Archived project

Universitas Jember

Updates

0 new
0
Recommendations

0 new
0
Followers

0 new
0
Reads

0 new
243

Project log

Mohammad Tohir
added 2 research items
The use of a scientific approach in learning mathematics still experiences obstacles in realizing it, especially those complained by the teachers in the questioning section. Even in practice, most of the teachers applied the 2013 curriculum, but the content of the activity was applying the Education Unit Level Curriculum. This is not in line with what the government wants. Therefore, the writer will explore how to make students actively ask questions in mathematics class. the results of the study show that based on the findings of two research results in two different agencies, namely: (1) six main points that must be known and understood by the teacher, and (2) nine specific points that must be done by the teacher in the questioning activity, dan (3) to make students actively ask questions in math class, the teacher must arrange observational activities as attractive as possible based on the conditions of students in their respective schools and the teacher needs to do these nine specific points when asking questions. In addition, the results of the study indicate that teachers must master and prepare learning models suggested in Curriculum 2013. Conclusion Based on the description above, six things need to be done by the teacher to make students actively ask questions in each lesson. Namely (1) the teacher understands about the 2013 curriculum, (2) the teacher needs to make a change in mindset, (3) the teacher understands the scientific approach to learning, (4) the teacher can make interesting observational activities, (5) the teacher must encourage students to ask questions, especially asking investigative questions, and (6) teachers need to understand learning models that can support the application of a scientific approach. Finally, the teacher must apply nine things that can be applied to the activity of asking, namely (1) introducing a certain phenomenon that is interesting and has never been recognized by students before, (2) words in a question, (3) the teacher can give examples of inducement questions, (4) the teacher forms a study group in observing and asking questions, (5) the teacher can also ask students to work in groups to make some questions, (6) the teacher accompanies each student to make questions, (7) completing what if or what if not questions, (8) questioning breakfast, dan (9) questioning appraisal.
Penelitian pengembangan ini dilatari oleh pertimbangan adanya tuntutan untuk mencapai kondisi ideal dalam pembinaan olimpiade matematika, yaitu menyediakan bahan ajar olimpiade matematika yang mampu memfasilitasi siswa dalam belajar olimpiade matematika sesuai dengan karakteristik siswa (kemampuan penalaran matematis siswa) dan karakteristik materi olimpiade matematika. Setelah bahan ajar dinyatakan valid oleh para validator, kemudian dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui ketercapaian dan tingkat penalaran matematis siswa dalam memecahkan masalah olimpiade matematika. Pemecahan masalah yang digunakan merupakan pemecahan masalah yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan model-model pemecahan yang sudah ada menjadi pemecahan masalah model baru, yaitu pemecahan masalah model M. Tohir.
Mohammad Tohir
added 4 research items
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan calon guru matematika dalam menerapkan pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah calon guru matematika (guru PPL) yang magang di SMP Negeri 2 Jember. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi, dan hasil supervisi pada saat ujian praktik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan checklist dan alur analisis model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemahaman guru PPL tentang model pembelajaran melalui pendekatan saintifik diperoleh sebanyak 28,57% berada pada kategori mampu dan sebanyak 71,43% berada pada kategori cukup mampu; (2) kemampuan guru PPL dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan struktur kurikulum 2013 diperoleh sebanyak 100% berada pada kategori mampu; (3) kemampuan guru PPL dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diperoleh sebanyak 57,14% berada pada kategori mampu dan sebanyak 42,86% berada pada kategori cukup mampu; (4) kemampuan guru PPL dalam menyusun dan melaksanakan penilaian autentik diperoleh sebanyak 28,57% berada pada kategori mampu dan sebanyak 71,43% berada pada kategori cukup mampu; (5) respon siswa terhadap guru PPL selama mengajar (magang) diperoleh sebanyak 42,86% berada pada kategori sangat sesuai dengan karakteristik siswa sebagai guru matematika dan sebanyak 57,14% berada pada kategori sesuai dengan dengan karakteristik siswa sebagai guru matematika. Sedangkan hambatan yang dialami oleh guru PPL adalah minimnya pengalaman dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran terutama pada kegiatan bertanya dan menalar, pengaturan alokasi waktu, dan masih kesulitan dalam melakukan penilaian yang berdasarkan Kurikulum 2013. Kata Kunci: Kemampuan, Guru PPL, Pendekatan Saintifik, Kurikulum 2013. Pendahuluan Kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih sangat memprihatinkan dibandingkan dengan negara-negara lain. Salah satu indikatornya adalah keikutsertaan Indonesia di dalam studi Internasional Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme International for Student Assesment (PISA) menunjukkan bahwa capain anak-anak Indonesia tidak menggembirakan. Fakta dari hasil pengujian PISA tentang literasi matematika, pada tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009, berturut-turut rata-rata skor siswa Indonesia adalah 367 (urutan 39 dari 41 negara), 360 (urutan 38 dari 40 negara), 391 (urutan 50 dari 57 negara), 371 (urutan 61 dari 65 negara) dan 375 (urutan 64 dari 65 negara). Pada PISA 2012 untuk literasi matematika, Indonesia menempati urutan 64 dari 65 (OECD, 2013). Lebih lanjut pada PISA 2012 dipaparkan bahwa siswa Indonesia dalam level 1-6, sekitar 75,7% hanya mampu mencapai level 1 atau 2 dan hanya 0,3% yang mampu mencapai level 5 atau 6, sementara siswa-siswa Korea, hanya sekitar 9,1% yang berada pada level 1 atau 2 dan 30,9% mencapai level 5 atau 6. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah apa yang diajarkan atau bagaimana mengajarkannya di Indonesia berbeda dengan yang diujikan bersatndart internasional (Kemdikbud, 2013). Data-data tersebut di atas maknanya terdapat masalah dalam sistem pendidikan Indonesia, pertama; masalah mendasar yakni kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika dengan suatu upaya tertentu yang dilaksanakan pada riset ini. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari suatu startegi pembelajaran aktif dan efisien dalam mengajar materi aljabar di SMPN 2 Jember dengan cara mengaktifkan siswa pada pembelajaran. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus, dimana pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alat bantu yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa dalam kelompok besar dan kelompok kecil. Sedangkan yang menjadi subjek pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas 8D SMPN 2 Jember dan objeknya adalah pembelajaran materi Aljabar pada mata pelajaran Matematika yang diajarkan dengan cara mengaktifkan siswa dalam kelompok kecil dan kelompok besar. Dari hasil penelitian yang diadakan dengan meneliti kondisi awal siswa yang diukur dengan alat tes tertulis dan hasil penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus terlihat adanya peningkatan hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi Aljabar yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kondisi awal siswa mencapai ketuntasan belajar hanya 52,94%, (2) kondisi siklus I mencapai ketuntasan sebesar 67,64%, dan (3) pada kondisi siklus II mencapai ketuntasan sebesar 97,06%. Sehingga ada peningkatan penguasaan materi ini mulai dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 27,77% dari kondisi awal sedangkan dari kondisi di siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 43,47%. Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini maka peneliti merekomendasikan pada pengambil jabatan ataupun pelaksana pembelajaran dalam hal ini yaitu pengajar untuk mengajarkan materi pembelajaran dalam kelompok kecil dan dengan tekhnik mengaktifkan siswa. Kata kunci: Efektivitas pembelajaran, pembelajaran aktif, pembelajaran efektif, strategipembelajaran, aljabar.
Abstrak Penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika masih mengalami kendala dalam mewujudkannya, terutama yang dikeluhkan oleh para guru pada bagian kegiatan bertanya. Bahkan dalam praktiknya, sebagian besar guru menerapkan kurukulum 2013 semi KTSP. Hal ini tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, melalui artikel ini penulis akan sedikit mengupas tentang bagaimana cara agar para siswa aktif bertanya dalam setiap kegiatan pembelajaran matematika. Di dalam artikel ini penulis mengemukakan tentang temuan dari duakali hasil penelitian di dua instansi yang berbeda, yaitu ada enam point utama yang harus diketahui dan dipahami oleh guru dan ada sembilan point khusus yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan bertanya. Penulis menyimpulkan bahwa untuk menjadikan para siswa aktif bertanya dalam kelas matematika, guru perlu membuat kegiatan pengamatan yang menarik berdasarkan kondisi sekolahnya masing-masing dan dalam kegiatan bertanya guru perlu melakukan sembilan point khusus tersebut. Selain hal tersebut, penulis mengemukakan secara lebih detail tentang pendekatan saitifik, contoh kegiatan pengamatan yang menarik dan model-model pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013.
Mohammad Tohir
added a research item
Abstract. This study aims to obtained description of the ability of prospective mathematics teachers in applying scientific approaches to learning activities in the classroom. This research is a qualitative descriptive study. The participants research were prospective mathematics teacher (PPL teachers) interns at SMP Negeri 2 Jember. Data collection techniques used were questionnaires, interviews, observation, and the results of supervision at the practical examination. Data analysis techniques in this study using a checklist and flow analysis model of Miles and Huberman. The results showed that: (1) PPL teachers' understanding of the learning model through a scientific approach gained 28.57% in the category is can and as much as 71.43% in the category is quite capable; (2) the ability of PPL teachers in preparing the learning device in accordance with the curriculum structure in 2013 gained as much as 100% in the category is capable; (3) the ability of PPL teachers in implementing the learning activities using scientific approaches gained as much as 57.14% in the category is can and as much as 42.86% in the category is quite capable; (4) the ability of PPL teachers formulate and implement authentic assessment gained 28.57% in the category is can and as much as 71.43% in the category is quite capable; (5) PPL students' response to the teacher during teaching (internship) gained as much as 42.86% in the category is accordance with the characteristics of students as a teacher of mathematics and as much as 57.14% in the category is according to the characteristics of students as a teacher of mathematics. While the barriers experienced by teachers PPL is the lack of experience in implementing the scientific approach to learning, especially on the activities of questioning and reasoning, the allocation of time, and still difficulties in conducting assessments based the Curriculum 2013. Keywords: Ability, PPL Teachers, Scientific Approach, Curriculum 2013.
