ArticlePDF Available

Nilai Ekonomi Sumberdaya Rumput Laut Alam (An Economic Value of the Natural Seaweed Resources)

Authors:

Abstract

The availability of sea weed at the coastal area was used by the community as a commodity that could be used to earn money. Beside income for the community, sea weed also have ecological benefit that its value could be moneterized. Economic resources valuation is an approach to value the resources, including sea weed. The befenit values of natural sea weed consist of use value that could be estimated by the technique of effect on production (EOP), otherwise non use value could be estimated by the technique of contingent valuation method (CVM). The objective of this paper is valuing economic resources of the natural sea weed at the Ujung Kulon coastal using an approach of resource economic valuation.The result of this study show that the use value of the natural sea weed at the Ujung Kulon coastal is Rp.66.685.861,22 per year or Rp.19.053.103,21 per hectare per year. The non use value can be calculated Rp.263.086.105,98 per year or Rp.75.167.458,85 per hectare per year. Knowing net present value and net cost-benefit ratio could be used extended cost benefit analysis. The result show that using the scenario of 25 year and discount rate 6 percent, NPV of this resources is Rp.86.392.873,63 per hectare per year and Net BCR is 84,99.
Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1678973
1
NILAI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT ALAM
DI PESISIR UJUNG KULON BANTEN
Oleh:
YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si.
Direktur Institute for Applied Sustainable Development (IASD)
ABSTRAK
Keberadaan rumput laut di wilayah pesisir banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu
komoditas yang dapat menghasilkan uang. Selain menyumbang pendapatan bagi masyarakat, rumput laut
juga mempunyai manfaat ekologi yang besaran nilainya dapat dimoneterisasi. Valuasi ekonomi
sumberdaya merupakan pendekatan untuk menilai besaran moneter sumberdaya, termasuk rumput laut.
Nilai manfaat rumput laut alam terdiri atas nilai penggunaan langsung yang dapat dihitung dengan
menggunakan teknik effect on production (EOP), sedangkan manfaat penggunaan tidak langsung dapat
dihitung dengan teknik contingent valuation method (CVM). Paper ini bertujuan untuk menghitung nilai
ekonomi sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon dengan menggunakan pendekatan valuasi
ekonomi sumberdaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai manfaat penggunaan langsung sumberdaya rumput laut alam di
pesisir Ujung Kulon adalah Rp.66.685.861,22 per tahun atau sebesar Rp.19.053.103,21 per hektar per
tahun. Nilai manfaat penggunaan tidak langsung diperoleh sebesar Rp.263.086.105,98 per tahun atau
sebesar Rp.75.167.458,85 per hektar per tahun. Untuk mengetahui nilai manfaat bersih dan rasio manfaat
biaya bersih pengelolaan dihitung dengan menggunakan pendekatan analisis biaya manfaat pengelolaan.
Hasil perhitungan berdasarkan skenario pengelolaan jangka 25 tahun dan tingkat diskon 6 persen per
tahun diperoleh hasil bahwa nilai NPV mencapai Rp.86.392.873,63 per hektar per tahun, sedangkan Net
BCR-nya mencapai 84,99.
Kata kunci: rumput laut, nilai ekonomi sumberdaya, efek produksi, penilaian kelompok, valuasi
ekonomi, nilai manfaat bersih (NPV), rasio manfaat biaya bersih (Net BCR), nilai
penggunaan langsung dan tidak langsung.
ABSTRACT
The availability of sea weed at the coastal area was used by the community as a commodity that could be
used to earn money. Beside income for the community, sea weed also have ecological benefit that its
value could be moneterized. Economic resources valuation is an approach to value the resources,
including sea weed. The befenit values of natural sea weed consist of use value that could be estimated
by the technique of effect on production (EOP), otherwise non use value could be estimated by the
technique of contingent valuation method (CVM). The objective of this paper is valuing economic
resources of the natural sea weed at the Ujung Kulon coastal using an approach of resource economic
valuation.
The result of this study show that the use value of the natural sea weed at the Ujung Kulon coastal is
Rp.66.685.861,22 per year or Rp.19.053.103,21 per hectare per year. The non use value can be calculated
Rp.263.086.105,98 per year or Rp.75.167.458,85 per hectare per year. Knowing net present value and net
cost-benefit ratio could be used extended cost benefit analysis. The result show that using the scenario of
25 year and discount rate 6 percent, NPV of this resources is Rp.86.392.873,63 per hectare per year and
Net BCR is 84,99.
Key words: sea weed, resource economic value, effect on production, contingent valuation, economic
valuation, net presnt value (NPV), net cost-benefit ratio (Net BCR), use value and non use
value.
Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1678973
2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya penting yang terdapat di wilayah
pesisir. Keberadaan rumput laut mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan
ekonomi pesisir di beberapa daerah di Indonesia. Rumput laut sendiri dewasa ini telah
banyak dibudidayakan, kendati pada beberapa tempat masih banyak masyarakat pesisir
yang memanfaatkannya langsung dari alam. Komunitas rumput laut di alam biasanya
langsung berasosiasi dengan hamparan karang yang banyak ditemui di wilayah pantai
yang berbatasan langsung dengan samudera, seperti di pesisir Barat Sumatera dan
pesisir selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Para pemetik rumput laut di alam
biasanya mengandalkan kondisi surut sebagai waktu-waktu pemetikan. Hal ini
dikarenakan pada waktu surut, gelombang samudera biasaya tidak terlalu besar dan
hamparan karang juga tidak terendam air.
Salah satu daerah yang memiliki potensi rumput laut alam yang masih banyak
ditemui dan dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat pesisir di sekitarnya
diantaranya terdapat di pesisir selatan Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Lebak dan
Pandeglang. Pesisir Garut merupakan salah satu sentra produksi rumput laut alam. Di
daerah ini terdapat beberapa home industry yang melakukan pengolahan rumput laut
jenis Gracillaria sp untuk diolah menjadi agar-agar. Selain Garut, pesisir Pandeglang
juga merupakan sentra produksi rumput laut alam, kendati di daerah ini belum banyak
berkembang industri pengolahannya. Kebanyakan rumput laut yang dipetik kemudian
dikeringkan terlebih dahulu, baru kemudian dijual ke pedagang pengumpul yang ada di
wilayah tersebut. Namun demikian, tidak sedikit para pemetik langsung menjual hasil
3
petikannya. Hal ini biasanya terpaksa mereka lakukan agar mereka dapat dengan cepat
mendapatkan uang dari hasil petikannya tersebut.
Salah satu sentra atau tempat para pemetik rumput laut alam melakukan
kegiatannya adalah hamparan karang yang terdapat di sekitar pesisir Ujung Kulon.
Hamparan karang yang menjadi substrat atau tempat tumbuh rumput laut alam di pesisir
Ujung Kulon ini diperkirakan mencapai 3,5 hektar dan dimanfaatkan oleh sejumlah 180
orang pemetik rumput laut. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat langsung dan
tidak langsung yang dapat diperoleh dari keberadaan ekosistem ini, maka penulis
mencoba melakukan penilaian ekonomi sumberdaya terhadap ekosistem ini.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya penilaian ekonomi sumberdaya ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar manfaat langsung dan tidak langsung yang dapat diperoleh
dari keberadaan ekosistem rumput laut di pesisir Ujung Kulon. Selain itu, penting juga
mengetahui seberapa besar masyarakat pengguna sumberdaya ini memberikan nilai
ekonomi terhadap keberadaan ekosistem di daerah mereka.
2. METODOLOGI
2.1. Kerangka Pendekatan Penilaian
Penilaian ekonomi sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon ini
didekati dengan menggunakan pendekatan change in productivity atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Effect on Production (EOP). Pendekatan penilaian dengan
teknik EOP ini dilakukan untuk mengetahui nilai manfaat langsung dari sumberdaya
rumput laut.
4
Nilai manfaat tidak langsung dari keberadaan ekosistem ini didekati dengan
menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan penilaian
dengan teknik CVM ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar para pengguna
sumberdaya ini bersedia memberikan nilai untuk mempertahankan keberadaan
ekosistem ini.
