Conference PaperPDF Available

Menuju Kerangka Kerja Green IT: Green IT dari Empat Perspektif

Authors:
  • Kalbis Institute, Jakarta, Indonesia

Abstract

Dilatarbelakangi oleh kebutuhan global akan pentingnya pemakaian teknologi yang ramah lingkungan, maka bidang teknologi informasi, sebagai bagian dari teknologi dan ilmu pengetahuan, mempromosikan suatu bidang yang disebut Green IT. Melalui kajian literatur, makalah ini kemudian mengajukan suatu kerangka kerja (framework) Green IT yang melihat Green IT dari 4 perspektif, yaitu Dimensi Kerja, Tataran Area Kerja, Metode, dan Tindakan Praktis. Setiap tindakan praktis Green IT dapat bekerja dari tataran hardware, software, hingga tataran kebijakan, bekerja dengan berbagai metode, dengan mengubah nilai-nilai dari dimensi kerja. Diharapkan kerangka kerja awal ini dapat digunakan sebagai panduan dalam mewujudkan Green IT.
Menuju Kerangka Kerja Green IT: Green IT dari Empat Perspektif
Alfa Ryano Yohannis
Gedung Graha Kencana, lantai 10 K, Jl. Raya Perjuangan, Kebon Jeruk, Jakarta, Indonesia
PT Sterling Tulus Cemerlang
http://www.sterling-team.com
alfa.ryano@gmail.com
Abstrak
Dilatarbelakangi oleh kebutuhan global akan pentingnya pemakaian teknologi yang ramah
lingkungan, maka bidang teknologi informasi mempromosikan suatu bidang yang disebut
Green IT. Melalui kajian literatur, makalah ini mengajukan suatu kerangka kerja (framework)
Green IT yang memandang Green IT dari 4 perspektif, yaitu Dimensi Kerja, Tataran Area
Kerja, Metode, dan Aktor. Setiap tindakan praktis Green IT dapat bekerja di berbagai tataran
kerja dengan metode yang berbeda-beda untuk mempengaruhi nilai dari beragam dimensi
kerja. Diharapkan kerangka kerja awal ini dapat digunakan sebagai panduan dalam
mewujudkan Green IT yang utuh.
Kata Kunci: Green IT, kerangka kerja, metode, tataran area kerja, dimensi kerja, aktor,
perspektif
Pendahuluan
Seiring dengan tumbuhnya tekanan untuk melakukan
gerakan Hijau dan tuntutan bagi perusahaan untuk lebih
menghijaukan bisnisnya, permintaan teknologi
informasi dan komunisasi (ICT) yang ramah lingkungan
dan mendukung gerakan Hijau juga semakin tinggi. ICT
dianggap dapat memberikan kontribusi positif karena
dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja
perusahaan, proses produksi, dan layanan masyarakat.
Walaupun demikian, ICT juga berkontribusi besar pagi
pengerusakan lingkungan. Limbah dari proses produksi
produk ICT dan produk ICT yang tidak digunakan lagi
menjadi racun dan sampah bagi lingkungan. Atas dasar
ini, atas dasar ini Green IT lahir sebagai suatu bidang
studi dan terapan yang mencoba mengurangi atau
menghilangkan dampak negatif ICT terhadap
lingkungan.Tidak terbatas pada lingkup sendiri, Green
IT juga diharapkan dapat berkontribusi bagi penghijauan
bidang-bidang lainnya.
Makalah ini mencoba melihat Green IT dari 4 perspektif
sehingga Green IT dapat dipahami lebih utuh.
Pemahaman yang diperoleh kemudian dapat digunakan
sebagai pengetahuan, dan jika mungkin, digunakan
dalam menerapkan Green IT. Hasil dari empat
perspektif yang diajukan makalah ini diharapakan dapat
menjadi langkah awal bagi penyusunan kerangka kerja
pemahaman dan penerapan Green IT yang lebih utuh.
Kajian Terkait
Apakah Green IT itu? Green IT atau Green Computing
adalah studi dan penerapan dari perancangan,
manufaktur, penggunaan, dan pembuangan komputer,
server, dan subsistem terkait—seperti sistem monitor,
printer, media penyimpanan, dan komunikasi dan
jaringan—secara efisien dan efektif dengan meniadakan
atau meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan
[6]. Walaupun demikian, definisi tersebut dianggap
belum cukup. Dari sekedar menghijaukan bidang
disiplin sendiri (ICT), Tomlinson mengajukan bahwa
bidang ICT dapat memberi kontribusi bagi penghijauan
ekosistem [8]. Green IT lebih dari sekedar optimasi
hardware di ruang data center, tetapi juga optimasi
algoritma, proses bisnis, tata kelola, hingga perubahan
perilaku. Makalah ini berpendapat, bahwa, selain
berkontribusi bagi ekosistem (outward), ICT juga dapat
menerima kontribusi dari bidang lain (inward),
termasuk dari lingkungan hidup, bagi pembangunan
bidang ICT sendiri.
