Content uploaded by Hery Purnobasuki
Author content
All content in this area was uploaded by Hery Purnobasuki
Content may be subject to copyright.
1
PROFIL MINYAK ATSIRI MAHKOTA BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.)
KULTIVAR LOKAL
Ribkahwati
1)*
, Hery Purnobasuki
2)
, Isnaeni
3)
dan Edy Setiti Wida Utami
2)
1)
Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
*ribkahwati_tanowidjaya@ymail.com
2)
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
3)
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Abstrak
Mawar (Rosa hybrida L.) merupakan tanaman suku Rosaceae dengan kandungan
minyak atsiri terkenal harum dan spesifik aromanya serta banyak dimanfaatkan di
industri khususnya parfum, selain juga sebagai antiseptik. Standar kualitas minyak
mawar selama ini ditetapkan berdasarkan kandungan geraniol dan citronellol,
masing-masing dengan kadar variatif menurut beberapa referensi. Kedua komponen
minyak atsiri tersebut berperanan penting dalam menentukan derajat aroma minyak
bunga mawar. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hubungan antara profil
kromatogram minyak atsiri mahkota bunga mawar lokal yang diambil di lima lokasi
Batu-Malang dengan spesifikasi karakteritik yang berbeda, terutama terkait
performance (warna, bentuk dan ukuran) serta aromanya. Produksi minyak atsiri
dilakukan dengan ekstraksi dingin mahkota bunga mawar segar yang telah mekar 80-
100% (berusia 3 minggu) menggunakan n-heksan, selanjutkan dianalisis dengan
kromatografi gas (KG)-spektrometri massa (SM). Profil kromatogram minyak atsiri
dibandingkan dengan minyak mawar yang beredar di pasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima jenis bunga mawar yang
dianalisis, hanya mawar kultivar lokal berwarna merah keunguan (di desa Sidorame)
yang menghasilkan Citronellol dan Geraniol masing-masing sebesar 21,07 % dan
0,18 % (dihitung terhadap seluruh komponen minyak atsiri yang terdeteksi),
beraroma relatif paling harum dibandingkan mawar yang lain. Kualitas minyak ini
relatif lebih baik dibandingkan minyak mawar dari pasar yang tidak mengandung
geraniol, walaupun kandungan citronelolnya relatif lebih tinggi (26,39%). Komponen
minyak atsiri dominan dari keduanya adalah senyawa fenileter, yaitu sebesar 89,98%
dan 65,53% masing-masing untuk bunga mawar dan minyak mawar.
Kata kunci : mahkota bunga mawar, kromatogram, minyak atsiri, geraniol
dan citronellol
2
PENDAHULUAN
Di Indonesia berkembang aneka jenis tanaman bunga mawar yang berasal dari
Belanda. Mawar yang berasal dari varietas hybride tea ini berkembang menyesuaikan
kondisi lingkungan Indonesia, sehingga mawar ini menjadi jenis mawar local. Mawar
ini memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah dengan
tingkat produktivitas tinggi yaitu ; 12 – 28 x 10
5
kuntum bunga/ha/tahun. Kelebihan
mawar ini terletak pada daya tahan bunganya yang lama dan warnanya menarik
(Ercisli, 2005).
Minyak atsiri mawar yang diekstrak dari bahan mahkota bunga berfungsi
menjaga kelembaban kulit dan membantu menyamarkan kerutan pada kulit. Efek
emosional minyak atsiri mawar adalah : menenangkan, mengurangi depresi, stress,
ketegangan, mengendorkan saraf dan membantu mengatasi masalah insomnia
(Yulianingsih, dkk., 2006). Manfaat minyak atsiri yang dihasilkan oleh mahkota
bunga mawar menurut Zheljazkov dan Konvatcheva (2011) sebagai aroma terapi
yang bersifat menenangkan, meningkatkan mood bila dicampur dengan minuman
seperti teh dan juga dapat digunakan sebagai antiseptik pembunuh jamur Candida
albican.
Mahkota bunga mawar menghasilkan minyak atsiri yang banyak digunakan di
berbagai industri parfum. Sebagian besar minyak atsiri mawar diproduksi di
Bulgaria, Marokko, Iran dan Turki. Tidak kurang dari 300 komponen kimia yang
ditemukan dalam minyak atsiri mawar di antaranya adalah citronellol, geraniol,
nerol, linalool, phenyl ethyl alcohol, farnesol, stearoptene, α-pinene, β-pinene, α-
terpinene, limonene, p-cymene, camphene, β-caryophyllene, neral, citronellyl
acetate, geranyl acetate, neryl acetate, eugenol, methyl eugenol, rose oxide, α-
damascenone, β-damascenone, benzaldehyde, benzyl alcohol, rhodinyl acetate,
phenyl ethyl formate. Kandungan minyak atsiri mawar yang sangat kecil dalam
bunga mawar menyebabkan harga minyak atsiri mawar sangat mahal hingga puluhan
juta rupiah per liter (Lavid, et al., 2002).