2.2. Teknik Analisis
2.2.1. Mengukur Nilai Manfaat Langsung
Pengukuran nilai ekonomi langsung dilakukan dengan beberapa langkah yang
dikembangkan Adrianto (2005) sebagai berikut:
(a) Menentukan fungsi penggunaan sumberdaya rumput laut alam. Formula yang
digunakan didekati melalui fungsi penggunaan cobb-douglass sebagai berikut
n
n
XXXXQ
ββββ
β
...
321 3210
= ........................................................... (1)
Dimana, Q adalah jumlah sumberdaya yang dimanfaatkan, X1 adalah harga pasar
per satuan sumberdaya di lokasi studi, sedangkan X2,3…n adalah variabel-variabel
yang mencerminkan kondisi sosial ekonomi dari responden atau pengguna
sumberdaya rumput laut alam.
(b) Melakukan transformasi fungsi penggunaan menjadi fungsi linear agar dapat
diestimasi koefisien masing-masing parameter dengan menggunakan teknik
regresi linear. Formula pada persamaan (1) kemudian ditransformasi menjadi
persamaan (2) sebagai berikut:
nn XXXXQ ln...lnlnlnln 3322110
β
β
β
β
β
+
+
+
+
+= ......... ........ (2)
(c) Selanjutnya dari fungsi persamaan (2) dan hasil regresi kemudian diintegrasikan
untuk menghasilkan fungsi persamaan (3) melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
5
nn XXXXQ ln...lnlnlnln 3322110
β
β
β
β
β
+
+
+
+
+=
{
}
nn XXXXQ ln...lnlnlnln 3322011
βββββ
+++++=
'lnln 11
β
β
+= XQ atau 11 ln'ln XQ
β
β
........................................... (3)
(d) Persamaan (3) kemudian ditransformasi kembali ke fungsi asalnya untuk
mendapatkan fungsi penggunaan sumberdaya rumput laut alam hasil integrasi
dengan dengan koefisien dan variabel sosial ekonomi yang ditunjukkan melalui
persamaan (4) berikut ini:
1
1
)'exp(
β
β
XQ =, jika )'exp(
β
diartikan sebagai
α
dan 1
β
adalah
β
, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
β
α
1
XQ = ....................................................................................................... (4)
(e) Untuk mengetahui nilai total WTP (willingness to pay), maka perlu diestimasi
nilai utilitas dari sumberdaya rumput laut alam yang dimanfaatkan dan dalam hal
ini dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran melalui formula berikut ini:
()
dQQfU a
=
0 ............................................................................................. (5)
Dimana U adalah nilai utilitas atau total WTP dari pemanfaatan sumberdaya
rumput laut alam,
()
Qf adalah fungsi permintaan dan a adalah rata-rata jumlah
penggunaan sumberdaya rumput laut alam atau Q.
(f) Langkah berikutnya adalah mengukur nilai sumberdaya rumput laut alam yang
harus dibayarkan. Nilai ini dapat diperoleh dengan melakukan perkalian antara
nilai
()
Qf dengan Q, yaitu sebagai berikut:
()
QQfPQ *= ................................... ........................................................ (6)
6
(g) Setelah nilai sumberdaya yang harus dibayarkan (PQ) diketahui, maka
selanjutnya dapat diestimasi nilai consumer surplus (CS) yang merupakan nilai
langsung pemanfaatan sumberdaya rumput laut alam per satuan individu, yaitu
sebagai berikut:
PQUCS = ........................................................................................... (7)
(h) Dan untuk mengetahui nilai ekonomi (EV) dari manfaat langsung sumberdaya
rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon, maka nilai surplus consumen (CS)
harus dikalikan dengan jumlah populasi pengguna atau pemanfaat (N)
sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon tersebut, yaitu sebagai
berikut:
NCSEV *= ............................................................................................... (8)
(i) Sedangkan untuk mengetahui nilai ekonomi per satuan hektar di pesisir Ujung
Kulon dapat diketahui dengan membagi nilai ekonomi sumberdaya tersebut
(EV) dengan luasan sumberdaya rumput laut alam (L) di pesisir Ujung Kulon,
yaitu sebagai berikut:
LNCS
ha
EV *
= .............................................................................................. (9)
2.2.2. Mengukur Nilai Manfaat Tidak Langsung
FAO (2000) menyatakan bahwa penilaian berdasarkan preferensi (Contingent
Valuation) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur
seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. Penilaian
berdasarkan preferensi dalam hal ini juga dapat diumpamakan sebagai suatu pendekatan
untuk mengetahui seberapa besar nilai yang dapat diberikan seseorang untuk
memperoleh suatu barang (willingness to pay, WTP) dan seberapa besar nilai yang ingin
7
diperoleh seseorang untuk melepaskan suatu barang yang dimilikinya (willingness to
accept, WTA).
Sejalan dengan itu, Barton (1994) pernah menyatakan bahwa Contingent
Valuation (CV) dapat digunakan pada kondisi dimana masyarakat tidak mempunyai
preferensi terhadap suatu barang yang langsung diperjualbelikan di pasar. Pendekatan
CV kemudian dikembangkan sebagai pendekatan untuk mengukur preferensi
masyarakat dengan cara wawancara langsung tentang seberapa besar kemauan mereka
untuk membayar (WTP) agar dapat memperoleh lingkungan yang baik dan bersih atau
menerima kompensasi (WTA) bilamana mereka harus kehilangan nuansa atau kualitas
lingkungan yang baik. Lebih lanjut Barton (1994) berpendapat bahwa metode CV
secara umum lebih memberikan penekanan terhadap nilai pentingnya suatu barang
dibandingkan dengan nilai barang yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk
mengeliminasi beberapa pilihan kebijakan dan menawarkan informasi penting dalam
penentuan keputusan.
FAO (2000) lebih lanjut menunjukkan bahwa tujuan dari CV adalah untuk
mengukur variasi nilai kompensasi dan nilai persamaan suatu barang yang ingin dicari
nilai manfaatnya. Variasi nilai konpensasi dan nilai persamaan dapat ditentukan dengan
cara bertanya kepada seseorang untuk memberikan sejumlah satuan moneter yang ingin
dibayarkan.
Contingent Valuation (CV) digunakan untuk menghitung nilai ameniti atau
estetika lingkungan dari suatu barang publik (public good). Barang publik dalam hal ini
dapat didefinisikan sebagai suatu barang yang dapat dinikmati oleh satu individu tanpa
mengurangi proporsi individu lain untuk menikmati barang tersebut. Oleh karena itu,
keinginan untuk membayar satu individu seperti yang diperoleh dalam kuesioner survai
8
dapat diagregasi menjadi nilai keseluruhan populasi (Barton, 1994). Kehati-hatian
harus dilakukan untuk mewawancarai seorang responden dengan memberikan selang
nilai yang lebih besar agar dapat diperoleh sampel yang lebih representatif.
Pengukuran nilai keberadaan dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa
langkah sebagai berikut:
(a) Menentukan fungsi WTP penggunaan sumberdaya rumput laut alam. Formula
yang digunakan didekati melalui fungsi penggunaan cobb-douglass sebagai
berikut
n
n
XXXXWTP
ββββ
β
...
321 3210
= ......................................................... (1)
Dimana, WTP adalah kesediaan membayar untuk mempertahankan keberadaan
sumberdaya rumput laut alam yang dimanfaatkan, X1,2,3…n adalah variabel-
variabel yang mencerminkan kondisi sosial ekonomi dari responden atau
pengguna sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon.
(b) Melakukan transformasi fungsi WTP menjadi fungsi linear agar dapat diestimasi
koefisien masing-masing parameter dengan menggunakan teknik regresi linear.