Sangat sedikit makalah atau penelitian yang membahas
model dan atau kerangka kerja Green IT. Namun,
sebagian besar membahas Green IT pada tataran praktis
dan bagaimana mengoptimalkan kerja ICT sehingga
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan; misal
going paperless, power management, dan optimasi
data centers. Beberapa framework implementasi Green
IT juga telah diajukan, misalnya Green IT Readiness [5]
dan beberapa framework Green IT, dari
www.adjugo.com dan www.GreenIT.net. Framework-
framework tersebut lebih menekankan pada penyusunan
strategi, kebijakan, dan proses implementasi Green IT
pada tingkat Enterprise tetapi kurang dari sisi
pemahaman komprehensif dari Green IT sendiri. Oleh
karena itu, diperlukan suatu kerangka kerja yang
melihat Green IT dari berbagai perspektif. Dengan
demikian, pelaku Green IT dapat melihat Green IT
secara utuh; tidak sekedar tindakan praktis tetapi juga
memiliki banyak sisi yang saling terkait.
Metodologi
Berdasarkan prinsip pertanyaan 5W1H yang digunakan
dalam Knowledge Visualization Framework [1] dan
Zachmam Framework [10], penelitian ini menggunakan
metode yang sama untuk menghasilkan pertanyaan-
pertanyaan panduan bagi penyusunan kerangka kerja
dalam memahami dan menerapkan Green IT. Empat
pertanyaan kemudian ditetapkan, yaitu:
1. Dimensi apa saja yang dipengaruhi dari
penggunaan ICT bagi kepentingan lingkungan?
(dimensi kerja)
2. Pada tataran apa saja Green IT bekerja? (tataran
area kerja)
3. Bagaimana Green IT bekerja? (metode)
4. Siapa saja yang terlibat dalam Green IT? (aktor)
Dengan menggunakan empat pertanyaan ini, empat
perspektif Green IT diperoleh dan model awal kerangka
kerja disusun sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.
Keempat perspektif tersebut dijelaskan pada bagian
selanjutnya.
Dimensi Kerja
Dimensi Kerja adalah besaran yang mana jika Green IT
dijalankan akan mengubah nilai dari besaran-besaran
tersebut. Besaran ini merupakan sesuatu yang
diupayakan diubah oleh Green IT untuk memberikan
dampak positif bagi lingkungan. Dimensi-dimensi ini
saling terhubung satu sama lain, di mana perubahan di
dimensi yang satu akan menjadikan peningkatan atau
pengurangan di dimensi lainnya. Dengan kata lain,
setiap solusi yang diberikan biasanya memiliki
kelemahan (drawbacks). Beberapa dari dimensi tersebut
antara lain, waktu, energi, biaya, dan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Waktu. Waktu adalah salah satu yang direduksi dari
perkembangan ICT. Dari waktu ke waktu kinerja
prosesor semakin cepat, memungkinkan set instruksi
komputasi dilakukan hanya sepersekian detik. Tetapi,
peningkatan kecepatan komputasi turut diikuti oleh
kebutuhan energi yang lebih besar. Contoh lain adalah
komunikasi yang dapat dilakukan dengan mudah hanya
dengan mengirim email, chat, atau pun telepon.
Penggunaan ICT mampu mereduksi waktu, biaya, dan
energi yang dibutuhkan jika berpergian menggunakan
transportasi untuk berkomunikasi secara langsung.
Kekurangannya adalah efek psikologi yang diperoleh
ketika bertatap muka secara langsung menjadi hilang.
Energi. Energi menjadi salah satu fokus utama dari
perkembangan teknologi informasi. Teknologi saat ini
berusahasa untuk mengefisienkan energi dan
mengkonservasinya sehingga kerja dapat terus terjaga.
Misalnya penggunaan baterei pada laptop memungkin
seseorang tetap bekerja tanpa terhubungan ke sumber
listrik utama, tetapi materi yang menyusun baterei agar
bekerja lebih fisien adalah logam-logam berat atau
bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan [7] [8].