Kandungan Citronellol dan geraniol dalam tanaman mawar cukup penting
terutama sebagai bahan dasar parfum, aroma terapi ataupun bahan pewangi.
3
Keberadaannya secara konvensional diproduksi dari mahkota bunga mawar. Untuk
menghasilkan 3–5 mL minyak mawar diperlukan 10.000 kuntum bunga mawar segar.
Satu kilogram mahkota bunga mawar dapat berasal dari kurang lebih 600 kuntum
bunga, maka untuk 3–5 mL tersebut dibutuhkan 10.000 kuntum/600 kuntum = 16.666
kg mahkota bunga mawar (Kusumawardhani, dkk., 1992 dan Anonymous, 2009).
Pada saat ini, kebutuhan minyak mawar dunia sebanyak 70 % - 80 % dipenuhi
oleh pusat penyulingan mawar di Bulgaria, sedangkan sisanya dipenuhi oleh Iran dan
Jerman. Penyulingan minyak mawar di Bulgaria, Iran, dan Jerman menggunakan
mawar Damaskus Rosa damascena 'Trigintipetala,' sedangkan penyulingan di
Perancis menggunakan jenis Rosa centifolia. Penyulingan menghasilkan minyak
mawar dengan perbandingan 1/3.000 sampai 1/6.000 dari berat bunga, sehingga
dibutuhkan 3.000 gram bunga mawar untuk menghasilkan minyak mawar sebanyak 1
gram (Yulianingsih, dkk., 2006).
Penelitian Yulianingsih, dkk. (2006) menyatakan bahwa mawar merah lokal
Cipanas Jawa Barat mengandung citronellol 27,23 % dan geraniol 16,18 %. Hasil
penelitian Kusumawardani, dkk. (1992) menunjukan bahwa dalam 25 kg bunga
mawar merah yang diekstrak dengan heksan menghasilkan 0,17 % minyak mawar
yang mengandung 22,1% citronellol.
Penelitian ini ingin mengkaji kandungan minyak mawar lokal yang ada di
Indonesia, yang mampu nenghasilkan minyak mawar tinggi dan memenuhi GC–MS
standart mutu Mawar yang diteliti berasal dari lima lokasi di daerah Batu–Malang.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hubungan antara profil kromatogram
minyak atsiri mahkota bunga mawar lokal yang diambil di lima lokasi Batu-Malang
dengan spesifikasi karakteritik yang berbeda, terutama terkait performance (warna,
bentuk dan ukuran) serta aromanya.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di ruang praktek bioteknologi Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga Surabaya Januari 2013. Bunga Mawar yang digunakan adalah mahkota
bunga mawar (Rosa hybrida var. lokal) yang telah mekar 80-100% (3 minggu)
4
berasal dari 5 lokasi di Batu–Malang dengan spesifikasi bunga tersaji pada Gambar 1.
dan tabel 1.
Gambar 1. (1.) Mahkota bunga Mawar warna putih di desa Sisir Batu, (2.)
Mahkota bunga Mawar warna kuning di desa Sisir Batu; (3.)
Mahkota bunga Mawar warna merah di desa Punten Selekta, (4.)
Mahkota bunga Mawar warna merah muda di desa Punten Selekta
(5.) Mahkota bunga Mawar warna ungu di desa Sidorame Batu.
1
5
3
4
2
5
Tabel 1. Perbedaan karakteristik ke lima Mawar lokal
Varietas Mawar
Lokasi
Ciri khusus
Hybride Tea white
Desa Sisir Batu (1.)
Warna bunga putih
Hybride Tea yellow
Desa Sisir Batu (2.)
Warna bunga kuning
Hybride Tea red
Desa Punten Selekta (3)
Warna bunga merah
Hybride Tea rose
Desa Punten Selekta (4)
Warna bunga merah bunga
Hybride Tea purple
Desa Sidorame Batu (5)
Warna bunga ungu
Preparasi Sampel
Ditimbang 100 gr sampel mahkota bunga mawar dari masing-masing sampel
kelopak/mahkota bunga mawar dari berbagai lokasi masing–masing ditimbang,
kemudian direndam dalam n–Hexan dengan perbandingan 1 : 3 selama 24 Jam;
setelah disaring filtrat diuapkan dingin dengan rotovortek pada suhu kamar.