Formula pada persamaan (1) kemudian ditransformasi menjadi persamaan (2)
sebagai berikut:
nn XXXXWTP ln...lnlnlnln 3322110
β
β
β
β
β
+
+
+
+
+= ....... (2)
(c) Selanjutnya dari fungsi persamaan (2) dan hasil regresi kemudian diintegrasikan
untuk menghasilkan fungsi persamaan (3) melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
nn XXXXWTP ln...lnlnlnln 3322110
β
β
β
β
β
+
+
+
+
+=
{
}
nn XXXXWTP ln...lnlnlnln 3322110
βββββ
+++++=
'ln
β
=
WTP ................................................................................................... (3)
9
(d) Persamaan (3) kemudian ditransformasi kembali ke fungsi asalnya untuk
mendapatkan nilai kesediaan membayar per individu:
)'exp(
β
=WTP ....................................................................................... (4)
(e) Dan untuk mengetahui nilai ekonomi (EV) dari manfaat tidak langsung
sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon, maka nilai WTP harus
dikalikan dengan jumlah populasi pengguna atau pemanfaat (N) sumberdaya
rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon, yaitu sebagai berikut:
NWTPEV *= ........................................................................................... (5)
(f) Sedangkan untuk mengetahui nilai ekonomi per satuan hektar di pesisir Ujung
Kulon dapat diketahui dengan membagi nilai ekonomi sumberdaya sumberdaya
rumput laut alam (EV) dengan luasan sumberdaya rumput laut alam (L) yang
dihitung di pesisir Ujung Kulon, yaitu sebagai berikut:
LNWTP
ha
EV *
= ......................................................................................... (6)
2.2.3. Mengukur Nilai Ekonomi Total
Pengukuran nilai ekonomi total (TEV) sumberdaya rumput laut alam di pesisir
Ujung Kulon didekati dengan persamaan yang dikembangkan Barbier et al (1997),yaitu
sebagai berikut:
)()( BVEVOVIUVDUVNUVUVTEV
+
+
+
+
=
+=
Dimana
TEV = Total Economic Value atau nilai ekonomi total
UV = Use Value atau nilai pemanfaatan
NUV = Non Use Value atau nilai non pemanfaatan
DUV = Direct Use Value atau nilai pemanfaatan langsung
IUV = Indirect Use Value atau nilai pemanfaatan tidak langsung
OV = Option Value atau nilai pilihan
EV = Existence Value atau nilai keberadaan
BV = Bequest Value atau nilai pewarisan.
10
Dalam pengukuran nilai ekonomi sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung
Kulon ini, nilai total ekonomi hanya dihasilkan berdasarkan pendekatan EOP terhadap
pemanfaatan langsung (UV) sumberdaya rumput laut alam ditambah dengan hasil
pengukuran WTP untuk mengestimasi nilai keberadaan (NUV) rumput laut alam di
Ujung Kulon.
2.2.4. Analisis Manfaat-Biaya Pengelolaan
Analisis manfaat-biaya pengelolaan jangka panjang sumberdaya rumput laut
dilakukan untuk mengestimasi nilai manfaat bersih jangka panjang pengelolaan
sumberdaya. Nilai NPV dan Net BCR ini didekati dengan menggunakan pendekatan
yang dikembangkan Abelson (1979). Abelson (1979) menyebutkan bahwa NPV atau
nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari manfaat bersih. Kriteria
keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV yang positif dan alternatif yang mempunyai
NPV tertinggi pada peringkat pertama. Secara matematis, Net Present Value dapat
disajikan sebagai berikut :
()
=+
=T
tt
tt CB
NPV 11
δ
Dimana
NPV adalah nilai manfaat bersih sekarang dari sumberdaya rumput laut alam di
pesisir Ujung Kulon,
t
adalah tahun pengelolaan ke-1,2....T,
T
adalah tahun pengelolaan jangka paling panjang yang diskenariokan,
t
B adalah nilai manfaat yang dapat diperoleh dari hasil ekstraksi sumberdaya rumput
laut alam pada tahun ke-t di pesisir Ujung Kulon,
t
C adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengekstraksi sumberdaya rumput laut
alam di pesisir Ujung Kulon, sedangkan
δ
adalah tingkat diskon yang diberikan generasi mendatang terhadap generasi
sekarang untuk memanfaatkan sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung
Kulon.
11
Selanjutnya Abelson (1979) menyebutkan bahwa selain NPV, dapat juga
diestimasi Net BCR pengelolaan jangka panjang. Net BCR adalah rasio jumlah nilai
bersih sekarang dari manfaat dan biaya. Kriteria alternatif yang layak adalah BCR lebih
besar dari 1 dan kita meletakkan alternatif yang mempunyai BCR tertinggi pada tingkat
pertama. Secara matematis, BCR dapat disajikan sebagai berikut (Abelson, 1979) :
()
()
=
+
+
=T
tt
tt
t
tt
BC
CB
netBCR 11
1
δ
δ
Dimana
BCRadalah rasio manfaat-biaya bersih dari pemanfaatan sumberdaya alam di pesisir
Ujung Kulon,
t
adalah tahun pengelolaan ke-1,2....T,
T
adalah tahun pengelolaan jangka paling panjang yang diskenariokan,
t
B adalah nilai manfaat yang dapat diperoleh dari hasil ekstraksi sumberdaya rumput
laut alam pada tahun ke-t di pesisir Ujung Kulon,
t
C adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengekstraksi sumberdaya rumput laut
alam di pesisir Ujung Kulon, sedangkan
δ
adalah tingkat diskon yang diberikan generasi mendatang terhadap generasi
sekarang untuk memanfaatkan sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung
Kulon.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Karakteristik Pemanfaatan Rumput Laut Alam
Rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon terhampar di atas permukaan batuan
karang yang melindungi pesisir Ujung Kulon dari hempasan gelombang Samudera
Hindia yang terkenal besar. Luasan hamparan rumput laut alam yang ada di pesisir
Ujung Kulon mencapai 3,5 hektar dan dimanfaatkan oleh sekitar 180 orang pemetik.
12
Para pemetik atau pengumpul rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon melakukan
operasinya setiap 2 kali dalam seminggu, sehingga mereka mempunyai kesempatan
untuk berbagi alokasi pemanfaatan dan daerah petikan. Setiap pemetik rumput laut
alam di pesisir Ujung Kulon rata-rata dapat mengumpulkan sebanyak 18,75 kg rumput
laut basah untuk setiap kali pemetikan.
3.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Pemanfaat Rumput Laut Alam
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 16 orang responden,
gambaran umum kondisi sosial ekonomi para pengumpul rumput laut alam di pesisir
Ujung Kulon dapat dicerminkan oleh beberapa parameter sosial ekonomi, seperti
struktur usia, tingkat pendidikan, pekerjaan utama dan sampingan, lama tinggal di
pesisir Ujung Kulon, besar keluarga dan tingkat pendapatan. Para pemetik rumput laut
alam di pesisir Ujung Kulon secara keseluruhan berada pada usia produktif dengan rata-
rata usia 39 tahun. Sebagian besar usia pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung
Kulon terletak pada struktur usia 30-34 tahun, yaitu sebanyak 25 persen. Struktur usia
pemetik rumput laut di pesisir Ujung Kulon selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Struktur Usia Responden
Nomor Struktur Usia
(tahun) Jumlah
(orang) Presentase
(%)
1. 15-19 0 -
2. 20-24 0 -
3. 25-29 2 12,50
4. 30-34 4 25,00
5. 35-39 2 12,50
6. 40-44 2 12,50
7. 45-49 3 18,75
8. 49-54 2 12,50
9. 54-59 0 -
10. 60-64 1 6,25
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (Maret 2007).
Salah satu faktor penting yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dapat
13
memberikan gambaran bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut relatif lebih
baik. Tingkat pendidikan para pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon cukup
beragam, mulai dari tidak tamat SD sampai tingkat SLTA. Rata-rata tingkat
pendidikannya adalah SD dan sebagian besar tingkat pendidikan para pemetik rumput
laut ini memang SD, yaitu sebanyak 62,50 persen. Tingkat pendidikan para pemetik
rumput laut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Responden
Nomor Tingkat
Pendidikan Jumlah
(orang) Presentase
(%)
1. Tidak tamat SD 2 12,50
2. Tamat SD 10 62,50
3. Tamat SLTP 3 18,75
4. Tamat SLTA 1 6,25
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (Maret 2007).
Hamparan karang yang menjadi substrat pertumbuhan rumput laut alam
biasanya juga merupakan tempat untuk mencari ikan dan kerang atau biota laut lainnya.