Biaya. Produk-produk ICT yang efisien energi biasanya
lebih mahal dari produk-produk biasa karena dibuat
dengan teknologi ramah lingkungan yang biaya materi
dan produksinya lebih mahal [7]. Kecenderungannya,
biaya yang lebih mahal ini dijadikan alasan bagi
perusahaan untuk tidak menjalankan Green IT.
Perusahaan lebih melihat keuntungan yang diperoleh
secara finansial dibandingkan dampak yang diberikan
produk terhadap lingkungan.
Lingkungan. Cepatnya perkembangan teknologi dan
tuntutan industri membuat produksi barang-barang ICT
berlanjut setiap tahunnya, produk-produk yang dianggap
sudah usang, rusak, dan ketinggalan zaman akhirnya
dibuang dan menjadi limbah. Produk-produk ICT pada
umumnya mengandung materi-materi beracun, logam
berat, dan tidak bio-degradable yang pada pada
akhirnya akan mencemari lingkungan [8][9]. Belum lagi
penggunaan ICT yang tidak efisien energi akan
menghasilkan carbon footprint yang banyak. Untuk
mengurangi dampak negatif produk ICT terhadap
lingkungan tidaklah mudah karena membutuhkan biaya
besar dan sulitnya mengubah perilaku pengguna agar
menjadi pengguna yang arif lingkungan.
Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan, terlihat
bahwa ada tarik-menarik antara dimensi-dimensi kerja
Green IT. Masalahnya adalah bagaimana menempatkan
Gambar 1. Green IT dari empat perspektif.
Levels of
Working Area
Software
Business Process
Governance
Behavior
Hardware
Methods
Reuse
Recycle
Virtualization
Optimization
Reduce
Working
Dimensions
Energy
Cost
Environment
Others
Time
Others Measurement
Others
Stakeholders
Community
Enterprise
Government
ICT Field
Individual
Ecosystem
Others
Green IT
prioritas dengan bijak dan merekonsiliasi setiap
kebutuhan aktor sehingga diperoleh solusi ICT yang
ramah lingkungan, hemat energi dengan biaya yang
memadai, dan bekerja dengan kecepatan yang dapat
diterima. Kini dengan adanya tututan masyarakat global
untuk lebih memperhatikan masalah lingkungan, bidang
ICT perlu menempatkan dimensi dampak negatif
terhadap lingkungan sebagai salah satu pertimbangan
utama, dengan tetap memperhatikan dimensi-dimensi
lainnya sampai kepada tingkatan yang mendukung
kehidupan manusia.
Tataran Area Kerja
Green IT sebagai usaha praktis dalam menjawab
tanggung jawab lingkungan dapat bekerja pada tataran
area kerja (levels of working area) yang berbeda-beda.
Dari tataran efisiensi kinerja fisik (hardware), optimasi
algoritma (software), rekayasa ulang proses bisnis
(business flow), kebijakan dan aturan (governance),
hingga kepada pembentukan perilaku (behaviour).
Hardware. Pada tataran tataran hardware, upaya
dilakukan dengan memafaatkan natur fisik dari materi
dan lingkungan. Misalnya penggunaan air sebagai
pendingin dengan mengalirkan panas dari server ke laut,
danau, atau kolam. Contoh lain adalah pemanfaat materi
bio-degradable sebagai casing peralatan elektronik [4]
[7][9].
Software. Pada tataran software, semakin tinggi beban
komputasi maka semakin banyak energi yang
digunakan. Algoritma yang tidak optimal dapat
mengkonsumsi waktu yang pada gilirannya akan boros
energi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengoptimalkan algoritma komputasi sehingga
performa komputasi cukup untuk menanggung beban
komputasi dan juga hemat dalam penggunaan energi
[2].
Proses Bisnis. Pada tataran proses bisnis, optimasi
dapat dilakukan dengan melakukan rekayasa ulang
proses bisnis. Dengan dukungan ICT beberapa proses
dapat diotomasi, digabung, atau dihilangkan sehingga
dapat memotong biaya yang dikeluarkan untuk proses-
proses tersebut. Misalnya, nasabah tidak perlu lagi pergi
ke bank mengantri hanya untuk transfer rekening.
Cukup dengan penggunaan layanan e-banking melalui
internet di rumah atau kantor, renening dapat ditransfer.
Keuntungannya biaya transportasi dan kertas dapat
dikurangi [7].
