak
putih yang
tersebar
merata
Batang tidak
bergetah,
pepagan
dalam
berwarna
coklat
kekuningan,
tidak
berbanir,
silindris dan
berlentisel
Batang silindris,
kulit batang
berlekah,
pepagan keras
berwarna coklat
tua kemerahan
Batang mulus,
berlentisel,
berwarna coklat
kehitaman dengan
corak putih
Batang lurus,
silindris dengan
diameter hingga 200
cm, kulit batang
halus berwarna
putih kelabu
Daun
Berbentuk
lansat,
permukaan
Pangkal dan
ujung daun
meruncing,
Pangkal dan
ujung daun
meruncing,
Permukaan
daun licin,
belakang daun
Permukaan daun
licin, mengkilap,
pangkal daun
Permukaan daun
muda berbulu, daun
tua tidak berbulu.
76 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
berwarna hijau
tua, belakang
daun berbulu
coklat halus,
ujung daun
lancip, dasar
membulat,
dan pinggiran
rata
permukaan
daun muda
berbulu halus
berwarna
keperakan
tepi daun
rata,
permukaan
daun hijau
tua, licin
mengkilap
licin mengkilap,
bentuk dasar
daun melancip,
tepi daun rata,
pangkal daun
meruncing
meruncing, ujung
daun meruncing,
tulang daun
timbul pada
belakang daun
Daun muda berbulu
halus sampai pada
tangkai daun,
pangkal daun
meruncing, ujung
daun runcing
(acute), tepi daun
rata, pertulangan
daun menyirip.
Buah
Berbentuk
buni
Berbentuk
buni
Berbentuk
bulat telur,
pemukaan
buah
bersisik.
Bebentuk bulat
berwarna hijau
kecoklatan
Berbentuk bulat,
permukaan buah
berduri tidak
tajam, berbentuk
seperti cakar
burung elang
Buah soliter dan
aksiler. Buah masak
Studi Keragaman Jenis Cempaka…….
Julianus Kinho dan Arif Irawan
77
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi keragaman jenis cempaka di Sulawesi Utara
berdasarkan karakteristik morfologinya, diketahui terdapat 6 (enam) jenis
cempaka yang berasal dari 3 (tiga) genus yaitu Elmerrillia, Magnolia, dan
Michelia. Jenis-jenis tersebut adalah Elmerrillia celebica Dandy., Elmerrilia
ovalis (Miq.) Dandy., Elmerrillia tsiampacca (L.) Dandy., Magnolia elegans
(Blume.) H.Keng, Magnolia candollei (Blume) H.Keng dan Michelia
champaca L.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, P.B. 1998. Studi Tentang Morfologi Perkembangan Bunga dan
Struktur Kayu Cempaka (Michelia champaca L.)
Adam J.H. and Abdul Manap M., 2002. A Preliminary Study on the Diversity
of Magnoliaceae from Mt. Kinabalu Area in Sabah, Malaysia.
Proceedings of the Regional Symposium on Environment and
Natural Resources 0-11 th April 2002, Hotel Renaissance Kuala
Lumpur, Malaysia. Vol 1: 445-449
Anonim, 2010. Michelia champaca.
http://www.worldagroforestry.org/treedb2/AFTPDES/Michelia_cha
mpaca.pdf. Diakses 27 Januari 2012.
Clifford,P. Dan K. Kobayashi. 2010. Non-invasive Landscape Plants with
Fragrant Flowers. Ornamental and Flowers. Feb. 2010 OF-46.
College of Tropical Agriculture and Human Resources. University of
Hawai’i. Manoa.
Cronguist, A.1981. An Integrated System of Clasification of Flowering Plant.
New York : Columbia Univ. Press
Indriani, D.V. 2010. Michelia champaca.
http:/www.toiusd.multiply.com/journal/item/167/Michelia_champ
aca. Diakses 27 Januari 2012.
78 | Ekspose Hasil Litbang BPK Manado Tahun 2011
Langi,Y.A.R. 2007. Model Penduga Biomassa Dan Karbon Pada Tegakan
Hutan Rakyat Cempaka (Elmerrillia ovalis) dan Wasian (Elmerrrillia
celebica) di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Thesis Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lemmens,R.H.M.J.,Soerianegara,I., and Wong,W.C. (Editors). 1995. Plant
resources of south East Asia No.5 (2). Timber Trees: Minor
Commercial Timber. Prossea Foundation, Bogor, Indonesia.