Sebagian pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon juga menjadikan melakukan
usaha sampingan, seperti pengumpulan kerang dan ikan dengan pancing, Akan tetapi
sebagian besar pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon ini melakukannya
tanpa sampingan. Tabel 3 berikut menunjukkan komposisi pengambilan dengan atau
tanpa sampingan.
Tabel 3. Diversifikasi Usaha Responden
Nomor Diversifikasi Usaha Jumlah
(orang) Presentase
(%)
1. Pemetik Rumput Laut Alam
tanpa sampingan 9 56,25
2. Pemetik Rumput Laut Alam
dengan sampingan 7 43,75
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (Maret 2007).
Faktor usia menjadi salah satu parameter sosial ekonomi yang dapat
berpengaruh terhadap preferensi individu untuk memberikan nilai terhadap keberadaan
14
suatu sumberdaya. Rata-rata pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon sudah
cukup lama tinggal berdekatan dengan daerah pemetikan, yaitu selama 29 tahun. Tabel
4 berikut ini menunjukkan distribusi lama tinggal dari para pemetik rumput laut alam di
pesisir Ujung Kulon.
Tabel 4. Distribusi Lama Tinggal Responden di Pesisir Ujung Kulon
Nomor Lama Tinggal Jumlah
(orang) Presentase
(%)
1. kuran
g
dari 15 tahun 2 12,50
2. 15 - 30 tahun 7 43,75
3. lebih dari 30 tahun 7 43,75
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (Maret 2007).
Salah satu parameter sosial ekonomi yang cukup memberikan gambaran tingkat
beban keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga dalam sebuah keluarga. Oleh
karena itu, faktor ini diharapkan dapat mewakili salah satu parameter ekonomi yang
berpengaruh terhadap pembentukan preferensi individu dari masing-masing responden.
Rata-rata pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon memiliki besaran keluarga
sebanyak 5 orang. Tabel 5 berikut ini menunjukkan besarnya keluarga para pemetik
rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon.
Tabel 5. Besaran Keluarga Responden
Nomor Besaran Keluarga Jumlah
(orang) Presentase
(%)
1. kurang dari 3 orang 1 6,25
2. 3 - 6 orang 13 81,25
3. lebih dari 6 orang 2 12,50
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (Maret 2007).
Pendapatan merupakan salah satu parameter utama dalam melihat kondisi sosial
ekonomi penduduk. Oleh karena itu, dalam penilaian ekonomi sumberdaya rumput laut
alam ini penting untuk memasukkan parameter ini sebagai salah satu pembentuk
preferensi terhadap keberadaan sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon.
Pendapatan rata-rata pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon adalah sebesar
15
Rp.170.156,25 per bulan. Tabel 6 berikut ini menunjukkan distribusi pendapatan per
bulan dari pemetik rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon.
Tabel 6. Tingkat Pendapatan Responden
Nomor Distribusi Pendapatan
(Rp./bulan) Jumlah
(orang) Presentase
(%)
1. kurang dari 100.000 3 18,75
2. 100.000 200.000 7 43,75
3. lebih dari 200.000 6 37,50
Jumlah 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (Maret 2007).
3.3. Estimasi Nilai Manfaat Langsung Sumberdaya Rumput Laut Alam
Seperti telah dijelaskan pada bab metodologi, estimasi nilai manfaat langsung
sumberdaya rumput laut alam didekati dengan menggunakan teknik perhitungan Effect
on Production (EOP). Dan yang harus dilakukan adalah dengan membuat tabulasi
sesuai dengan parameter-parameter terkait dalam fungsi penggunaan sumberdaya
rumput laut alam yang didesain. Tabel 7 berikut ini menunjukkan beberapa parameter
terkait dengan fungsi penggunaan sumberdaya yang didesain.
Tabel 7. Parameter-Parameter terkait dengan Fungsi Penggunaan Sumberdaya
Nomor
Responden Q P Ag Ed F Dr Ic
1 1.440 500,00 53 2 2 4 2.970.000,00
2 1.920 400,00 25 2 3 25 2.700.000,00
3 2.400 400,00 31 2 3 31 1.800.000,00
4 1.920 450,00 31 3 3 31 2.700.000,00
5 5.760 300,00 30 2 4 30 2.700.000,00
6 3.840 350,00 40 2 4 40 900.000,00
7 1.440 500,00 43 2 4 28 600.000,00
8 3.840 400,00 35 3 4 35 2.400.000,00
9 1.920 400,00 25 2 5 25 1.800.000,00
10 960 500,00 30 2 5 30 1.200.000,00
11 2.880 400,00 45 2 6 27 2.700.000,00
12 1.920 350,00 45 2 6 45 1.800.000,00
13 5.760 350,00 60 4 6 60 2.400.000,00
14 3.840 400,00 50 1 6 6 600.000,00
15 960 500,00 35 3 7 19 1.800.000,00
16 960 500,00 50 1 7 33 3.600.000,00
Total 41.760 6.700,00 628 35 75 469 32.670.000,00
Rerata 2.610 418,75 39,25 2,19 4,69 29,31 2.041.875,00
Sumber : Data Primer Diolah (Maret 2007).
16
Keterangan :
Q = Jumlah (Quantity) rumput laut alam yang
diperoleh responden (kg/tahun) P = Harga (Price) rumput laut alam dalam
bentuk basah (Rp./kg)
Ag = Umur (Age) dari responden (tahun) Ed = Tingkat pendidikan (Education)
responden
F = Besaran Keluarga (Family) responden
(orang) Dr = Lama (Duration) tinggal responden di
pesisir Ujung Kulon (tahun)
Ic = Besarnya pendapatan (Income) responden
(Rp./tahun)
Parameter-parameter seperti tersaji pada Tabel 7 memang sesuai dengan desain
fungsi penggunaan sumberdaya rumput laut alam, yaitu mengikuti fungsi cobb-douglass
sebagai berikut:
65
4
3
21
0
ββ
β
β
ββ
β
IcDrFEdAgPQ =
Selanjutnya fungsi penggunaan sumberdaya di atas kemudian ditransformasi
menjadi persamaan dalam bentuk linear seperti persamaan berikut:
IcDrFEdAgPQ lnlnlnlnlnlnln 6543210
β
β
β
β
β
β
β
+
+
+
+
++=
Setelah data-data yang tersaji pada Tabel 7 di atas ditabulasikan kembali sesuai
dengan parameter yang terdapat pada persamaan linear di atas, maka teknik regresi
dapat digunakan untuk mengestimasi masing-masing koefisien dari fungsi tersebut.
Berikut ini adalah hasil regresi dari persamaan linear di atas:
Multiple R 0,912711815
R Square 0,833042857
Adj. R Square 0,721738095
Std. Error 0,315322766
Observations 16
Regression Residual Total
df 6 9 15
SS 4,464938739 0,894856019 5,359794757
MS 0,744156456 0,099428447
F 7,484341578
Significance F 0,004234117
Coefficients Standard Error t Stat P-value
b0 28,71838442 4,327855142 6,63570833 9,52859E-05
b1 -3,422716071 0,554805833 -6,169214281 0,000164857
b2 0,489038965 0,330342257 1,48040087 0,172900284
b3 0,29871956 0,270858196 1,102863287 0,298701954
b4 -0,167069308 0,279787473 -0,597129337 0,565138873
b5 -0,1172578 0,162429665 -0,721898922 0,488686924
b6 -0,122329902 0,153875989 -0,794990195 0,447076441
17
Berdasarkan hasil regresi tersebut, maka fungsi persamaan linear penggunaan
sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon dapat dinotasikan sebagai berikut:
() ( )
() () () ()
IcDrFEd
AgP
Q
ln122329902,0ln1172578,0ln167069308,0ln29871956,0
ln489038965,0ln0573183,4227160771838442,28
ln
+
+
=
Dengan memasukkan masing-masing nilai rata-rata dari Ag, Ed, F, Dr, dan Ic,
maka dapat diperoleh fungsi :
()
PQ ln0573183,4227160731537791,28ln
=
,
lalu ditransformasi menjadi fungsi non linear sebagai berikut :
0573183,42271607
P270.224,041.982.496.