(Kusumawardhani, dkk., 1992; Amarsih, dkk.. 2006; Yulianingsih, dkk., 2006; dan
Anonymous, 2009).
Analisis Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)
Sampel hasil ekstraksi ditambah 5 mL n–Hexan, divortex selama + 3 menit,
disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Supernatan (fase hexan)
diambil dan diinjek untuk analisis GC–MS.
Kondisi GC–MS
Instrument
:
Agilent 6980N Net work GC system dengan
autosampler.
Detektor
:
Agilent 5973 inert MSD
Kolom
:
J & W Scientific, HP–55 % fenilmetilsiloksan 30 m,
0.32 mm, 0.25 μm
Inlet
:
Splitless, 280C
Oven
:
Terprogram; 100C(1mnt)-> 5C/mnt-> 290C (15mnt)
Flow dalam kolom
:
1,3 ml/menit (constant)
6
Aux
:
280C
MS Quad
:
150C
MS Source
:
230C
Scan Mode
:
40 – 700 amu
Solvent delay
:
2 Menit
Pustaka
:
Wiley versi 8.0
Volume Injeksi
:
5 uL
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis GCMS minyak atsiri terllihat pada Gambar 2., menunjukkan
bahwa ekstrak mahkota bunga mawar varietas lokal di lima lokasi daerah Batu –
Malang. Hasil pengamatan menunjukkan hanya pada lokasi 5 yang mengandung
Citronellol dan Geraniol.
Hasil kandungan pada mahkota mawar lokal 1 dan 2 di desa Sisir Batu tidak
terdapat kandungan yang sama dengan mnyak mawar. Sedangkan pada mahkota
bunga mawar lokal 3 dan 4 di desa Punten menghasilkan senyawa 2–phenylethyl
ester sebesar 0,83 % dan 2,64 % (dihitung terhadap seluruh komponen minyak atsiri
yang terdeteksi), sedangkan kandungan pada minyak mawar lebih tinggi 17,46 %.
Pada mawar lokal 4. menghasilkan senyawa : geranic acid (0,29 %) dan geranyl
acetone (0,06 %) yang tidak terdapat pada mawar lokal yang lain. Sedangkan pada
mawar lokal 5 mengandung lebih banyak senyawa yang sama dengan minyak mawar
(tabel 2.)
Tabel 2. menunjukan kandungan minyak atsiri pada mahkota bunga mawar
varietas lokal 5. (di daerah Selekta) lebih rendah dibandingkan kandungan pada
minyak mawar. Hasil kandungan minyak mawar menunjukan β.–Citronellol (26,39
%), Geranyl acetate (18.86 %), sedangkan kandungan minyak atsiri pada mahkota
bunga mawar varietas lokal 5. lebih rendah mengandung β-Citronellol dan Geraniol
masing-masing sebesar 21,07 % dan 0,18 % beraroma relatif paling harum
dibandingkan mawar yang lain. Kualitas minyak ini relatif lebih baik dibandingkan
7
Gambar 2. Kromatogram GC–MS Minyak Atsiri dari : (a.) minyak mawar yang
beredar di pasar dan (b.) Mahkota Bunga Mawar lokal batu–Malang
warna ungu
a.
b.
8
citronelolnya relatif lebih tinggi (26,39%). Komponen minyak atsiri yang dominan
dari keduanya adalah senyawa fenileter, yaitu sebesar 89,98% dan 65,53% masing-
masing untuk bunga mawar dan minyak mawar.
Menurut Shawl dan Adam (2009) kandungan minyak mawar Kashmir dan
Bulgarian mengandung citronellol (37,5% dan 40,6%) dan geraniol (30.2% dan
20,5%) sesuai dengan ISO 9842:2006. Kandungan minyak mawar di lima lokasi di
Batu–Malang berbeda beda. Perbedaan ini menurut Widyastuti dan Sugiarso (2003)
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Ketersediaan unsur hara bagi
tanaman mengakibatkan perbedaan hasil proses metabolisme tanaman.
Tabel 2. Perbandingan Hasil GCMS pada Minyak Mawar dan Mahkota Bunga
Mawar pada lokasi 5.
Waktu
retensi
Kandungan Minyak
mawar
Corr.
% max.
Waktu
retensi
Kandungan minyak atsiri
Mahkota mawar lokasi 5
Corr. %
max.