Governance. Upaya Green IT juga dapat dilakukan
melalui Green Governance. Beberapa diantarannya
ialah dimulainya inisiatif dan penetapan penetapan
standard atau sertifikasi sehingga para vendor dintuntut
menghasilkan produk-produk ICT yang semakin ramah
lingkungan. Konsumen juga diuntungkan karena mereka
dapat memilih produk-produk ICT yang hemat energi
sehingga menurunkan biaya. Beberapa inisiatif dan
standard yang sudah berjalan adalah program Solving
the E-waste Problem (StEP) oleh PBB, Basel Action
Network (BAN), Basel Convention, Electronic Product
Environmental Assessment Tool (EPEAT), European
Union’s Waste Electrical and Electronic Equipment
(WEEE), Restriction of Hazardous Substances Directive
(RoHS), dan Environmental Protection Agency’s
(EPA’s) Energy Star Program [9].
Behavior. Bagian ini mungkin adalah bagian yang
tersulit karena yang diubah manusianya—perilakunya.
Seringkali ketika seseorang ingin berubah, ia harus
bebenturan dengan tuntutan budaya dan kebiasaan dari
institusi atau lingkungannya. Misalnya, keinginan
manusia untuk exist, up-to-date, dan diakui oleh
komunitasnya membuatnya sering membeli gadget
baru setiap tahun. Gadget yang lama tidak digunakan
lagi dan akhirnya menjadi sampah. Salah satu solusi
yang dapat ditawarkan adalah menghasilkan produk
yang memiliki umur hidup panjang, dapat dikostumasi,
dan upgradable sehingga dapat mengurangi laju
pertumbuhan sampah.
Solusi Green IT—misal penggunaan telecommuting dan
telepresence—seperti tidak berdaya ketika menghadapi
budaya dan institusi. Misalnya para akademisi dituntut
berpergian jauh mengikuti seminar internasional dan
nasional menghasilkan banyak carbon footprint dari
penggunaan transportasi udara, darat, atau laut [8].
Penggunaan telepresence tidak begitu saja dapat
diterapkan karena berbenturan dengan tuntuan budaya
dan institusi yang menghendaki akademisi dapat saling
bertemu dan berdiskusi secara langusng dalam suatu
seminar.
Metode
Kata metode identik dengan bagaimana kita melakukan
sesuatu atau bagaimana sesuatu bekerja. Lalu,
bagaimanakah Green IT bekerja? Dari kajian literatur
diperoleh bahwa Green IT berkerja dengan mengurangi
(reduce), guna ulang (reuse), daur ulang (recycle),
optimisasi (optimization), virtualisasi (virtualization),
pengukuran (measuring), memberikan informasi
(informing), dan memberikan pengetahuan (creating
knowledge).
1. Reduce berarti mengurangi penggunaan atau
mengurangi produksi material yang berbahaya bagi
lingkungan. Termasuk mengurangi jumlah produksi
agar tidak berlebihan (pemborosan) [3][4][7][9].
Contoh, mengurangi penggunaan kertas sebagai
dokumen tranksaksi dan menggantinya dengan
workflow systems.
2. Reuse atau guna ulang adalah upaya untuk
mengurangi pemborosan dengan menyediakan
produk yang didapat dipakai berulang-ulang atau
menggunakan ulang produk bekas atau yang telah
dipakai. Misal, di software development, terdapat
konsep reuse di mana kelas, objek, variable,
prosedur, fungsi, atau web service dapat digunakan
berulang-ulang, tidak perlu membuat yang baru
lagi, sehingga dapat mengurangi waktu
pengembangan software, penggunaan memori, dan
biaya [2].
3. Recycle atau daur ulang adalah hasil atau sisa-sisa
dari proses produksi dan pemakaian yang tidak
dapat digunakan lagi ditranformasi sehingga masih
memiliki nilai tambah untuk digunakan sebagai
bahan bagi proses produksi. Misalnya, piringan CD
atau DVD bekas didaur ulang, sehingga materi-
materi yang terkandung dapat digunakan lagi [4][7]
[9].
4. Optimisasi adalah bagaimana melakukan proses
sehingga nilai perbandingan antara keluaran dan
masukan dapat mencapai atau mendekati 100%.
Optimisasi dapat dilakukan melalui perbaikan
alogritma, pemilihan algoritma yang tepat sesuai
kebutuhan, dan pemilihan bahan penyusun
hardware yang memiliki efisiensi tinggi dan tahan
lama [2].
5. Virtualisasi adalah mengemulasi sistem komputasi
fisik dalam bentuk software. Virtualisasi
memungkinkan suatu server berjalan dalam server
lain sehingga tidak diperlukan perangkat keras
untuk menjalankannya. Cara ini adalah cara yang
paling efisien dalam melakukan penghematan
karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya
besar untuk membeli perangkat keras untuk setiap
server yang diperolehnya [3][4][7][9].