=Q
Berdasarkan persamaan non linear tersebut di atas dapat membentuk fungsi
permintaan sebagai berikut:
2921656308,0 820825,3915
)( Q
Qf =
Kurva utilitas atau kurva permintaan dari persamaan fungsi di atas secara grafik
dapat ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Kurva Permintaan atau Kurva Utilitas dari Penggunaan Sumberdaya
Rumput Laut Alam di Pesisir Ujung Kulon
18
Berdasarkan hasil kalkulasi Maple 9,5, nilai surplus konsumen per individu
dapat diestimasi sebesar Rp.370.477,01 per tahun. Dengan demikian total nilai
ekonomi dari manfaat langsung penggunaan sumberdaya rumput laut alam di pesisir
Ujung Kulon adalah sebesar Rp.66.685.861,22 per tahun. Sehingga dengan total luasan
ekosistem ini yang mencapai 3,5 hektar, maka nilai ekonomi per satuan hektar
sumberdaya rumput laut alam ini adalah sebesar Rp.19.053.103,21 per hektar per tahun.
3.4. Estimasi Nilai Manfaat Tidak Langsung Sumberdaya Rumput Laut Alam
Seperti telah dijelaskan pada bab metodologi, estimasi nilai manfaat tidak
langsung sumberdaya rumput laut alam didekati dengan menggunakan teknik
perhitungan Contingent Valuation Method (CVM). Dan yang harus dilakukan adalah
dengan membuat tabulasi sesuai dengan parameter-parameter terkait dalam fungsi
kesediaan membayar terhadap keberadaan sumberdaya rumput laut alam yang didesain
berdasarkan preferensi pengguna sumberdaya. Tabel 8 berikut ini menunjukkan
beberapa parameter terkait dengan fungsi kesediaan membayar yang didesain.
Tabel 8. Parameter-Parameter terkait dengan Fungsi Kesediaan Membayar terhadap
Keberadaan Sumberdaya Rumput Laut di Pesisir Ujung Kulon
No. WTP Q P Ag Ed F Dr Ic
1 1.000.000,00 1.440 500,00 53 2 2 4 2.970.000,00
2 1.000.000,00 1.920 400,00 25 2 3 25 2.700.000,00
3 2.000.000,00 2.400 400,00 31 2 3 31 1.800.000,00
4 1.500.000,00 1.920 450,00 31 3 3 31 2.700.000,00
5 2.000.000,00 5.760 300,00 30 2 4 30 2.700.000,00
6 1.500.000,00 3.840 350,00 40 2 4 40 900.000,00
7 1.000.000,00 1.440 500,00 43 2 4 28 600.000,00
8 1.500.000,00 3.840 400,00 35 3 4 35 2.400.000,00
9 1.000.000,00 1.920 400,00 25 2 5 25 1.800.000,00
10 1.000.000,00 960 500,00 30 2 5 30 1.200.000,00
11 1.500.000,00 2.880 400,00 45 2 6 27 2.700.000,00
12 1.000.000,00 1.920 350,00 45 2 6 45 1.800.000,00
13 2.000.000,00 5.760 350,00 60 4 6 60 2.400.000,00
14 1.500.000,00 3.840 400,00 50 1 6 6 600.000,00
15 1.000.000,00 960 500,00 35 3 7 19 1.800.000,00
16 1.000.000,00 960 500,00 50 1 7 33 3.600.000,00
Total 21.500.000,00 41.760 6.700,00 628 35 75 469 32.670.000,00
Rerata 1.343.750,00 2.610 418,75 39,25 2,19 4,69 29,31 2.041.875,00
Sumber : Data Primer Diolah (Maret 2007).
19
Keterangan :
WTP = Kesediaan membayar (willingness to
pay) terhadap keberadaan sumberdaya
(Rp./tahun)
Q = Jumlah (Quantity) rumput laut alam
yang diperoleh responden (kg/tahun)
P = Harga (Price) rumput laut alam dalam
bentuk basah (Rp./kg) Ag = Umur (Age) dari responden (tahun)
Ed = Tingkat pendidikan (Education)
responden F = Besaran Keluarga (Family) responden
(orang)
Dr = Lama (Duration) tinggal responden di
pesisir Ujung Kulon (tahun) Ic = Besarnya pendapatan (Income)
responden (Rp./tahun)
Parameter-parameter seperti tersaji pada Tabel 9 memang sesuai dengan desain
fungsi kesediaan membayar terhadap keberadaan sumberdaya rumput laut alam, yaitu
mengikuti fungsi cobb-douglass sebagai berikut:
765
4
3
21
0
βββ
β
β
ββ
β
IcDrFEdAgPQWTP =
Selanjutnya fungsi kesediaan membayar di atas kemudian ditransformasi
menjadi persamaan dalam bentuk linear seperti persamaan berikut:
IcDrFEdAgPQWTP lnlnlnlnlnlnlnln 76543210
β
β
β
β
β
β
β
β
+
+
+
+
+
++=
Setelah data-data yang tersaji pada Tabel 9 di atas ditabulasikan kembali sesuai
dengan parameter yang terdapat pada persamaan linear di atas, maka teknik regresi
dapat digunakan untuk mengestimasi masing-masing koefisien dari fungsi tersebut.
Berikut ini adalah hasil regresi dari persamaan linear di atas:
Multi
p
le R 0
,
865580056
R S
q
uare 0,749228833
Ad
j
. R S
q
uare 0,529804062
Std. Error 0,194695518
Observations 16
Re
g
ression Residual Total
d
f
7 8 15
S
S 0,906022063 0,303250756 1,209272819
MS 0,129431723 0,037906345
F
3,414513452
S
i
g
ni
f
icance F 0,053271326
Coe
ff
icients
S
tandard Error t Stat P-value
b0 3,30374387 6,486697558 0,509310607 0,624282412
b1 0,589185282 0,205816113 2,862678118 0,021064541
b2 0,894430898 0,783326253 1,141836998 0,286544278
b3 -0,062189715 0,227451777 -0,273419341 0,791457061
b4 -0,058742207 0,178183846 -0,329671902 0,750114102
b5 -0,041589946 0,176143175 -0,236114436 0,819276694
b6 0,093575949 0,103154731 0,907141611 0,390837356
b7 0,060467114 0,098289851 0,615191842 0,555519481
20
Berdasarkan hasil regresi kesediaan membayar terhadap keberadaan sumberdaya
rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon dapat dinotasikan sebagai berikut:
() ( )
() () () ()
IcDrFEd
AgPQ
WTP
ln060467114,0ln093575949,0ln041589946,0ln058742207,0
ln062189715,0ln894430898,0)(ln589185282,030374387,3
ln
+
++
=
Dengan memasukkan masing-masing nilai rata-rata dari Q, P, Ag, Ed, F, Dr, dan
Ic, maka dapat diperoleh lnWTP = 14,1950350, sehingga dihasilkan kesediaan
membayar individu terhadap keberadaan rumput laut di pesisir Ujung Kulon:
481.461.589,
=
WTP
Dengan demikian total nilai ekonomi dari manfaat tidak langsung dari kesediaan
membayar terhadap sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon adalah
sebesar Rp.263.086.105,98 per tahun. Sehingga dengan total luasan ekosistem ini yang
mencapai 3,5 hektar, maka nilai ekonomi per satuan hektar sumberdaya rumput laut
alam ini adalah sebesar Rp.75.167.458,85 per hektar per tahun.
3.5. Estimasi Biaya Pengelolaan
3.5.1. Biaya Ekstrasi Rumput Laut Alam
Berdasarkan hasil analisis data primer, rata-rata pengumpul harus mengeluarkan
investasi dan biaya ekstraksi/biaya pemetikan. Biaya investasi rata-rata yang
dikeluarkan responden adalah sebesar Rp.20.000,00, yaitu untuk pembelian caping,
karung, dan golok dengan umur teknis rata-rata sekitar 2 tahun. Dengan asumsi bahwa
biaya investasi tetap, jumlah pengumpul dan luasan rumput laut masing-masing
sebanyak 180 orang dan 3,5 ha, maka biaya investasi pemanfaatan rumput laut per
hektar per 2 tahunnya sebesar Rp.1.028.571,43.
