Jurnal Jaffray

Published by Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Online ISSN: 2407-4047

·

Print ISSN: 1829-9474

Articles


Tinjauan Teologis Tentang Mimpi Berdasarkan Kitab Kejadian 37:11 dan Relevansinya dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini
Article

April 2014

·

29 Reads

Fini Ardila
Share


Diutus Untuk Menghasilkan umat yang Kudus:Eksposisi Yesaya 6:1-13
ArticleFull-text available

March 2014

·

18,991 Reads

Pengutusan Yesaya sebagai nabi dimulai dengan perjumpaannya dengan Tuhan. Dalam perjumpaannya dengan Tuhan, Yesaya mengakui kenajisan dirinya, dan ia pun dikuduskan oleh TUHAN melalui pelayanan para seraf. Setelah dikuduskan, ia siap menerima pengutusan yang dinyatakan kepadanya. Pengutusan nabi Yesaya bukan untuk menghasilkan pertobatan seluruh bangsa, tetapi menghasilkan umat yang mengeraskan hati dan tertutup terhadap hal-hal rohani, kemerosotan rohaninya semakin meningkat, dan bahkan sebagian besar umat Yehuda dibinasakan. Ia yang diutus oleh TUHAN balatentara yang kudus, tetapi dalam pelayanannya, ia tidak disenangi oleh umat dan para pemimpin Yehuda. Ini menunjukkan bahwa pengutusan Yesaya bukan untuk menghasilkan banyak petobat baru, tetapi sekelompok kecil orang kudus. Bercermin kepada panggilan nabi Yesaya, mungkin ada di antara para hamba Tuhan yang dipanggil oleh Allah dengan memiliki karakter pelayanan seperti yang dimiliki oleh Yesaya. Hal yang harus dipercaya adalah ia dipanggil dengan jaminan penyertaan. Pembelanya adalah TUHAN balatentara. Penjaminnya adalah Raja yang bertakhta. Penyedianya adalah Tuhan yang memiliki segalanya. Keberhasilan pelayanan dalam konteks pengutusan Yesaya bukan dilihat dari berapa banyak jumlah umat yang dihasilkan dan bukan pula pada besarnya penghasilan yang diterima, tetapi menghasilkan umat yang kudus. Untuk itu, yang terpenting untuk diperlihara adalah hidup dalam kekudusan dan melayani untukmenghasilkan umat yang kudus, sehingga walaupun sedikit jumlah umat yang dilayani, tetapi mereka adalah umat yang berkenan kepada Allah. Allah yang menyatakan diri kepada hamba-Nya dan umat-Nya adalah Allah yang maha kudus. Sebagai Allah yang kudus, maka segala sifat dan apa pun yang dimiliki-Nya adalah kudus, termasuk hamba-Nya dan umat-Nya. Bersekutu dengan Tuhan yang kudus adalah prioritas utama dalam penyembahan, kekudusan harus menjadi prioritas diri, dan menghasilkan umat yang kudus harus menjadi prioritas dalam pelayanan.
Download


A Hermeneutical Study On The Symbolic Meaning Of The Number 144.000 In Revelation 7:1-17

April 2021

·

315 Reads

This study aims to analyze and reveal the symbolic meaning of “the number those who were sealed: 144,000 from all the tribes of Israel” in Revelation 7:1-17 and implications for the mission. The research method used is qualitative research carried out with the principles and hermeneutic methods of the Bible. The Bible’s hermeneutic method is divided into two characteristics, namely general hermeneutics and specific ones. For the general hermeneutic interpretation method, the author uses three existing analyses structural analysis, grammatical analysis and theological analysis. Then for the particular hermeneutic interpretation method, the author uses the interpretation of number symbols. The results of this study reveal that the symbolic meaning of “the number those who were sealed: 144,000 from all the tribes of Israel” in Revelation 7:1-17 are symbolic numbers of the number redeemed by the Lamb who made it through the tribulation period by remaining faithful to the end of being followers of Christ. As for the theological implications of the text of Revelation 7:1-17 for the mission, namely, God Protects His People (7:1-3), God is Consistent with His Promise of Salvation (7:4-8), and God Grants Universal Salvation (7:9-17). As for the practical implications of the text of Revelation 7: 1-17 for the mission, namely Believers are sealed as servants of God (7:1-8), Believers glorify God (7:9-12), and Believers receive sanctification and God's providence (7:13- 17).












Kepercayaan Rahab Berdasarkan Yosua 2:1-24

September 2017

·

18,486 Reads

Tujuan penulisan ini adalah membuktikan bahwa kepercayaan Rahab terwujud melalui setiap tindakan Rahab dalam Yosua 2:1-24. Penulis surat Ibrani dan Yakobus mengungkapkan bahwa setiap tindakan Rahab menunjukkan kepercayaannya kepada Allah, namun dalam narasi Yosua 2 tidak ada keterangan yang jelas apakah benar setiap tindakan Rahab mewujudkan kepercayaannya kepada Allah bangsa Israel. Sebagai kesimpulan, Rahab memang memiliki latar belakang non-Israel, namun hal itu tidak menutup anugerah keselamatan untuk dinikmatinya. Rahab membuktikan kesungguhannya untuk percaya dan berserah kepada Allah bangsa Israel melalui setiap tindakannya demi menolong umat Allah. Dalam meneliti narasi Yosua 2:1-24, penulis menggunakan prinsip-prinsip umum dalam hermeneutik. Selain itu, penulis juga meneliti narasi Yosua 2 dengan menggunakan metode penafsiran narasi terkait genre dari Yosua 2:1-24 adalah narasi. The purpose of this writing is to prove that Rahab's belief is manifested through every act of Rahab in Joshua 2: 1-24. The writers of Hebrews and James reveal that every act of Rahab shows her belief in God, but in Joshua's narrative there is no clear explanation of whether it is true that every act of Rahab embodies her belief in the God of Israel. Rahab does have a non-Israelite background, but that fact does not exclude her from the enjoyment of the grace of salvation. Rahab proves her sincerity to believe and surrender to the God of Israel through her every action to help the people of God.





Abraham Inklusif: Sebuah Titik Temu Trialog Agama-agama Abrahamik

September 2019

·

1,668 Reads

Meski Abraham bapak leluhur agama Yahudi, Kristen, dan Islam, titik-titik temu trialog ketiga agama monoteistis itu dalam praktiknya kurang dielaborasi. Menariknya, definisi agama-agama abrahamik dalam kamus Indonesia sama sekali tidak mencantumkan nama Abraham. Artikel ini memberikan substansi untuk definisi itu dengan fokus pada sosok itu sendiri yang dikenang dalam ketiga agama itu karena keberaniannya untuk mengurbankan sesuatu yang sangat berharga. Abraham yang berkurban bisa menjadi sebuah titik temu inklusif yang mendorong penganut agama masing-masing menjalani kehidupan berkurban untuk kebaikan bersama.Despite Abraham, the common ancestor of Jewish, Christian, and Islam religions, meeting points of a trialogue of those three monotheistic religions are practically less elaborated. Interestingly, the definition of Abrahamic faiths in Indonesian dictionary does not mention the name Abraham at all. This article substantiates that definition by focusing on the figure itself who is remembered by those three religions for his audacity to sacrifice something worthwhile. The sacrificing Abraham may be a whole meeting point.



The sharp contrast of Philip and Simon
Acts 8: 4-25: The Amazing Magic versus The Joyful Gospel

April 2021

·

429 Reads