2.337
Benzaldehyde
1.71
2.293
Benzaldehyde
1.21
4.507
Phenylmethyl ester
47.30
4.276
Phenylmethyl ester
35.42
4.417
Phenylethyl alkohol
1.17
4.618
2–phenylethyl ester
1.72
5.710
2-phenylethyl ester
9.05
5.925
15.74
5.502
β. –Citronellol
26.39
5.234
β. –Citronellol
19.86
5.480
1.14
34.110
0.07
6.453
Geraniol
0.18
7.092
Cinnamyl alcohol
15.28
6.742
Cinnamyl alcohol
5.44
6.809
0.90
7.656
0.75
8.362
Geranyl acetate
18.86
8.080
Geranyl acetate
8.45
9.038
Phenyl ether
89.98
8.644
Phenyl ether
65.53
10.383
α.Isomethyl ionone
3.86
10.137
α.Isomethyl ionone
1.73
11.475
Methyl ionone
0.93
11.229
Methyl ionone
0.43
12.039
Guaiol
12.931
Guaiol
0.33
13.109
0.39
12.485
β.N Methyl ionone
3.40
12.240
β. N Methyl ionone
1.26
14.557
5–Azulenemethanol
6.36
14.364
5–Azulenemethanol
2.57
37.653
Trendione
0.30
37.230
Trendione
0.17
38.210
0.66
9
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian profil minyak atsiri mahkota bunga mawar yang
berasal dari lima lokasi di daearah Batu–Malang :
1. Mahkota bunga mawar lokal warna merah keunguan di desa Sidorame Batu–
Malang mengandung Citronellol dan Geraniol.
2. Kandungan Citronellol mawar lokal desa Sidorame 21,73 % lebih rendah
dibandingkan minyak mawar yang beredar di pasar sebesar 26,39 %.
3. Mawar lokal desa Sidorame mengandung Geraniol 0,18 %, yang tidak terdapat
pada minyak mawar yang beredar di pasar.
4. Komponen minyak atsiri yang dominan adalah senyawa fenileter.
5. Kandungan fenileter pada minyak mawar yang beredar di pasar 89,98 %
dedangkan pada mawar lokal desa Sidorame sebesar 65,53 %.
DAFTAR PUSTAKA
Amarsih, D., Yulianingsih dan Sabari S.D. 2006. Pengaruh Jenis dan Perbandingan
Pelarut Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar. J. Hort 16 (14) : 356 –
359.
Anonimus. 2009.Minyak Atsiri. Trubus Infokit. Vol. 07 : 72 – 73, 111 – 112, 147 –
161.
Ercisli, S. 2005. Rose (Rosa spp.) Germplasm Resources of Turkey. Department of
Horticulture 25240 Erzurum-Turkey. Genetic Resources and Crop Evolution
(2005) 52: 787–795.
Kusumawardhani, A.L., S. Sumarsono dan A.G. S. Murdwiwanti. 1992. Penerapan
Extractor Pembuatan Minyak Mawar bagi Pengrajin di Boyolali. Departemen
Perindustrian RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. No.
DP/Bd/BISm/1/1992. 10 – 29.
Lavid, N., J. Wang, M. Shalit, I. Guterman, E. Bar, T. Beuerle, N. Menda, Sharoni,
D. Zamir, Z. Adam, A. Vainstein, D. Weiss, E. Pichersky dan E. Levinsohn.
2002. O – Methyltransferases Involved in the Biosynthesis of Volatile Phenolic
Derivatives in Rose Petals. Plant Physiology. August 2002 Vol.12.
Shawl, A.S. dan R. Adams. 2009. Rose Oil in Kashmiri India. Perfumer and
Flavorist vol 34 : 2 – 5.
10
Widyastuti, Y. dan S. Sugiarso. 2003. Pengaruh Beberapa Tingkat Dosis Pupuk
Organik dan Tiga Jenis Tanah pada Pertumbuhan dan Kandungan Minyak
Atsiri Ketumbar (Coriandrum sativum L.). Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN
1412-2855 vol. 2, No. 3, Januari 2003
Yulianingsih, D. Amiarsih, R. Tahir dan Sabari S.D. 2006. Seleksi Jenis Bunga untuk
Produksi Mutu Minyak Mawar. Jurnal Hortikultura 16 (4) : 345 – 348.
Zheljazkov, V.D. dan N. Kovatcheva. 2011. Productivity, Oil Content, Composition
and Bioactivity of Oil-bearing Rose Accessions. HortScience Vol 46. No. 5 :
710
11