Biaya ekstrasi/pemetikan rumput laut rata-rata responden terhitung sebesar
Rp.5.000,/kali pemetikan. Dengan jumlah pengumpul sebanyak 180, frekuensi rata-rata
21
pemetikan dilakukan sebanyak 132 kali dalam setahun dan luasan ekosistem rumput
laut setara 3,5 ha, maka nilai biaya langsung pemanfaatan rumput laut di lokasi studi
adalah sebesar Rp.33.942.857,14/ha/tahun.
3.5.2. Biaya Pengawasan Kawasan
Pengawasan terhadap kawasan dilakukan oleh petugas Taman Nasional Ujung
Kulon. Pengawasan dilakukan hampir setiap 2 kali seminggu. Biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan pengawasan adalah sebesar Rp.250.000,00 per kali pengawasan.
Dengan demikian dalam seminggu, biaya pengawasan yang dikeluarkan mencapai
Rp.500.000,00 atau sebesar Rp.26.000.000,00 per tahun atau sebesar Rp.7.428.571,43
per hektar per tahun.
3.6. Analisis Manfaat-Biaya Pengelolaan Rumput Laut Alam di Pesisir Ujung
Kulon
Berdasarkan hasil perhitungan manfaat dan biaya yang telah dilakukan, berikut
ini disajikan hasil rekapitulasi nilai-nilai yang diperoleh (Tabel 10).
Tabel 10. Rekapitulasi Total Manfaat-Biaya Pengelolaan Rumput Laut Alam
No. Komponen
Manfaat-Biaya Satuan Nilai Teknik
Estimasi Sumber
Data
I. Manfaat
1. Rumput Laut Alam
(Pemanfaatan Langsung) Rp./Tahun 66.685.861,22 Effect on Production
(EOP) Data
Primer
2. Nilai Keberadaan Rumput
Laut Alam (Non
Pemanfaatan)
Rp./Tahun 263.086.105,98 Contingent Valuation
Method (CVM) Data
Primer
Total Manfaat Rp./Tahun 329.771.967,20 Total Benefit
II. Biaya
1. Biaya Investasi
Pemanfaatan Langsung Rp./2
Tahun 3.600.000,00 Akuntansi Data
Primer
2. Biaya Operasional
Pemanfaatan Langsung Rp./Tahun 118.800.000,00 Akuntansi Data
Primer
3. Biaya Pengawasan Rp./Tahun 26.000.000,00 Akuntansi Data
Prime
r
Total Bia
y
a R
p
./Tahun 146.600.000,00 Total Cost
Net Benefit 183.171.967,20
Nilai-nilai yang tersaji pada Tabel 10 menunjukkan nilai manfaat bersih
pengelolaan sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon per satuan hektar per
22
tahun yang belum dijustifikasi dengan tingkat diskon. Bilamana ingin mendapatkan
nilai manfaat bersih sekarang jangka panjang yang sudah mengintegrasikan tingkat
diskon terhadap sumberdaya yang dikelola, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut.
Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah dengan Extended Cost Benefit Analysis
(ECBA) yang dikembangkan Abelson (1979).
Hasil perhitungan NPV dan Net BCR dengan jangka pengelolaan 25 tahun dan
dengan tingkat diskon mencapai 6 persen per tahun, maka dapat diperoleh nilai NPV
sebesar Rp.86.392.873,63 per hektar per tahun, sedangkan Net BCR-nya mencapai
84,99. Hasil perhitungan lengkap NPV dan Net BCR dengan tingkat diskon 6 persen
dan jangka waktu pengelolaan 15 tahun dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Kalkulasi NPV per hektar per tahun dan Net BCR Pengelolaan Jangka
Panjang Sumberdaya Rumput Laut Alam di Pesisir Ujung Kulon
Thn Total Benefit Total Cost DF PV NPV
Net
0 1.028.571,43 1,00000 (1.028.571,43) 86.392.873,63 84,99
1 94.220.562,06 41.371.428,57 0,62500 33.030.708,43
2 94.220.562,06 42.400.000,00 0,39063 20.242.407,05
3 94.220.562,06 41.371.428,57 0,24414 12.902.620,48
4 94.220.562,06 42.400.000,00 0,15259 7.907.190,26
5 94.220.562,06 41.371.428,57 0,09537 5.040.086,12
6 94.220.562,06 42.400.000,00 0,05960 3.088.746,19
7 94.220.562,06 41.371.428,57 0,03725 1.968.783,64
8 94.220.562,06 42.400.000,00 0,02328 1.206.541,48
9 94.220.562,06 41.371.428,57 0,01455 769.056,11
10 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00909 471.305,27
11 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00568 300.412,54
12 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00355 184.103,62
13 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00222 117.348,65
14 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00139 71.915,48
15 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00087 45.839,32
16 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00054 28.091,98
17 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00034 17.905,98
18 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00021 10.973,43
19 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00013 6.994,52
20 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00008 4.286,50
21 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00005 2.732,24
22 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00003 1.674,41
23 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00002 1.067,28
24 94.220.562,06 42.400.000,00 0,00001 654,07
25 94.220.562,06 41.371.428,57 0,00001 416,91
23
4. KESIMPULAN DAN SARAN
(1) Sumberdaya rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon mempunyai nilai manfaat
yang besar yang dapat dimanfaatkan secara langsung dan tidak langsung oleh
masyarakat setempat. Pemanfaatan yang dilakukan dapat berupa rumput laut
alam itu sendiri, pemanfaatan biota yang berasosiasi dengan keberadaan rumput
laut, dan nilai manfaat tidak langsung lainnya.
(2) Nilai manfaat penggunaan langsung sumberdaya rumput laut alam di pesisir
Ujung Kulon dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai surplus
konsumen sebesar Rp.66.685.861,22 per tahun. Sehingga dengan total luasan
ekosistem ini yang mencapai 3,5 hektar, maka nilai ekonomi per satuan hektar
sumberdaya rumput laut alam ini adalah sebesar Rp.19.053.103,21 per hektar per
tahun.
(3) Manfaat penggunaan tidak langsung sumberdaya rumput laut alam di pesisir
Ujung Kulon dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan kesediaan
membayar yaitu sebesar Rp.263.086.105,98 per tahun. Sehingga dengan total
luasan ekosistem ini yang mencapai 3,5 hektar, maka nilai ekonomi per satuan
hektar sumberdaya rumput laut alam ini adalah sebesar Rp.75.167.458,85 per
hektar per tahun.
(4) Nilai manfaat bersih dan rasio manfaat biaya bersih pengelolaan jangka panjang
dengan skenario pengelolaan 25 tahun dan tingkat diskon mencapai 6 persen per
tahun dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan analisis biaya manfaat,
yaitu masing-masing NPV sebesar Rp.86.392.873,63 per hektar per tahun dan
Net BCR mencapai 84,99
24
(5) Bilamana pemerintah atau lembaga swasta mempunyai keinginan untuk
melakukan pengembangan wilayah dan investasi di pesisir Ujung Kulon dengan
cara mengkonversi lahan pemanfaatan rumput laut alam yang terdapat di
sekitarnya, maka yang harus dipertimbangkan dan menjadi kelayakan investasi
adalah bahwa nilai manfaat bersih dan rasio manfaat-biaya bersih dari
pengembangan investasi yang dapat diperoleh harus lebih besar atau minimal
sama dengan nilai NPV dan Net BCR pengelolaan sumberdaya rumput laut alam
jangka panjang dalam skenario konservasi yang telah berjalan selama ini.