Loveless, A.R. 1983. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis
2. Terjemahan. Jakarta : Gramedia.
Lukman, A.H. 2011. Sebaran, Potensi dan Penggelolaan Michelia champaca
L. Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi
Strategi Konservasi Jenis-Jenis Pohon Yang Terancam Punah (Ulin,
Eboni dan Michelia). Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi
Badan Litbang Kehutanan Bekerjasama dengan ITTO. CV. Biografika
Bogor
Meijer, W. 1968. Botanical Bulletin Herbarium, Forest Department,
Sandakan, Sabah,East Malaysia No. 11: 2-19.
Nooteboom, H.P. 1985. Notes on the Magnoliaceae with a revision of
Pachylarnax and Elmerrillia and the Malesian species of Manglietia
and Michelia. Blumea 31: 65-121.
Nooteboom, H.P. 1987. Notes on the Magnoliaceae II. Revision of Magnolia
section Maingola (Malesian species) Aromadendron and Blumiana.
Blumea 32: 343-382.
Sosef, M.S.M, L.T Hong dan S. Prawirohatmodjo. 1998. Plant Resources of
South-East Asia. No. 5 (3). Timber trees: Lesser-known timbers.
Backhuys Publisher. Leiden.
Tjitrosoepomo,G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
... In response to the high demand for Magnolia wood, local communities started to plant Magnolia species [17,18]. Today, the Minahasa district is known to have the largest community plantation forest containing Magnolia species among the areas in Sulawesi [15,19,20]. ...
... The following Magnolia species [5,19] are known to exist in North Sulawesi: Magnolia tsiampacca, M. tsiampacca var. tsiampacca, M. vrieseana, M. lilliifera, M. champaca, and M. candollei. ...
... The following Magnolia species [5,19] [12], is the most common species in the study areas. Even though it is challenging to distinguish all species in the field, M. sulawesiana can be easily differentiated by its golden leaf color. ...
Article
Full-text available
Based on habitat preferences, in this study, we investigated the spatial distribution of the Magnolia genus in the northern part of Sulawesi. Habitat characteristics, especially temperature, precipitation, and topography, were determined using spatial analysis. The temperature and precipitation datasets were obtained from WorldClim BIO Variables V1, and topographical data were obtained from the Google Earth Engine. Data collection began in 2008–2009 and was completed in 2019–2020. In total, we analyzed 786 waypoints. The genus distribution was then predicted based on the most suitable habitat characteristics and mapped spatially. This study confirmed that Magnolia spp. distribution is affected by the annual temperature range, precipitation seasonality, and elevation. We discovered endemic and endangered species, Magnolia sulawesiana Brambach, Noot., and Culmsee, that were previously distributed exclusively in the central part of Sulawesi. Five waypoints of the endemic species were found in the conservation area of the Gunung Ambang Nature Reserve and on the border of Bogani Nani Wartabone Nation Park. In general, M. sulawesiana is distributed at higher elevations than other Magnolia species. This study provides a scientific basis for forest officers to develop in-situ and ex-situ conservation strategies and landscape protection measures to maintain the sustainable use of the genus, especially the sustainability of endemic species.
... Kayu ini oleh masyarakat lokal di Sulawesi banyak digunakan sebagai bahan mebel, bahan konstruksi rumah (papan, balok, lantai, kusen, pintu dan jendela). Secara tradisional, kayu ini dipergunakan untuk rumah panggung yang tidak dapat digantikan dengan kayu lainnya (Kinho & Irawan, 2011). Merna (2022) menjelaskan bunganya berpotensi untuk kesehatan, antara lain, mengatasi radang gusi (gusi bengkak sampai gusi berdarah), meredakan rasa cemas, gelisah, dan juga nervous, menjaga kadar gula darah, mengatasi vertigo, meredakan batuk berdahak, mengatasi penyakit pada saluran pernapasan, mengatasi keputihan, menjaga berat badan dan meringankan gejala menopause. ...