Mohammad Tohir
added a research item
Arithmetics is one of the topics in Mathematics, which deals with logic and detailed process upon generalizing formula. Creativity and flexibility are needed in generalizing formula of arithmetics series. This research aimed at analyzing students creative thinking skills in generalizing arithmetic series. The triangulation method and research-based learning was used in this research. The subjects were students of the Master Program of Mathematics Education in Faculty of Teacher Training and Education at Jember University. The data was collected by giving assignments to the students. The data collection was done by giving open problem-solving task and documentation study to the students to arrange generalization pattern based on the dependent function formula i and the function depend on i and j. Then, the students finished the next problem-solving task to construct arithmetic generalization patterns based on the function formula which depends on i and i + n and the sum formula of functions dependent on i and j of the arithmetic compiled. The data analysis techniques operative in this study was Miles and Huberman analysis model. Based on the result of data analysis on task 1, the levels of students creative thinking skill were classified as follows; 22,22% of the students categorized as "not creative"; 38.89% of the students categorized as "less creative" category; 22.22% of the students categorized as "sufficiently creative"; and 16.67% of the students categorized as "creative". By contrast, the results of data analysis on task 2 found that the levels of students creative thinking skills were classified as follows; 22.22% of the students categorized as "sufficiently creative", 44.44% of the students categorized as "creative"; and 33.33% of the students categorized as "very creative". This analysis result can set the basis for teaching references and actualizing a better teaching model in order to increase students creative thinking skills.
Mohammad Tohir
added 3 research items
Disetiap tanggal 2 Mei Masyarakat Indionesia selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hal ini bertepatan dengan hari ulang tahun Sang Guru Kita, yaitu Ki Hadjar Dewantara. Beliau merupakan salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia yang dikenal dengan sebutan Bapak Pendidikan Nasional. Semboyan Sang Guru yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Semboyan ini memiliki arti bahwa setiap diri kita harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi insan yang berkarakter. Untuk mengenang jasa beliau, maka Peringatan Hari Pendidikan Nasional pada setiap tanggal 2 Mei tidak bisa dipisahkan dari sosok seorang Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia.
Peran Guru ketika disekolah sebagai orang tua bagi siswa. Dimana Guru harus berperan sebagai sosok panotan siswanya agar suasan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Siapa yang tidak mau menjadi guru yang diidamkan oleh siswa. Sepertinya semua guru akan mengharapkan hal ini. Akan tetapi tahukah kita bahwa semakin minta diidamkan siswa, maka akan semakin jauh kita dari kriteria guru yang layak diidamkani siswa? jika menjadi guru yang diidakan oleh siswa merupakan tujuan utama kita, maka sebagai guru tidak ada yang namanya profesionalisme lagi, yang ada hanyalah menuruti apa yang siswa mau dan yang diinginkan oleh siswa. Menjadi guru yang diidamkan oleh siswa juga bukan berarti menuruti semua yang siswa mau atau inginkan. Karena jika guru menuruti semua keinginan siswa bisa jadi malah membuat keluar dari tujuan dan kegiatan proses belajar mengajar.
Liburan semester merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh mayoritas mahasiswa. Karena liburan semester menjadi waktu yang tepat untuk melepas penat setelah rutinitas kuliah yang padat, mulai dari pembelajaran di kelas, tugas kuliah yang menumpuk, aktivitas organisasi, sampai tugas kantor/instansi masing-masing. Hal ini tidak heran apabila mahasiswa mengalami tingkat stress yang tinggi jika tidak dibarengi dengan liburan. Mayoritas mahasiswa selama liburan biasany pulang kampung atau menghabiskan waktu dengan keluarga, ada juga yang pergi piknik, berwisata untuk refresing, bahkan ada juga yang cuma tetap dirumah sambil main game. Akan tetapi jikalau kita mengisi liburan dengan hal-hal yang posirif akan lebih baik dan bermakna bagi kita, masyarakat, bangsa dan negara. Berikut lima kegiatan yang dapat kita lakukan dalam mengisi liburan semester yang penulis rangkum dalam 5M: yaitu (1) Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, (2) Mengasah Skill Akademik maupun Non-akademik, (3) Menghabiskan Waktu Bersama Keluarga/Famili/Teman Dekat, (4) Mengembangkan Karir, (5) Membangun Koneksi atau Relasi yang Baik.