6. Informing adalah memberikan informasi kepada
pengguna sehingga dapat membuat keputusan yang
optimal. Seseorang yang well-informed dapat
bertindak lebih bijak, misalnya seseorang diberikan
informasi mengenari rute tercepat dari rumah ke
kantornya dengan memperhitungkan faktor waktu
dan kemacetan memungkinkan ia sampai ke tempat
tujuan lebih cepat, terhindar dari kemacetan, dan
mengurangi carbon footprint. Contoh lain, dengan
social rating system akan mengurangi tingkat
keselahan pembeli membeli barang yang tidak
sesuai keinginannya [8].
Masih banyak lagi metode lain yang dapat digunakan
untuk Green IT dan tidak disebutkan semuanya dalam
makalah ini.
Aktor
Yang dimaksud dengan aktor di sini adalah setiap pihak
yang terlibat atau menjadi pelaku atau objek dari Green
IT. Aktor dapat berupa individu, kelompok, hingga
masyarakat. Aktor dapat berupa vendor sebagai
produsen ICT, pelanggan sebagai pemakai ICT, atau pun
pemerintah sebagai regulator. Aktor pun dapat berupa
bidang ICT, bidang bisnis, bidang pemerintahan, dan
sebagainya sebagai bagian dari ekosistem. Oleh karena
itu, Green IT tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian
dari suatu ekosistem yang memiliki subsistem-subsitem
yang terkait satu sama lain (Gambar 4). Sesungguhnya,
ICT pun dapat dimanfaatkan untuk menghijaukan
bidang-bidang yang lain pula [8]. Juga, ICT dapat
memanfaat hasil-hasil penelitian dari bidang lain untuk
menbangun bidang ICT sendiri.
Gambar 2. Saling keterkaitan antara sistem
Green IT dengan sistem-sistem lainnya dalam
suatu ekosistem.
Dari dalam Green IT ke Luar
Contoh yang paling jelas bagaimana ICT dapat
berkontribusi bagi bidang lain adalah penggunaan data
mining untuk melakukan prediksi dan forecasting pada
bidang industri, pemerintahan, kesehatan, pendidikan,
dan lain-lain. Sebagai contoh, Data Mining—digunakan
sebagai bagian dari Business Intelligence—memberikan
informasi berupa prediksi, klasifikasi, dan forecasting
kepada penggunanya sehingga dengan informasi
tersebut penggunaanya dapat membuat keputusan yang
lebih bijak. Hasilnya pemborosan dapat ditekan.
Misalnya dengan pertimbangan forecasting angka
penjualan untuk tahun depan, bagian produksi dapat
mempersiapakan bahan baku, energi, dan tenaga kerja
yang dibutuhkan. Keuntungannya kelebihan produksi
dapat dikurangi sehingga produksi sampah atau limbah
juga dapat ditekan. Contoh lain, penggunaan Real Time
System pada Air Traffic Control memungkinkan
pengaturan jadwal ketibaan dan keberangkatan pesawat
terbang menuju titik optimal sehingga pesawat yang
akan medarat tidak perlu berlama-lama di udara. Ini
akan mengurangi jumlah bahan bakar yang digunakan.
Inilah beberapa contoh yang Green IT dapat berikan
bagi ekosistem, khususnya bagi lingkungan hidup.
Dari Luar ke dalam Green IT
Selain dapat memberikan kontrubusi bagi lingkungan
hidup, Green IT pun dapat belajar dari alam untuk
meningkatkan kualitasnya. Misalnya belajar dari lebah
pekerja yang mampu memilih jalur terpendek dari
bunga satu ke bunga lainnya. Lebah, walaupun kecil,
mampu memilih jalur terpendek, yaitu memecahkan
masalah Travelling Sales Man yang sering dihadapi
dibidang indutri, transportasi, ICT, dan lain-lain.
Dengan memahami bagaimana lebah memecahkan
masalah Travelling Sales Man, pengetahuan yang
diperoleh dapat dimanfaat bagaimana mendesain
jaringan dan routing tekelekomunikasi dan internet,
social networking dengan optimal.
Penutup
Makalah ini menyimpulkan bahwa Green IT dapat
dilihat dari berbagai perspektif. Dari perspektif dimensi
kerja, terdapat berbagai besaran terukur (waktu, energi,
biaya, dampak terhadap linkungan, dll) yang
diupayakan untuk ditingkatkan atau dikurangi dalam
mewujudkan Green IT. Dari perspektif tataran area
kerja, Green IT tidak hanya dilakukan di tataran
hardware saja, tetapi juga dapat dilaksanakan di tataran
software, tata kelola, proses bisnis, dan perubahan
perilaku penggunanya. Dari perspektif metode, Green
IT dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
mengurangi, guna ulang, daur ulang, virtualisasi,
optimasi, mengukur, dan bahkan dengan memberikan
informasi yang tepat dan cukup untuk membuat
sesorang memtuskan berperilaku lebih Hijau.