(6) Nilai manfaat pengelolaan jangka panjang sumberdaya rumput laut alam yang
dikemukakan tersebut di atas sesungguhnya belum mencerminkan nilai manfaat
yang sebenarnya, dikarenakan kalkulasi nilai manfaat yang dilakukan baru dari
dua pendekatan, yaitu dengan pendekatan nilai langsung (EOP) dan nilai
keberadaan (CVM). Nilai langsung itupun hanya didasarkan pada manfaat
rumput laut itu sendiri, sedangkan manfaat biota laut yang berasosiasi dengan
keberadaan rumput laut ini belum dihitung. Nilai manfaat lainnya seperti, nilai
keanekaragaman hayati, nilai ekologi sebagai daerah asuhan atau tempat mencari
makan biota lainnya juga belum dinilai atau nilai pilihan lainnya, seperti nilai
obat-obatan dan sebagainya juga tidak dijadikan sebagai bagian dari perhitungan
di dalam paper ini. Oleh karena itu, jika semua nilai yang tadi disebutkan
dimasukkan ke dalam perhitungan extended cost benefit analysis (ECBA), maka
nilai manfaat bersih pengelolaan jangka panjang ekosistem rumput laut alam di
pesisir Ujung Kulon akan bertambah besar, demikian halnya dengan nilai Net
BCR-nya. Sehingga pemerintah diharapkan dapat lebih arif di dalam
menentukan kebijakan pembangunan di wilayah pesisir yang mengancam
25
keberadaan suatu ekosistem, khusus ekosistem rumput laut alam di pesisir Ujung
Kulon.
(7) Perlu kiranya diperhatikan oleh pemerintah dan penduduk setempat agar
keberadaan ekosistem ini tetap terjaga. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan
pengaturan pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan, misalnya dengan cara
melakukan pengaturan berkala pemanfaatan dengan memperhatikan pola dan
kemampuan tumbuh rumput laut alam di pesisir Ujung Kulon. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kesepakatan bersama
antar setiap pengguna sumberdaya dan pemerintah untuk secara bersama
menjaga keberlangsungan sumberdaya rumput laut alam di wilayah tersebut.
Kesepakatan bersama ini dapat dilegalisasi melalui peraturan desa, kecamatan,
bahkan dapat didorong sampai pada level kabupaten.
5. REFERENSI TERBATAS
Abelson, P. 1979. Cost Banefit Analysis and Environmental Problems. Itchen Printers
Limited, Southampton, England.
Adrianto, L. 2005. Bahan Pengantar Survey Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove.
Kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan, PT. Plarenco dan
PKSPL-IPB, Bogor : Juli-Oktober 2005.
Barbier, R., E.B.M. Acreman, and D. Nowler. 1997. Economic Valuation of
Wetland: A Guide for Makers and Planners. RAMSAR Convention Berau,
Gland, Switzerland.
Barton, D.N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal
Resources. Universiteit I Bergen. Senter for Miljo-Og Ressursstudier.
Norway.
FAO. 2000. Application of Contingent Valuation Method in Developing Countries.
FAO Economic and Social Development Papers No. 146/200. FAO, Rome.
26
6. RIWAYAT HIDUP PENULIS
Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. adalah Direktur Institute for Applied Sustainable
Development (IASD). Penulis dilahirkan di Bogor, 13 Maret 1974. Penulis
menyelesaikan pendidikan S-1 di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1997 dan S-2 di Program Studi Ekonomi
Sumberdaya Kelautan Tropika pada tahun 2005.
... Nilai ekonomi (economic values) merupakan kepuasan konsumen (preferences of consumers) dan keuntungan perusahaan (profit of firms), sehingga penilaian ekonomi digunakan adalah surplus ekonomi (economic surplus) yang diperoleh dari penjumlahan surplus oleh konsumen (consumers surplus; CS) dan surplus oleh produsen (producers surplus; PS) (Grigalunas dan Conger 1995;Freeman III 2003diacu dalam Adrianto 2006, Wahyudin, 2007. Secara grafik, kedua konsep CS dan PS tersebut disajikan pada Gambar 2. ...
... Gambar 2. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen (Freeman III, 2003diadopsi dari Adrianto, 2006Wahyudin, 2007). ...
... Penilaian ekonomi dilakukan dengan menggunakan pendekatan effect on productivity (EOP). Adrianto (2006) dan Wahyudin (2007) menggunakan teknik ini dengan tahapan penilaian sebagai berikut: ...
Article
Full-text available
Diterima (received): 16 Maret 2013; Direvisi (revised): 17 April 2013; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 15 Mei 2013 ABSTRAK Budidaya rumput laut dalam kurun waktu lebih kurang satu dasawarsa terakhir telah menjelma menjadi mata pencaharian utama di beberapa desa di wilayah Kecamatan Tanimbar Selatan dan Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Profil nilai sosial ekonomi aktivitas ini mengkaji karakteristik aktivitas budidaya rumput laut dan nilai ekonominya dengan pendekatan effect on production. Berdasarkan hasil analisis permintaan dapat disimpulkan bahwa kemiringan kurva permintaan yang terbentuk adalah sebesar 0,26, sedangkan kemiringan kurva penawaran dari hasil analisis adalah sebesar 0,56. Pada kondisi keseimbangan pasar menghasilkan harga pasar riil, yaitu sebesar Rp.4.603,78 per kilogram dengan jumlah produk optimal yang diminta di pasar sebanyak 15,60 ton per tahun. Nilai total ekonomi sumberdaya rumput laut hasil budidaya dapat dihitung dengan mencari nilai surplus konsumen dan nilai surplus produsen. Nilai surplus konsumen diestimasi sebesar Rp.31,91 juta, sedangkan nilai surplus produsennya sebesar Rp.52,87 juta, sehingga nilai total ekonomi sumberdaya rumput laut hasil budidaya dapat diestimasi sebesar Rp.84,78 juta per individu pembudidaya dan dengan jumlah pembudidaya sebanyak 1.614 orang, maka nilai ekonomi total sumberdaya rumput laut hasil budidaya di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Selaru mencapai sebesar Rp.136,83 milyar. ABSTRACT Seaweed culture that has been cultured during the period of approximately a decade became the main livelihood for several villages in the subdistrict of South Tanimbar and Selaru, West Maluku Tenggara District, Maluku Province. Socio-economic value of the activity profile examines the characteristic of seaweed farming activities and the economic value using effect on production approach. Based on the demand analysis, it can be concluded that the slope of the demand curve is equal to 0.26, while the slope of the supply curve was 0.56. In the market equilibrium conditions produce real market prices, amounting of IDR 4,603.78 per kilogram with the optimal number of products demanded in the market as much as 15.60 tons per year. The total value of the economic resources of seaweed cultivation can be calculated by finding the value of consumer surplus and producer surplus. Consumer surplus estimated at IDR 31.91 million, while the value of producer surplus amounted to IDR 52.87 million, so that the total value of the economic resources of seaweed cultivation can be estimated as much as IDR 84.78 million per individual farmer. The number of seweed cultivators was as 1,614 people, so that the total economic value of seaweed cultivation in the Subdistrict of South Tanimbar and Selaru reached IDR 136.83 billion.
... Several analytical techniques used in the economic valuation of ecosystem services including: (i) Effect on productivity -EOP, (ii) Contingent valuation method -CVM; (iii) Travel cost method -TCM, (iv) Replacement cost method -RCM, and (v) Benefit transfer method -BTM (Adrianto et al., 2004;Adrianto, 2006;Wahyudin, 2007;Wahyudin, 2013;Wahyudin et al., 2016a;Wahyudin et al., 2016b;Wahyudin, 2017;Wahyudin et al., 2018). ...
Article
Full-text available
The purpose of this research is to conduct a claim of compensation claim for damage to the coral reef ecosystem as a vessel grounded in the waters of Cilik island, Karimunjawa Subdistrict, Jepara Regency, Central Java Province. The research method of this study conducted using survey and case of study. The analyses used by this study was economic valuation of ecosystem services loss, cost of coral reef restoration and cost of verification and dispute resolution. The result of this study showed that the total claim of compensation amounted IDR 3,067,031,155.96 (USD 227,466.52) for compensating the area of coral reef damage 111.69 square meters, i.e. IDR 635,525,318.46 for losing of coral reef ecosystem services, IDR 2,181,505,837.50 for cost of coral reef restoration, and IDR 250,000,000.00 for verification and dispute resettlement cost. This claim of compensation delivered as an effort to force the responsibility of the vessel owner and to restore the area of coral reef damage in the future.
... Some analytical techniques used in the economic valuation of ecosystem services include: (i) effect on productivity -EOP; (ii) contingent valuation method -CVM; (iii) travel cost method -TCM; (iv) replacement cost method -RCM; and (v) benefit transfer method -BTM [7][8][9][12][13][14][15][16][17][18][19]. Table 1). ...