Book
Kemajuan teknologi di bidang farmakologi tidak hanya menguatkan dominasi obat modern yang berbasis bahan kimia anorganik, back to nature dengan pengobatan herbal selama dua dekade terakhir telah menguat, bahkan di beberapa negara maju, tingkat okupansi rumah sakit berbasis pengobatan herbal sudah mencapai 70 persen. Pengobatan herbal tentunya membutuhkan proses lebih lama bagi pasien untuk mencapai kesembuhan dari penyakitnya, selain itu pengobatan herbal dari sisi finansial juga lebih mahal dibanding pengobatan modern. Namun kondisi sosial-ekonomi masyarakat di zaman modern seperti sekarang telah bergeser, masyarakat golongan tertentu lebih menyukai pengobatan herbal daripada pengobatan modern. Indonesia dengan potensi lebih dari 30.000 jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plant) tentunya menyimpan beragam potensi akan resep pengobatan tradisional yang menggunakan tumbuhan. Resep pengobatan tradisional yang sudah dipraktikkan oleh nenek moyang kita tentunya perlu untuk terus digali, di saintifikasi, dan dikelola dengan baik sumber daya tumbuhan maupun budayanya. Buku Keanekaragaman Tumbuhan Berguna di Kawasan Hutan Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango–Jawa Barat memberikan bukti nyata upaya pendokumentasian pengetahuan etnobotani sekaligus bahan baku tumbuhannya. Upaya ini tentunya harus diiringi dengan program konkret pengelolaan tumbuhan dan pengetahuan lokal yang berkelanjutan. Sekitar 100 jenis tumbuhan berguna dari kawasan Bodogol telah teridentifikasi. Tidak sedikit tumbuhan berguna tersebut memiliki nilai ekonomi dan berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat setempat dan mengurangi kegiatan ekstraktivisme di kawasan hutan penyangga. Buku ini menyajikan keanekaragaman tumbuhan berguna sebagai acuan rekomendasi dan dapat diaplikasikan untuk mendukung lestarinya kawasan hutan penyangga, kearifan dan pengetahuan masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumber daya tumbuhan berkelanjutan. Antara lain sebagai bahan pangan, sandang, obat, bangunan, kayu bakar, pewarna, anyaman, dan lain sebagainya. Selain itu, buku ini pun menyajikan informasi tentang komponen senyawa kimia tumbuhan tersebut, sedangkan penomoran jenis tumbuhan berdasarkan alfabet nama jenis. Aneka ragam jenis tumbuhan bermanfaat yang disertai dengan nama ilmiah, nama lokal, distribusi jenis, pertelaan jenis, pemanfaatan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat maupun potensi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di luar kawasan Bodogol.
... Within Indonesia it is distributed in Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and the Lesser Sunda Islands (Sosef, Hong, Prawirohatmodjo, 1998). The species produces timber for construction, furniture and plywood (Lukman, 2011;Kimho & Irawan, 2011) and various parts of the plant possess anti-inflammatory, antimicrobial, antioxidant and antimicrobial activities (Kumar, Kumar, Shashidhara, Anitha, & Manjula, 2011). In several areas such as South Sumatra and North Sulawesi, M. champaca is an important tree for cultivation. ...
Article
Full-text available
Gamma irradiation of seeds is known as an important factor in stimulating biochemical and physiological processes. This paper investigates the effect of seed irradiation on the seed germination, storability, and seedling growth traits of Magnolia champaca. Seeds were irradiated with 0, 5, 10, 15, 20, 40, 60, 80 and 100 Gy by Cobalt-60. The treated seeds were grouped into three lots, namely germination test, storage test and seedling growth characteristics. Observations were made for seed germination percentage, germination index, mean germination time, germination value and growth traits such as height, collar diameter, number of leaves, root length, and dry weight. Results showed that irradiation at a dose of 30 Gy was close to LD50, and irradiation at doses of 80 Gy and higher caused lethal effect. The maximum increase of germination parameters on irradiated seed was recorded at a dose of 10 Gy, and then it decreased. Growth rate in terms of seedling height, collar diameter, number of leaves, and dry weight have also increased in gamma irradiation doses up to 80 Gy, but the dose of 10 Gy resulted in survival and growth that was more stable and gave the highest values for most of the parameters. Hence, lower dose (10 Gy) of irradiation treatment can be used to increase seed germination, storability and seedling growth of M. champaca.