Mengupayakan Green IT yang berhasil guna bukanlah
perkara yang mudah. Green IT membutuhkan
keterlibatan dan dukungan dari berbagai pihak mulai
dari vendor, pemerintah, hingga pengguna, baik
individu, kelompok, maupun korporat. Terlebih lagi,
hambatan terbesar ada pada perilaku pengguna ICT itu
sendiri. Tetapi jika perilaku Hijau pengguna telah
terbentuk, faktor pengguna dapat menjadi faktor
penentu terbesar keberhasilan Green IT. Oleh karena
diperlukan penelitian dan kerja ekstensif, bagaimana
ICT berkontribusi bagi pembentukan perilaku
masyarakat yang ramah lingkungan. Teknologi dapat
mengubah perilaku penggunanya. Mengapa tidak
menggunakan teknologi untuk mengubah perilaku
individu, kelompok, dan masyarakat untuk berperilaku
lebih Hijau?
Daftar Pustaka
[1] Burkhard, R. A. (2005). Towards a Framework and
a Model for Knowledge Visualization: Synergies
Between Information and Knowledge Visualization.
Dalam Knowledge and Information Visualization
Searching for Synergies (Eds: Tergan, S. dan
Keller, T.) Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
[2] Gruber, R., Keller, V. (2010). HPC@GreenIT:
Green Hight Performance Computing Methods.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
[3] Lamb, J. (2009). The Greening of IT: How
Companies Can Make a Difference for the
Environment. IBM Press.
[4] Leonhard, W., dan Murray, K. (2009). Green Home
Computing For Dummies®. Wiley Publishing, Inc.
[5] Molla, M., dan Cooper, V., (2009). Green IT
Readiness: A Framework and Preliminary Proof of
Concept. Australasian Journal of Information
Systems. Volume 16 Number 2, 2009.
[6] Murugesan, S., (2008). Harnessing Green IT:
Principles and Practices. IEEE IT Professional,
January–February 2008, hal. 24-33.
[7] Poniatowski, M. (2010). Foundations of Green IT:
Consolidation, Virtualization, Efficiency, and ROI
in the Data Center. Prentice Hall. Pearson
Education, Inc.
[8] Tomlinson, B. (2010). Greening Throught IT:
Information Technology for Environmental
Sustainability. Massachusetts Institute of
Technology.
[9] Velte, T.J., Velte, A.T., Elsenpeter R. (2008). Green
IT: Reduce Your Information System’s
Environmental Impact While Adding to the Bottom
Line. McGraw-Hill.
[10] Zachman, J.A. (1987). A Framework for
Information System Architecture. IBM System
Journal Vol. 26, No. 3.
... When there is a delay in the IT adoption process, it is feared that it would have a negative impact on the sustainability of business processes in an organization [7][8][9]. Therefore, organizations must have good knowledge of the e-learning adoption [7] for IT empowerment, especially from the Green IT aspect [10][11][12][13][14]. Green IT is important since the current use of IT is increasing so it is expected that the use of IT can be managed efficiently and effectively. ...
... It is useful for eliminating or minimizing negative impacts on the environment. Green IT is expected to reduce carbon emissions and reduce global warming [10,[12][13][14]51]. Green IT in Indonesia has several obstacles, namely human resources, capital, and high investment [12,15,16]. ...
... It is useful for eliminating or minimizing negative impacts on the environment. Green IT is expected to reduce carbon emissions and reduce global warming [10,[12][13][14]51]. Green IT in Indonesia has several obstacles, namely human resources, capital, and high investment [12,15,16]. This condition is a formidable challenge as well as an obstacle for SMEs, the government, and the community to prepare and socialize the use of Green IT in the future. ...
Article
Green IT and online training have become the strategic themes in increasing Technology Innovation Performance for the creative industry in Indonesia. In the COVID-19 pandemic era, Green IT and online training became a strategic theme in improving Technology Innovation Performance. This study offers a moderating role of Green Life Style in testing and analyzing the effect of Green IT and online training. Respondent in this study is chosen by purposive sampling, namely the owners and managers of creative SMEs in Sleman, Special Region of Yogyakarta, Indonesia that is 156 SMEs. The data is collected by questionnaire and interview with SMEs that are considered as population representative. The statistical technique uses the Structural Equation Modelling with the Partial Least Square technique. The results prove the importance of Green IT and online training which have a partial impact on Technology Innovation Performance. Likewise, the green lifestyle is a strong moderator in seeing the effect of Green IT and online training on Technology Innovation Performance.