Article
Full-text available
Vessel grounded on coral reef ecosystem still one of the most significant damage by the incident to corals ecosystem services. Many cases had been handled, but not all of them are completely solved. The settled cases showed the willingness of the vessel owners to paid the claimed environmental loss. This research paper is aimed to compare cases of a vessel grounded during the year 2017 and 2018. This paper concluded the summary of all the works of experts hired by the Directorate General of Law Enforcement on corals ecosystem; ecosystem services valuation, and national regulation. The final calculation shows a varied amount of value claimed, due to the quality of corals before damages, its location and its technical approaches. The calculation of the claimed cost was based on the principles of ecosystem services valuation approaches which includes provisioning, regulating, cultural and supporting services. From all cases, the value of coral ecosystem per squares meter per year of corals damage ranges from IDR 0.12 to 0.83 million. This value was related significantly with the year damaged coral, the quality of the coral ecosystem before damaged, and the distance from the nearest coastline.
... Coral fishes, crabs, squids and octopuses, and seaweeds all contribute to the value of reef-related fisheries, which was estimated using the effect on production (EOP) method, based on a production approach (Chee 2004;Adrianto 2006). The calculation of DUVs for reef-related fisheries involves several steps (Adrianto 2006;Wahyudin 2007;Wawo et al. 2014) as follows: ...
Article
Full-text available
Coral reef ecosystems possess tangible and intangible economic benefits to human society that are still underestimated and not fully understood. This study aims: to determine 1) economic benefits and economic losses due to coral reef damage, 2) compensation values as replacement costs for damaged coral reefs as well as references to sustainable coral reef management. Based on the calculation, the TEV of coral reef ecosystems was estimated to be USD 11.96 billion or 2.82 million USD/ha. The economic losses due to coral reef destruction over the 20-year period from 1994 to 2014 were USD 1 billion or 50.18 million USD/yr. We anticipate that the economic loss of coral reefs will continue to rise due to the intensification of destructive fishing practices. Therefore, an effective management policy should be established to prevent further destruction of coral reefs in this area in the future. This study suggests that tangible procedures for compensation for coral damage and law enforcement for destroyers are required to be implemented to reduce the economic losses of coral reefs, and the economic values estimated in this study can be a quantitative reference for various stakeholders to build a concensus for designing coral reef recovery programs in the future.
... Identifikasi aliran masuk (inflow) diperoleh berdasarkan beberapa manfaat yang secara potensial (baik langsung maupun tambahan) dapat diperoleh bilamana program OTAP dikembangkan, sedangkan aliran keluar (outflow) diperoleh dari adanya pembiayaan bilamana program OTAP tersebut tetap dijalankan baik biaya langsung maupun biaya tambahan yang timbul kemudian.Analisis manfaat biaya program OTAP yang dilakukan meliputi NPV (net present value), Net BCR (benefit cost ratio) dan IRR (internal rate return). NPV dan BCR ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut (Abelson 1979;Field 1994;Kusumastanto et al. 1998;Wahyudin 2007;Wahyudin dan Lesmana, 2016) ...
Article
Full-text available
The objective goal of this study on Cost-Benefit Analysis of Foster Parent Program for Mangrove Trees (FPPMT) is to analysis the benefit and feasibility of the FPPMT to integral and sustainable manage the environment. Literature review was used as the research method. All the data and information came from the FPPMT’s documentations that has been produced by Pertamina Hulu Energi Onshore North West Java (PHE ONWJ). The feasibility program was evaluated using extended cost benefit analysis. The cost benefit analysis of this FMTP gives the positive economic feasibility and benefit, especially for the environment protection surrounding operaton area of the PHE ONWJ. The feasility and sustainabiliy values of this program within 10 year and 5% discount rate scenarios shows positive NPV IDR 1.08 bilion, BCR 2.06, and IRR 19%.
Article
Full-text available
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian singkat tentang nilai ekonomi keanekaragaman hayati pesisir dan laut di Indonesia. Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang melimpah. Keanekaragaman hayati pesisir dan laut diantaranya adalah ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang. Luas mangrove Indonesia pada tahun tahun 2016 tercatat seluas 3.668.345,60 hektar, sedangkan ekosistem lamun 474.920,93 hektar dan ekosistem terumbu karang mencapai sebesar 2.424.721,23 hektar. Nilai kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan mencapai sebesar Rp. 1.353,55 triliun, terdiri atas kekayaan keanekaragaman hayati mangrove sebesar Rp.340,46 triliun, ekosistem lamun sebesar Rp. 76,29 triliun dan ekosistem terumbu karang sebesar Rp. 935,80 triliun. Nilai ini dapat dikatakan sebagai nilai minimal yang dapat diberikan, dikarenakan perkembangan teknik dan model penilaian jasa ekosistem masih akan terus berkembang untuk menjadi lebih detail dalam melakukan penilaian ekonomi jasa ekosistem di masa mendatang. ABSTRACT The purpose of this study is to conduct a brief study of the economic value of coastal and marine biodiversity in Indonesia. Indonesia has an abundance of coastal and marine biodiversity. Coastal and marine biodiversity include mangrove, seagrass and coral reef ecosystems. The total area of Indonesian mangroves in 2016 was 3,668,345.60 hectares, while the seagrass ecosystem was 474,920.93 hectares and the coral reef ecosystem reached 2,424,721.23 hectares. The value of Indonesia's biodiversity wealth in 2016 is estimated to reach IDR 1,353.55 trillion, consisting of a wealth of mangrove biodiversity of IDR 340.46 trillion, seagrass ecosystems of IDR 76.29 trillion and coral reef ecosystems amounting to IDR 935.80 trillion. This value can be said to be the minimum value that can be given, because the development of techniques and models for valuing ecosystem services will continue to develop to be even more detailed in conducting economic valuation of ecosystem services in the future.
Article
At the international level, the multiple roles of agriculture are receiving increasing attention. Namely, agriculture is more than just its primary function, that of production of food, fibre and other commodities; it also produces both positive and negative secondary functions, or externalities. Not only are these secondary functions an issue in developed countries, they are important in developing countries. However, as these secondary functions tend not be to priced in markets, their values are unknown, and hence, not available for benefit-cost analysis of the impact of agricultural policies. The contingent valuation technique (CVM) is a survey technique that is the primary economic tool for estimating the values of nonmarketed goods. While the vast majority of applications of this technique have been formulated with the developed country context in mind, it is possible to apply them in developing countries. This report surveys applications of CVM to date in developing countries, and discusses issues of relevance to successful implementation of this technique in these countries. This report can be used by FAO and its Member countries for guiding the work of practitioners who have a leading or technical contribution role in the design of CVM surveys. Furthermore, this report is meant to orient the work of experienced professionals with a general or technically specialized competence, towards the major steps in identification of the valuation issues, survey design, and empirical methods necessary for CVM to value the nonmarketed goods.
Bahan Pengantar Survey Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove. Kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan
  • L Adrianto
Adrianto, L. 2005. Bahan Pengantar Survey Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove. Kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan, PT. Plarenco dan PKSPL-IPB, Bogor : Juli-Oktober 2005.
Economic Valuation of Wetland: A Guide for Makers and Planners
  • R Barbier
  • E B M Acreman
  • D Nowler
Barbier, R., E.B.M. Acreman, and D. Nowler. 1997. Economic Valuation of Wetland: A Guide for Makers and Planners. RAMSAR Convention Berau, Gland, Switzerland.
Cost Banefit Analysis and Environmental Problems
  • P Abelson
Abelson, P. 1979. Cost Banefit Analysis and Environmental Problems. Itchen Printers Limited, Southampton, England.
Penulis dilahirkan di Bogor, 13 Maret 1974. Penulis menyelesaikan pendidikan S-1 di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1997 dan S-2 di Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika pada tahun
  • S Yudi Wahyudin
  • M Pi
  • Si
Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si. adalah Direktur Institute for Applied Sustainable Development (IASD). Penulis dilahirkan di Bogor, 13 Maret 1974. Penulis menyelesaikan pendidikan S-1 di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1997 dan S-2 di Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika pada tahun 2005.
Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources
  • D N Barton
Barton, D.N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources. Universiteit I Bergen. Senter for Miljo-Og Ressursstudier. Norway.