Article
1 Hawaii Invasive Species Council, 2 CTAHR Department of Tropical Plant and Soil Sciences W eeds are not friends to my garden. They cause more work and displace the flowers or vegetables that I am trying to grow. But I do understand that in our multicultural world, a weed to one person may be a medicine, food, or ornamental to another. Plants have many uses to humans; that is why we transport them with us as we traverse the planet. In Hawai'i, many of the native plants are endemic— they are not found anywhere else in the world. This rarity has made them vulnerable to impacts from non-native species. Some of the plants introduced here from other regions become weeds and displace the native plants. While invasive weeds may cause trouble in my garden, they create havoc in Hawai'i's delicate native ecosystems. Hawai'i's natural ecosystems have one of the worst weed problems in the world. To help understand and cope with this problem, scientists developed a system, the Hawaii-Pacific Weed Risk Assessment (HPWRA), which can predict a plant's ability to become a weed here. This system is based on the plant's biological and ecological characteristics (its natural history, performance in its na-tive environment, and behavior in other parts of the world). By considering the information the system has assembled, we can predict how the decision to plant a particular plant may affect the native Hawaiian environment. Preventing invasive species from becoming estab-lished in Hawai'i is the most economically and envi-ronmentally efficient method of dealing with unwanted weeds. The plants in this publication have been screened by the HPWRA. They are considered to be of low risk for invasiveness to Hawaii's agricultural systems and native environments. For more information on the HPWRA, visit www.hear.org/wra. To have a plant screened by one of the Hawaii Inva-sive Species Council's weed risk assessment specialists, Characteristics of invasive plants Many of the attributes that we appreciate in our garden and landscape plants contribute to their ability to invade natural and agricultural ecosystems. These include • rapid growth • early maturity • heavy seed production • vegetative reproduction (i.e., pieces of roots, stems, or leaves can break off and grow into new plants; this can happen when green waste or plant trimmings are discarded) • tolerance of dense shade (conferring ability to spread into the understory of native forests) • having non-specific pollinators • having a "seed bank" (i.e., seeds last for a long time in the soil and may germinate many years later, or they can accidentally be moved around with the soil). How to use this resource This document gives a brief outline of the characteristics of seven plant species with fragrant flowers. Because of their low risk of invasiveness, they are suitable for planting in Hawai'i landscapes. Resources for in-depth information on plant care are included in the references section. The HPWRA is a predictive tool based on current knowledge about a plant species. The system correctly classifies 80–85% of non-pest (low-risk) spe-cies. If one of the species described in this publication starts to exhibit invasive characteristics, please contact hpwra@hear.org.
Non-invasive Landscape Plants with Fragrant Flowers. Ornamental and Flowers. Feb. 2010 OF-46. College of Tropical Agriculture and Human Resources
  • P Clifford
  • K Dan
  • Kobayashi
Clifford,P. Dan K. Kobayashi. 2010. Non-invasive Landscape Plants with Fragrant Flowers. Ornamental and Flowers. Feb. 2010 OF-46. College of Tropical Agriculture and Human Resources. University of Hawai'i. Manoa.
Model Penduga Biomassa Dan Karbon Pada Tegakan Hutan Rakyat Cempaka (Elmerrillia ovalis) dan Wasian (Elmerrrillia celebica) di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Thesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
  • Y A R Langi
Langi,Y.A.R. 2007. Model Penduga Biomassa Dan Karbon Pada Tegakan Hutan Rakyat Cempaka (Elmerrillia ovalis) dan Wasian (Elmerrrillia celebica) di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Thesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Plant resources of south Timber Trees
  • R H M J Lemmens
  • I Soerianegara
  • W C Wong
Lemmens,R.H.M.J.,Soerianegara,I., and Wong,W.C. (Editors). 1995. Plant resources of south East Asia No.5 (2). Timber Trees: Minor Commercial Timber. Prossea Foundation, Bogor, Indonesia.
Notes on the Magnoliaceae with a revision of Pachylarnax and Elmerrillia and the Malesian species of Manglietia and Michelia
  • H P Nooteboom
Nooteboom, H.P. 1985. Notes on the Magnoliaceae with a revision of Pachylarnax and Elmerrillia and the Malesian species of Manglietia and Michelia. Blumea 31: 65-121.
Utara berdasarkan karakteristik morfologinya, diketahui terdapat 6 (enam) jenis cempaka yang berasal dari 3 (tiga) genus yaitu Elmerrillia, Magnolia, dan Michelia. Jenis-jenis tersebut adalah Elmerrillia celebica Dandy
  • Iv Kesimpulan Berdasarkan Hasil Studi Keragaman Jenis Cempaka Di Sulawesi
IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi keragaman jenis cempaka di Sulawesi Utara berdasarkan karakteristik morfologinya, diketahui terdapat 6 (enam) jenis cempaka yang berasal dari 3 (tiga) genus yaitu Elmerrillia, Magnolia, dan Michelia. Jenis-jenis tersebut adalah Elmerrillia celebica Dandy., Elmerrilia ovalis (Miq.) Dandy., Elmerrillia tsiampacca (L.) Dandy., Magnolia elegans (Blume.) H.Keng, Magnolia candollei (Blume) H.Keng dan Michelia champaca L.
A Preliminary Study on the Diversity of Magnoliaceae from Mt Kinabalu Area in Sabah, Malaysia
  • J H Adam
  • Abdul Manap
Adam J.H. and Abdul Manap M., 2002. A Preliminary Study on the Diversity of Magnoliaceae from Mt. Kinabalu Area in Sabah, Malaysia. Proceedings of the Regional Symposium on Environment and Natural Resources 0-11 th April 2002, Hotel Renaissance Kuala Lumpur, Malaysia. Vol 1: 445-449