... The concept of Green ICT can be clarified with the Green ICT taxonomy [10]. Four dimensions can be used as a framework for understanding and implementing Green IT, namely: work dimensions (time, energy, cost, environment); work area level (hardware, software, business processes, governance, behaviour); methods (reduce, reuse, recycle, optimization, virtualization, informing); and actors/stakeholders [11]. The dimensions and measuring tools that universities can adopt to implement a Green Campus [9] are an inventory of all equipment, namely: 1) Desktop end user environment (Desktop, Laptop, Monitor, Thin Client, Printer, Multi-Functional Devices); 2) Telecommunications and networks (Routers, Wireless devices, Amplifiers); 3) Data center (Server, Storage Drive, Every telecommunications equipment placed in the data center, Change gear, Cooling, lighting and other facilities, Backup power supply) [13], [28], [30]. ...
... Ecological literacy often abbreviated as Eco-Literacy and also called environmental literacy [40], [41], is a term used by Fritjof Capra to describe the highest level of human awareness, namely respect for the environment (ecosystem). The level of eco-literacy is an achievement where someone is very aware of the importance of the environment, and the importance of protecting and caring for the earth, ecosystem, and nature as a place to live and develop life [11]. This concept is one of the preventive efforts to overcome spatial inequality through learning that raises awareness of the importance of the environment [18] [23]. ...
Article
Full-text available
G-Readiness is a framework used to measure or assess the readiness, ability of an organization to adopt and implement information and communication technology in a sustainable and environmentally friendly manner. This research aims to analyze the influences of digital literacy, technological literacy, and ecological literacy as predictors of attitudes toward ICT G-Readiness. Relational descriptive models are used to detect the presence and level of covariance. The participants in this research were 368 students. Exploratory and confirmatory factor analyses of the scale were conducted. The research hypothesis was tested using structural equation modeling. The research results show that digital literacy, technological literacy, and internet literacy simultaneously have a significant influence and explain students' attitudes towards ICT G-Readiness. Different suggestions have been developed based on research results.
Article
Full-text available
With increasing size and complexity of the implementations of information systems, it is necessary to use some logical construct (or architecture) for defining and controlling the interfaces and the integration of all of the components of the system. This paper defines information systems architecture by creating a descriptive framework from disciplines quite independent of information systems, then by analogy specifies information systems architecture based upon the neutral, objective framework. Also, some preliminary conclusions about the implications of the resultant descriptive framework are drawn. The discussion is limited to architecture and does not include a strategic planning methodology.
Article
Full-text available
With increasing size and complexity of the implementations of information systems, it is necessary to use some logical construct (or architecture) for defining and controlling the interfaces and the integration of all of the components of the system. This paper defines information systems architecture by creating a descriptive framework from disciplines quite independent of information systems, then by analogy specifies information systems architecture based upon the neutral, objective framework. Also, some preliminary conclusions about the implications of the resultant descriptive framework are drawn. The discussion is limited to architecture and does not include a strategic planning methodology.
Conference Paper
Full-text available
Abstract. This article presents synergies between the research areas information visualization and knowledge visualization from a knowledge management and a communication science perspective. It presents a first theoretical framework and a model for the new field of knowledge visualization. It describes guidelines and principles derived from our professional practice and previous research on how architects successfully use complementary visualizations to transfer and create knowledge among individuals from different social, cultural, and educational backgrounds. The findings and insights are important for researchers and practitioners in the fields of information visualization, knowledge visualization, knowledge management, information design, media didactics, instructional psychology, and communication sciences.
Article
Full-text available
Businesses are under increasing pressure from customers, competitors, regulators and community groups to implement sustainable business practices. Balancing economic and environmental performance to be green and competitive is therefore a key strategic issue. The information technology (IT) sector is one of the pioneer sectors which started working on the sustainable development model. However, it is only lately that researchers and organisations have begun to consider the role of IT, not only in contributing to a businesses environmental footprint but also in tackling climate change problems. Usually coined as, “Green Information Technology”, the role of IT in causing and resolving ecological sustainability, in maintaining low cost IT shops, in building green reputation capital and in supporting corporate green strategies has hardly been researched. This paper identifies four main areas of Green IT capability and describes the main pillars of a G-readiness framework to help organisations evaluate their maturity for Green IT. The utility of the framework is demonstrated through a desk-based research case study of seven organisations. The paper argues that just as e-readiness has been, and continues to be, a critical capability in the digital economy, G-readiness is an equally critical capability in the low carbon digital economy. Without a clear understanding of G-readiness, organisations would approach Green IT initiatives on an ad hoc and somewhat reactive basis, which is undesirable.
