Gambar 4. Hubungan lama penyimpanan buah pisang dengan nilai impedansi Gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara waktu penyimpanan dan nilai impedansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SIL dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kematangan buah pisang. Semakin lama waktu penyimpanan maka pisang akan semakin matang dan nilai impedansi terukur akan semakin menurun. Namun pada kondisi pengukuran menggunakan frekuensi 1 MHz terlihat nilai impedansi buah pisang sudah tidak dapat dibedakan lagi. Hal ini dimungkinkan karena terbatasnya kinerja alat konverter V-ke-I. Gambar 5 merupakan foto kondisi pisang pada saat pengukuran. Perubahan warna mengukur perubahan kematangan (Paul et al., 2012). Pada penelitian ini secara fisik kondisi visual buah pisang tetap hijau setelah disimpan selama sembilan hari, namun nilai impedansi buah pisang mengalami penurunan pada hari pertama hingga hari kesembilan. Secara visual buah pisang tidak tampak mengalami perubahan warna selama proses penyimpanan. Namun masih terjadi penurunan nilai impedansi, artinya metode SIL dapat mendeteksi perubahan karakteristik buah pisang. Penurunan nilai impedansi ini disebabkan karena pisang mengalami peningkatan kadar asam sehingga menyebabkan impedansinya menurun. Peningkatan kadar asam pada pisang yang masih hijau terjadi karena adanya biosintesis asam oksalat (Widodo et al., 2019). Hasil penelitian Utami et al. (2016) menunjukkan bahwa kadar vitamin C pada pisang akan meningkat hingga puncak kematangan dan menurun. Kondisi perubahan kadar asam pada buah pisang dapat diamati pada frekuensi rendah (100-1000 Hz), dimana pada frekuensi tersebut injeksi arus hanya mampu melewati bagian ekstraseluler sel.