Selat Lombok adalah selat aktif pelayaran internasional. Selat Lombok banyak dilalui oleh kapal pengangkut, baik barang dan orang, sehingga potensi adanya kecelakaan laut cukup besar. Selain itu, dari segi ekologi, Selat Lombok juga mempunyai potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang cukup besar, beragam sumberdaya alam berbasis kegiatan dan jasa lingkungan seperti perikanan dan pariwisata bahari memberikan nilai estetika untuk dua wilayah provinsi yang terpisah secara administrasi, yaitu Bali dan Nusa Tenggara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Mengingat bahwa potensi kecelakaan dan pencemaran laut di wilayah Selat Lombok ini cukup besar, maka adalah keputusan yang bijaksana ketika nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan di Selat Lombok dipelajari dalam upaya untuk menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan.Sesuai dengan hasil identifikasi wilayah, dapat diperoleh bahwa jenis sumberdaya dan daerah sekitar Selat Lombok yang dapat dinilai adalah hutan mangrove, ekosistem terumbu karang, perairan, kawasan pantai, kawasan budidaya rumput laut, daerah ladang garam, dan area budidaya mutiara. Hasilnya menunjukkan nilai manfaat ekonomi dari ekosistem masing-masing dan daerah sekitar Selat Lombok adalah sebagai berikut: 1. Hutan mangrove sebesar Rp 50,643,919.98 per hektar; 2. Ekosistem terumbu karang sebesar Rp 289,445,874.70 per hektar; 3. Selat Lombok sebesar Rp 4,361,614.08 per hektar; 4. Kawasan pantai sebesar Rp 8,624,254,916.15 per hektar; 5. Areal budidaya rumput laut sebesar Rp 138,500,779.15 per hektar; 6. Areal ladang garam sebesar Rp 1,809,000.00 per hektar; 7. Areal budidaya mutiara sebesar Rp 9,138,742.73 per hektar.Secara keseluruhan nilai ekonomi total dari sumberdaya alam dan lingkungan di sekitar perairan Selat Lombok dapat diperkirakan sebesar Rp 5,583,044,289,996.98.Semua nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dihitung di perairan Selat Lombok adalah nilai ekonomi tahun berjalan, yaitu pada tahun 2011, sehingga sedapat mungkin perlu diperbarui hingga 5 tahun untuk mendapatkan gambaran nilai ekonomi total sumberdaya alam dan lingkungan di masa depan.Lombok Strait is a strait active international shipping. Lombok Strait lot traversed by vessels transporting both goods and people, so the potential is quite large marine accidents. Furthermore, in terms of ecology, the Lombok Strait also save natural resources and the environment is quite large, diverse natural resource-based activities and environmental services such as fisheries and marine tourism provide aesthetic value for two separate provincial administrative regions, Bali and West Nusa Tenggara Province in particular and Indonesia in general. Given that the potential for accidents and marine pollution in the region is large enough Lombok Strait, it is a wise decision when the economic value of resources and environment in the Straits of Lombok studied in an attempt to determine the environmental management policy.In accordance with the results of the identification of the region, it can be obtained that type of resource and the area around the Straits of Lombok which can be assessed is the mangrove forest, coral reef ecosystems, waters, coastal areas, seaweed farming area, the area of salt fields, and pearl cultivation area. The result shows the value of the economic benefit of each ecosystem and the area around the Straits of Lombok is as follows: 1. Mangrove forest at IDR 50,643,919.98 per hectare; 2. Coral reef ecosystems by IDR 289,445,874.70 per hectare; 3. Lombok Strait by IDR 4,361,614.08 per hectare; 4. Coastal areas of IDR 8,624,254,916.15 per hectare; 5. Seaweed cultivation area for IDR 138,500,779.15 per hectare; 6. The area of salt fields of IDR 1,809,000.00 per hectare; 7. Pearl cultivation area for IDR 9,138,742.73 per hectare.Overall the total economic value of natural resources and the environment in the surrounding waters of the Lombok Strait can be estimated by IDR 5,583,044,289,996.98.All the values are calculated, both per total economic value of ecosystems and natural resources, and the Straits of Lombok is the economic value of the current year, i.e. in 2011, so that wherever possible can be updated up to 5 years to get a picture of the total economic value of natural resources and environmental in the future.