Article
Full-text available
In addition to moving itself in a greener direction and leveraging other environmental initiatives, IT could help create green awareness among IT professionals, businesses, and the general public by assisting in building communities, engaging groups in participatory decisions, and supporting education and green advocacy campaigns. Along these lines, tools such as environmental Web portals, blogs, wikis, and interactive simulations of the environmental impact of an activity could offer assistance. Green IT is an economic, as well as an environmental, imperative. Greening IT is and will continue to be a necessity, not an option. Green IT represents a dramatic change in priority in the IT industry. So far, the industry has been focusing on IT equipment processing power and associated equipment spending. It's not been concerned with other requirements such as power, cooling, and data center space. However, going forward, the IT industry will need to deal with all of the infrastructure requirements and the environmental impact of IT and its use. The challenges of green IT are immense; however, recent developments indicate that the IT industry has the will and conviction to tackle our environmental issues head-on. The IT sector and users must develop a positive attitude toward addressing environmental concerns and adopt forward-looking, green-friendly policies and practices.
Book
See: http://www.amazon.com/Greening-Companies-Make-Difference-Environment/dp/0137150830 "The Greening of IT: How Companies Can Make a Difference for the Environment" How IT Can Drive Immense Business Value by “Going Green" For CEOs, CIOs, CFOs, and IT leaders: The green IT business case and best practices for making it happen Timely help for companies facing rising energy costs, new government rules, and growing public concern Powerful new insights from IBM's breakthrough $1 billion green computing initiative Chances are your enterprise IT organization has a significant carbon footprint. In an era of unpredictable energy costs, reducing energy usage throughout your data centers and IT infrastructure represents a powerful cost-cutting opportunity. Now, a top green IT expert shows business and IT leaders how to drive powerful business value by improving IT's environmental performance. Drawing on leading-edge experience, John Lamb helps you realistically assess the business case for green IT, set priorities, and overcome the internal and external challenges to making it work. He offers proven solutions for issues ranging from organizational obstacles to executive motivation and discusses crucial issues ranging from utility rate incentives to metrics. Along the way, you'll discover energy-saving opportunities—from virtualization and consolidation to cloud and grid computing—and solutions that will improve business flexibility as they reduce environmental impact. Lamb presents case studies, checklists, and more—all the practical guidance you need to drive maximum bottom-line value from your green IT initiative. Preface xxiii Acknowledgments xxix About the Author xxxiii Chapter 1: The Importance of Green IT 1 Chapter 2: The Basics of Green IT 15 Chapter 3: Collaboration Is Key for Green IT 39 Chapter 4: The Government's Role-Regulation and EPA Activity 55 Chapter 5: The Magic of “Incentive-The Role of Electric Utilities 69 Chapter 6: A Most-Significant Step-“Virtualizing Your IT Systems 85 Chapter 7: The Need for Standard IT Energy-Use Metrics 109 Chapter 8: What About Chillers, Cooling Tower Fans, and All That Cooling Equipment Usually Ignored by IT? 129 Chapter 9: Green IT Case Studies for Energy Utilities 147 Chapter 10: Green IT Case Studies for Universities and a Large Company 157 Chapter 11: Worldwide Green IT Case Studies 183 Chapter 12: The Future of Green IT for Corporations 205 Appendix A: Green IT Checklist and Recommendations 215 Appendix B: Green IT and Cloud Computing 237 Appendix C: Comparison of Different Power-Generation Methods 251 Appendix D: Worldwide Electricity Costs for IT with Projections 281 Glossary 289 Bibliography 301 Index 305
Book
The authors present methods to reduce computer energy consumption by a better use of resources and by maximizing the efficiencies of applications. The processor frequency is adjusted to the needs of the running job, leading to a power drop in servers and PCs, and increasing battery life time of laptops. It is shown how computer resources can be optimally adapted to application needs, reducing job run time. The job-related data is stored and reused to help computer managers to stop old machines and to choose new ones better adapted to the application community.
Foundations of Green IT: Consolidation, Virtualization, Efficiency, and ROI in the Data Center
  • M Poniatowski
Poniatowski, M. (2010). Foundations of Green IT: Consolidation, Virtualization, Efficiency, and ROI in the Data Center. Prentice Hall. Pearson Education, Inc.